Selamat hari raya idul adha :))
--IMB---
Akhirnya perkuliahan pun sudah dimulai, semester gasal yang ditunggu-tunggu telah tiba. Para mahasiswa baru mulai berdatangan lebih pagi untuk mencari ruang kelas mereka, gedung kampus yang luas mampu membuat bingung para mahasiswa baru.
Tak terkecuali Aris dan Dinda yang sedang berputar-putar mencari ruangan mereka, keduanya bagai pasangan bila orang lain melihatnya. Nyatanya, mereka adalah adik kakak sepupuan. Aris lebih tua dua bulan dibandingkan Dinda.
Dinda menghela napas lelah sembari menarik-narik gendongan tasnya, ia sudah memutari gedung selama lima belas menit tapi tak menemukan ruangannya.
Sedangkan Aris, pemuda itu menatap layar ponselnya yang terdapat informasi peta kampus, tapi ia tetap tidak paham.
"Aku menyerah! Lebih baik hubungi kak Ara, tanya dimana kelas kita." Ucap Dinda.
Aris segera menakn tombol-tombol huruf pada ponselnya untukl mencari kontak Ara.
Mereka mengambil fakultas pendidikan bahasa, sama seperti Ara. Aris dan Dinda sepakat ikut-ikutan dengan sang kakak, padahal Ara sudah memperingati mereka untuk memilih fakultas serta prodi sesuai minat dan bakat, tapi kedua adik-adiknya itu masih saja membuntuti dirinya.
Alasan Aris berkuliah didalam kota karena ia tidak ingin merantau, apalagi ditambah dengan penampakan kuntilanak merah yang sering mengganggunya. Jika Aris berdekatan dengan sang kakak, maka Ara bisa membantunya mengusir makhluk itu.
Sementara Dinda, alasan gadis itu berkuliah ditempat yang sama dengan Ara adalah agar ia bisa bersama-sama dengan Ara dan Aris. Dinda yang merupakan anak tunggal kurang kasih sayang dari orangtua, ingin sekali memiliki seseorang yang menyayanginya. Saat ini, hanya keluarga Ara lah yang menyayangi Dinda.
"Kak, kelas kita ada dimana?" Aris langsung menyerbu Ara dengan pertanyaan tanpa basa-basi.
"Kan sudah ku bilang kalau jadwal kuliahmu itu lawas. Ada unggahan terbaru di website mahasiswa, download dan baca dengan teliti. Dosenku sudah masuk, jangan ganggu lagi!!!"
Aris menjauhkan telinganya dari ponsel kala suara Ara memekik kesal, bagaimana tidak kesal. Ara sudah memberitahukan mengenai jadwal baru pada adiknya, tapi Aris tidak mengindahkan sama sekali. Dasar adik durjana!
Dinda mendongakkan kepala pada Aris. "Bagaimana?"
Aris menutup panggilan teleponnya, ia menatap Dinda dengan pandangan ditekuk masam.
"Kena semprot! Ada unggahan terbaru mengenai jadwal, coba download." Ujar Aris yang menyimpan ponselnya ke saku.
Dinda mencari website mahasiswa, gadis itu menekan jari-jemarinya diatas benda pipih itu. Setelahnya ia mendapati apa yang dicarinya, segera Dinda mengunduh file berupa pdf selama beberapa detik.
Aris mengetuk-ngetuk kakinya dengan bosan, matanya menjelajah koridor kampus yang nampak sepi karena sepertinya ia salah masuk gedung.
Tepat diujung lorong disana ada seseorang berdiri membelakangi pandangan Aris, pemuda itu mengamatinya dengan detail. Tak lama kemudian, perlahan-lahan sosok itu mulai membalikkan badan menghadap ke arah Aris, keringat dingin Aris mengucur dari dahinya, ia menelan ludah susah payah.
Bagaikan slow motion, Aris masih menunggu seseorang itu untuk membalikkan badan secara sempurna.
Lima, empat, tiga, dua, satu.... Bahkan Aris menghitung detik demi detik didalam hatinya.
Bola matanya melotot sempurna kala sosok itu sudah berbalik menatapnya, Aris menelan saliva susah payah. Tepat sepuluh meter didepan Aris mendapati sosok kuntilanak merah yang berdiri menyeringai padanya, telapak kaki dan tangan Aris sudah mendingin bagai es batu. Degup jantung Aris berdetak tidak aturan, seakan-akan ingin lompata dari tempatnya saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDRA MATA BATIN
HororMemiliki masa lalu kelam yang hampir saja merenggut nyawa, membuat muda-mudi itu lebih berhati-hati. Kini ketiga remaja dengan mata batin terbuka mulai berusaha membiasakan diri dengan hal-hal gaib. Ara, Aris, dan juga Dinda. Tiga bersaudara itu be...