17

338 40 21
                                    

Dirgahayu Republik Indonesia..
Merdeka!!!

--IMB--

Pagi ini adalah hari sabtu, yang mana perkuliahan sedang libur. Setelah membersihkan rumah, Ara langsung merebahkan diri diteras. Ia menatap awan yang menggelap karena mulai musim penghujan, tiba-tiba saja pikirannya tertuju pada adik sepupunya, entahlah firasat Ara mengatakan ada suatu hal buruk yang terjadi.

Ia mengerjapkan matanya sembari memfokuskan penglihatannya ke arah pohon mangga yang ada dihalaman rumah. Ara diam mengamati benda semacam asap yang kini mulai membentuk sebuah tubuh secara perlahan-lahan, hingga tibalah terbentuk sebuah fisik sosok kuntilanak merah penjaga Aris.

Ara bangun dari rebahannya, menegapkan tubuh untuk memastikan penglihatannya. Pagi-pagi sudah disuguhi oleh penampakan.

Tiba-tiba saja sosok kuntilanak merah terbang menuju posisi Ara yang sedang duduk tegap.

"Dia dalam bahaya, dia masuk ke istana jin." Ujar sosok itu yang kini sudah mendarat dengan kaki masih melayang tepat dihadapan Ara.

Ara mengernyitkan dahi karena tak paham dengan maksud sosok itu, ditambah dengan suaranya yang seperti berdahak parah.

"Siapa maksudmu?"

"Dia! Dia dalam bahaya." Ujar kuntilanak merah lagi.

Wushhh............

Angin menerpa wajah Ara, seketika itu ia mengerjapkan matanya karena terkena debu. Saat ia mendongak, sosok kuntilanak merah sudah hilang.

"Huh, tidak jelas." Gerutu gadis itu.

Ara bangkit dari duduknya lalu meraih selang air, ia berniat mengembalikan alat bersih-bersih rumah dan beristirahat setelahnya.

Sedangkan didalam rumah, Aris sedang mengotak-atik ponselnya, melihat itu Ara mendengus kesal.

"Ris, itu jodoh kamu ngapain sih bicara tidak jelas."

Mendengar kata keramat 'jodoh' membuat Aris melempar bantal sofa ke arah sang kakak, ia tahu betul bahwa yang dimaksud Ara adalah sosok kuntilanak merah.

"Dia nampakin diri ke kakak?"

Ara mengangguk. "Kuntilanak merah bilang kalau dia dalam bahaya, entahlah siapa yang dimaksud."

"Ehh, kuntilanak itu bilang begitu juga sama kakak?" Tanya Aris lagi.

"Ya, memangnya kenapa?"

"Dia bilang padaku tadi, mungkin karena tidak ku tanggapi akhirnya dia bilang begitu juga padamu."

"Aishh, benar-benar tidak jelas."

Ara melangkahkan kaki menuju gudang, sebenarnya gadis itu juga memikirkan perkataan sosok kuntilanak merah. Memangnya siapa dia yang dimaksud oleh sosok itu, apa akan ada hal buruk yang terjadi?

Menghembuskan napas perlahan, Ara meletakkan alat-alat kebersihannya. Ia menyeka keringat yang menetes, walaupun hari ini weekend, tapi Ara tetap melakukan aktivitas dengan bersih-bersih. Apalagi Amina masih ada pekerjaan, maka dari itu Ara berinisiatif menyiram tanaman dan mengepel lantai sendirian.

Tentu saja sendiri, karena mana mungkin Aris si adik durjana itu mau membantu. Bagi Aris, weekend identik dengan hari libur dan ia tidak mau melakukan kesibukan berat seharian. Aris hanya akan makan, tidur, main game dan rebahan, seperti itu siklusnya.

---

Malam hari telah tiba, saat ini Ara tengah duduk bersama Hardi untuk menonton acara tv yang sedang menayangkan sebuah acara pertandingan balap motor.

INDRA MATA BATINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang