Sejak kejadian itu, keamanan semakin diperketat dengan penambahan beberapa pengawal khusus untuk mengamankan Brawijaya Group karena keluarga Brawijaya menyakini jika insiden tembakan yang terjadi beberapa minggu yang lalu adalah atas unsur kesengajaan untuk mencelakai Nisa yang notabennya adalah salah satu pewaris keluarga Brawijaya.
Namun kehadiran pengawal yang selalu mengikuti kemanapun Nisa pergi membuatnya jenuh karena merasa haknya kebebasannya telah terampas.
Tapi tak ada yang dapat mematahkan perintah Brawijaya sehingga Nisa hanya dapat pasrah dengan sesekali mengelabui para pengawal yang setia mengikutinya agar dia dapat merasakan sendiri tanpa embel-embel pengawal.
Saat Nisa tengah berkutat dengan setumpuk kertas di atas meja kerjanya, seorang wanita melangkah masuk setelah sebelumnya mengetuk pintu terlebih dahulu.
“permisi bu Nisa, saya Zaskia. Sekretaris bu Nisa.” Sapanya seraya membungkukkan tubuhnya.
Nisa mencopot kacamata yang bertengger di hidung mancungnya seraya mengarahkan pandangannya pada seorang wanita yang tengah berdiri tepat di depan meja kerjanya.
“kamu yakin akan jadi sekretaris saya?” Nisa menilik penampilan wanita yang ber-name tag Zaskia.
“saya yakin bu.” Terdengar suara gemetar Zaskia, namun dia berusaha menutupi kegugupannya.
Bagaimana tidak, siapa pun yang bertemu langsung dengan Nisa akan merasakan hal yang sama.
Tatapan dingin yang di berikan Nisa seolah mampu membekukan apaun yang berada di depannya.
Zaskia yang hanya menggunakan rok span diatas lutut dengan kemeja tipis yang begitu pas di badannya merasa kedinginan saat melihat tatapan Nisa yang begitu tajam namun penuh dengan kharisma luar biasa yang dimilikinya.
“kamu tahu ini perusahaan apa?”
“iy…iya, bu.” Zaskia semakin gugup saja, karena tatapan yang ditunjukkan oleh atasannya itu seolah mengintrupsinya karena berbuat salah.
“saya tidak suka dengan cara berpakaian kamu. perusahaan ini membutuhkan talenta dan skill yang tinggi, bukan gaya yang berlebihan. Saya suka dengan wanita yang fashionable, tapi bukan berarti yang kekurangan bahan seperti yang kamu gunakan hari ini. Jika kamu masih ingin kerja sama saya, jangan pernah tampakkan seperti ini lagi dihadapan saya. Karena saya tidak akan mengampuni kamu.” ketus Nisa seraya memasang kembali kacamatanya dan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda.
“kamu bisa pergi.” Lanjutnya.
Zaskia melangkah keluar dari ruangan dengan lutut yang gemetar, ternyata benar isu yang selama ini beredar jika pimpinan The Royal yang berarti atasannya saat ini benar-benar killer sesuai dengan julukan yang yang diberikan oleh para karyawannya sejak hari pertama Nisa menjabat sebagai CEO yakni si boss killer.
“eh, kamu tahu nggak tadi yah aku melihat bos killer dengan sekretaris barunya.” Ujar Reza.
“yang bener lo Za, kayaknya sih sekretaris barunya bos killer nggak akan tahan lama tuh.” Sahut yang lain.
' Nisa hanya mendengar ocehan mereka tanpa menghiraukannya, mereka mungkin membicarakan Nisa karena mereka tidak menyadari keberadaannya didalam lift.
Nisa memang sengaja untuk menggunakan lift yang biasa digunakan oleh karyawan biasa, bukan lift yang biasa digunakan Nisa yang dikhususkan untuk para eksekutif Brawijaya Group.
Nisa menggunakan lift ini tentunya untuk menghindar dari para pengawal yang siap mengawalnya ketika melihat Nisa keluar dari lift khusus para petinggi Brawijaya Group tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta Dalam Harapan
ChickLitDunianya runtuh, Tubuhnya rapuh, Pikirannya kacau, Hatinya pedih, Dia pun goyah. Itulah yang terjadi pada An-Nisa putri Brawijaya, seorang putri konglomerat sekaligus pewaris Brawijaya Group, hingga menyebabkan dirinya harus duduk di kursi roda sela...