Ara duduk dibangku panjang yang berada pada lorong kampus, ia sudah memiliki janji dengan Diyon untuk membicarakan hal mengenai pemindahan jasad sosok pemuda yang telah mengusik ketenangan Ara.
Ara telah mendapatkan mimpi petunjuk dimana jasad itu terkubur, rupanya permasalahan pemuda itu sebelum meninggal sangatlah rumit. Jika Ara berhasil menemukannya, maka keselamatan Ara sendiri akan terancam.
Rahasia demi rahasia pihak kampus akan tersebar luas, ini karena adanya keterkaitan kematian pemuda itu dengan petinggi-petinggi kampus.
Sosok pemuda bernama Reza mendatangi mimpi Ara dalam tidur gadis itu. Reza membawa Ara pada kilas masa lalu, Ara dibawa pada kampusnya yang saat itu suasananya sedang ramai oleh mahasiswa baru, disitulah Ara tersadar bahwa dirinya dan Reza sempat bersitatap walaupun tak saling mengobrol.
Reza mengalami kasus kekerasan yang dilakukan oleh sesama mahasiswa baru karena alasan dendam pribadi. Saat itu Reza dibawa paksa ke ruang tak terpakai, disana pemuda itu disiksa habis-habisan oleh musuhnya.
Kabar ini sempat terdengar oleh pihak petinggi kampus, diantaranya adalah ; rektor dan dekan fakultas.
Karena tersangka kekerasan adalah anak dari orang ternama di kota itu, rektor dan dekan sepakat untuk bungkam, pun mereka tidak ingin kasus tersebut membuat nama kampus menjadi jelek dimata masyarakat.
Keputusan yang mereka ambil sangatlah fatal, mereka memilih menguburkan jasad Reza dibelakang kampus, parahnya lagi tempat itu sudah dibangun ruang praktik untuk fakultas kedokteran.
Fakultas pendidikan yang dipilih Ara memang letaknya cukup jauh dari fakultas kedokteran, karena itulah sampai saat ini Ara belum pernah menapakkan kakinya disana.
Ara menatap jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangannya, sudah lima belas menit ia duduk menunggu kelas Diyon berakhir. Meskipun mereka satu program studi, tapi Ara dan Diyon berbeda kelas.
Menghela napas panjang, Ara melirik kelas Diyon yang terdapat dosen didalamnya. Terlihat dosen itu sudah mulai memasukkan buku dan laptopnya ke dalam tas, akhirnya penantian Ara segera terwujud, dosen tersebut keluar setelah mengucapkan salam.
Ara menepikan dirinya, ia menunggu Diyon keluar ruangan.
"Ra, maaf bikin kamu nunggu lama." Ujar Diyon kala mendapati Ara menunggu dirinya didepan kelas.
Ara menyunggingkan senyumnya.
"Tidak apa-apa, kan aku yang ada perlu sama kamu."
"Kita bahas masalah itu di kantin ya, aku belum sarapan tadi pagi."
Ara mengangguk setuju, keduanya berjalan menuju kantin kampus. Sengaja Ara memberi jarak dirinya dengan Diyon agar mata para mahasiswa-mahasiswi tidak menatap penasaran dirinya, Ara tidak mau menjadi bahan pembicaraan orang-orang. Diyon adalah mahasiswa yang dikenal oleh seluruh penjuru kampus karena posisinya sebagai ketua BEM, tentu saja semua warga kampus mengenal pria itu.
Sesampainya di kantin, keduanya memilih duduk bergabung bersama dibangku yang berbaur dengan mahasiswa lain, ini adalah permintaan Ara agar mereka tidak terlihat mencolok karena berduaan saja.
"Aku yang traktir, kamu pesan saja Ra."
"Ehh, tidak perlu. Aku sudah makan tadi." Ujar Ara tidak enak hati, karena dirinya lah yang membutuhkan jasa Diyon.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDRA MATA BATIN
HorrorMemiliki masa lalu kelam yang hampir saja merenggut nyawa, membuat muda-mudi itu lebih berhati-hati. Kini ketiga remaja dengan mata batin terbuka mulai berusaha membiasakan diri dengan hal-hal gaib. Ara, Aris, dan juga Dinda. Tiga bersaudara itu be...