Andi mulai muncul ke permukaan, mana nih yang rindu sama Andi??
Tenang saja ini baru awal, part-part selanjutnya akan banyak peranan Andi dalam membantu Ara... (spoiler dikit)
Jika ada typo tolong berkenan cek ya, karena ngetik dilaptop jd agak susah untuk ngoreksi
--IMB--
Setibanya di rumah, Ara menyenderkan punggungnya pada sofa. Gadis itu meneguk sekaleng soda untuk menjernihkan pikirannya, matanya bergulir ke arah ruangan yang mana Amina baru saja keluar dari kamarnya.
"Loh, Mama tidak pergi ke toko?" Tanya Ara, ia tidak mengetahui jika Mamanya ada di rumah. Setelah meletakkan tasnya di kamar, ia bergegas ke dapur mencari minum dan langsung duduk disofa.
Amina berjalan mendekati anaknya.
"Rencananya Mama mau konsultasi ke rumah sakit, seharusnya dari kemarin tapi Mama sibuk, baru bisa sekarang."
Luka bekas cekikan dileher Amina masih terpampang merah, dokter mendiagnosa adanya infeksi. Sejak dari dua bulan lalu Amina sering bolak-balik ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan lehernya.
Sejenak Ara terdiam mengulang kenangan buruk yang mengakibatkan luka dileher Amina, Ara merasa bersalah karena dirinya lah sang Mama mengalami hal ini. Melihat raut sedih putrinya, Amina mengelus kepala Ara dengan lembut.
Ara merangsek masuk dalam pelukan sang Mama.
"Ma, maafkan Ara. Seharusnya Ara yang mendapat luka itu, bukan Mama." Ara mulai sesenggukan dipelukan Amina.
"Sayang, jangan memikirkan hal itu lagi. Ini semua sudah takdir yang maha kuasa, yang terpenting sekarang kita semua selamat dan kembali hidup normal." Jelas Amina.
Masih dalam mode berpelukan, Ara semakin mengeratkan pelukannya.
"Seorang ibu akan berusaha menyelamatkan anaknya, Mama menyayangi anak-anak Mama. Entah kamu ataupun Aris jika kalian dalam bahaya, Mama akan pasang badan untuk melindungi kalian."
Amina memegang bahu Ara untuk menguatkan putrinya, ibu paruh baya itu mengusap air mata Ara yang berlinang.
"Kamu mau nemenin Mama konsultasi?"
Ara menyunggingkan senyumnya. "Tentu saja, hari ini Ara akan menemani Mama kemana pun, mumpung tidak ada jam kuliah lagi."
Hari ini Ara hanya memiliki satu mata kuliah saja, itu lah mengapa ia langsung pulang setelah mengobrol panjang lebar dengan Diyon tadi. Sedangkan Aris masih ada di kampus, pemuda itu memiliki jadwal penuh hari ini.
Tanpa mengganti baju lagi, Ara segera menggandeng tangan Mamanya. Mereka memilih menggunakan motor karena cuaca sedang adem, Ara membonceng dibelakang.
Berdamai dengan masa lalu yang pahit, menerima takdir yang telah ia miliki, itu semua sedang Ara usahakan, ia tidak ingin hidupnya dipenuhi lika-liku masalah yang akan menghantui dirinya.
"Kok belok kiri Ma? Seharusnya kan masih lurus." Tanya Ara bingung, karena rumah sakit yang sering digunakan untuk kontrol Mamanya masih jauh didepan sana.
Amina tersenyum dibalik helmnya. "Mama sudah pindah rumah sakit, disana kejauhan."
"Rumah sakit mana?"
"Rumah sakit Harapan Nasional." Jawab Amina.
Seketika Ara mematung, rumah sakit itu adalah tempat Andi bekerja sebagai dokter. Sudah lama Ara tidak mendengar kabar Andi, apalagi untuk bertatap muka. Andi memang ikut pergi dari desa, setelah sampai di kota, Andi memilih untuk tinggal di kost meskipun Hardi sudah menawarkan tempat tinggal untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDRA MATA BATIN
HorrorMemiliki masa lalu kelam yang hampir saja merenggut nyawa, membuat muda-mudi itu lebih berhati-hati. Kini ketiga remaja dengan mata batin terbuka mulai berusaha membiasakan diri dengan hal-hal gaib. Ara, Aris, dan juga Dinda. Tiga bersaudara itu be...