4 - Kuntilanak Merah

407 50 6
                                    

Kini ketiga muda-mudi sedang duduk memisah dari yang lainnya. Aris memakan jatah makan siangnya dengan semangat, pemuda itu bahkan sesekali tersedak karena terlalu terburu-buru. Bagaimana tidak, rehat isoma hanya diberikan waktu tiga puluh menit. Itupun perlu berdesakan dan antrean panjang.

"Ris, tadi aku lihat ada sosok bayangan disamping kamu pas di tribun." Ujar Ara pada sang adik, kini Aris membuang sterofomnya ke tempat sampah.

Aris mendongak menatap Ara yang duduk diatas tangga menuju gedung kelas, mereka memang menjauh dari keramaian.

"Kakak tahu?" Aris berbalik tanya.

"Ya, aku melihatnya. Meskipun dari jauh, aku bisa melihat jelas bahwa sosok itu duduk tepat disampingmu sembari mengelus-elus kepalamu."

Aris terdiam membeku, jadi yang tadi ia lihat bukanlah hayalan. Semuanya nyata, bahkan Ara pun mampu melihatnya.

"Ciri-cirinya seperti apa kak?" Dinda kini bersuara, setelah gadis itu menyelesaikan makan siangnya.

Ara menghela napas panjang, ia memutar otak untuk mengingat-ingat lagi bagaimana sosok itu jika di deskripsikan secara fisik. Sedangkan Aris, pemuda itu menelan ludah susah payah.

"Sosoknya bayangan merah, rambutnya panjang berantakan. Wajahnya nyaris hancur sempurna, dan juga gigi-giginya ompong." Jelas Ara yang berusaha mengingat sosok itu.

Dinda membulat terkejut. "Benar seperti itu?"

Ara menganggukkan kepala, ia benar-benar melihat penampakannya seperti itu.

Dinda menggerakkan pandangan menoleh pada Aris, karena ditatap seperti itu akhirnya Aris melemaskan tubuhnya, haruskah harinya hancur karena makhluk gaib itu?

Aris ingin berteriak sekencang-kencangnya, ia sebal.

"Kamu tahu?" Tanya Ara pada Dinda, ia melihat gelagat aneh antara Aris dan Dinda.

"Ya. Dia adalah makhluk yang berasal dari hutan Pendem Asih, sepertinya dia menyukai Aris hingga terbawa sampai kesini." Ujar Dinda pada Ara. Karena pada saat awal Aris ketempelan, mereka semua sedang mencari keberadaan Ara yang diculik oleh Yuda ke dalam hutan.

Ara hanya diam tak mampu berkata-kata. Aris? Pemuda itu berekspresi masam.

"Kuntilanak merah." Gumam Aris.

"Apa?" Tanya Ara.

"Makhluk itu jenisnya adalah kuntilanak merah, dia bahkan menampakkan diri padaku tadi pagi." Aris mengusap wajahnya dengan frustasi.

"Tunggu dulu! Apa kalian pernah mendengar bahwa kuntilanak merah adalah sosok yang sangat jahat? Maksudku, mereka suka menampakkan diri dan mencelakai manusia."

Ara menatap adik-adiknya satu per satu, bertanya dengan pandangan menilai.

"Memang jahat, dia mengikutiku kemanapun." Tukas Aris kesal.

"Bukan itu maksudku. Sejak pertemuan kalian, kuntilanak merah itu tidak mencelakai mu kan? Kamu masih hidup tanpa luka apapun."

Aris mendengus mendengar ucapan kakaknya.

"Kakak ingin aku mati ditangan kuntilanak merah?" Tanya Aris bersungut-sungut.

Astaga, kenapa kakaknya begitu kejam.

"Aish bukan seperti itu. Maksudku, jika memang dia berniat mencelakaimu, maka sudah dari kemarin-kemarin. Tapi nyatanya kamu masih sehat wal afiat, berarti dia tidak berniat buruk padamu." Ara menjelaskan dengan penuh kesabaran.

"Lalu, kesimpulannya?" Tanya Aris yang mulai jengah dengan pembahasan tak berbobot itu.

"Kuntilanak merah itu ingin menjadi pendamping Aris." Celetuk Dinda dengan wajah hebohnya.

INDRA MATA BATINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang