Secara perlahan Nisa menatap satu persatu orang-orang yang telah tiba terlebih dahulu di ruangan yang membuatnya begitu gerah meskipun telah tersedia pendingin ruangan.
Namun tetap saja Nisa merasa gerah dengan dengan senyuman palsu mereka semua yang tak lain adalah keluarga besar Nisa yang membuatnya terasa muak dengan mereka semua.
Dihadapan Nisa telah duduk papa dan mamanya, kedua orang tua Irham yang tak lain adalah adik dari kakeknya, bunda Vivi, om Irwan dan beberapa keluarga inti lainnya.
Sementara itu di sisi kirinya nampak Irham dan Bella dengan beberapa kursi kosong di sebelah kanan Nisa.
Hanya sebuah meja panjang yang membatasi mereka semua.
Nisa berusaha untuk menahan perasaannya dengan tatapan Irham yang terus saja menatapnya dengan sorot mata sendu, hal ini dapat dilihat semua orang-orang yang berada di ruangan tersebut karena Irham begitu jelas nampak menatap Nisa yang berada tepat sisi kanannya.
Tak ada perantara diantara keduanya, seperti halnya hati mereka berdua yang seolah saling menembus dan saling menggapai kembali seperti yang terjadi beberapa tahun yang lalu.
Namun Nisa berusaha untuk tetap menahan perasaannya, dia tak ingin terpancing kembali.
Nisa tak ingin terjembab ke dalam luka yang sama hanya karena sebuah hati dan perasaan yang sama.
“ada apa kalian menyuruh Nisa data ke sini?” Nisa membuka percakapan karena sedari tadi orang-orang hanya diam tak bergeming seraya memandangi Nisa yang membuatnya jadi risih.
Namun rupanya rasa penasaran Nisa harus terhenti dengan kedatangan beberapa orang pelayan yang tengah membawa pesanan yang telah di pesan sebelumnya, seorang koki yang terlihat jelas dari pakaian yang digunakannya dan seorang wanita dengan pakaian yang begitu formal yang diketahui sebagai manager di restoran ini.
“selamat menikmati hidangannya.” Ujar manager restoran dengan ramah.
Setelah itu mereka semua melangkah pergi meninggalkan ruangan yang kembali sunyi.
Diatas meja telah terhidang begitu banyak makanan lezat yang menggugah selera seperti Lobster Thermidor yang disiram dengan saus Hollandaise segar, Beef Bourguignon yang super lembut, Wagyu Beef Brochete, Baby Chicken Wood Fire Oven, Truffle Pizza (yang popular dengan jamur truffle hitam, telur dan perpaduan tiga keju pilihan), King Prawns, Baby Lamb Rack, Gnocchi Parisienne dengan jamur Fricasse, Grain Fed Angus Beef Flank Steak, Norwegian Salmon, Chestnut Consomme berupa sup bebek nikmat dan beberapa hidangan lainnya yang diketahui harga masing-masing makanan di hadapan mereka begitu fantastis dan mesti merogoh kocek dalam-dalam jika ingin menikati hidangan di restoran ini.
“kami semua sengaja untuk mengaja kamu kesini, cucuku.” Wisnuthama selaku papa Irham memulai pembicaraan untuk menjawab kebingungan Nisa.
Dia menyadari jika kehadiran Nisa di tengah-tengah mereka saat ini membuat Nisa tidak nyaman.
Semua orang di ruangan tersebut menoleh kearah Wisnuthama, kecuali Irham yang terus saja menunduk.
“jadi kami semua sudah merundingkan untuk menjodohkanmu dengan sahabat papamu kamu sekaligus rekan bisnis papamu.” Nisa tersedat setelah mendengar ucapan kakeknya itu karena dia tengah meminum segelas air putih karena merasa sangat gerah.
“prang.” Gelas minuman yang berada di tangan Nisa jatuh kelantai saking terkejutnya sehingga ceceran pecahan gelas berhamburan di lantai dan mengenai jari-jari kaki Nisa.
Namun tak ada yang menyadarinya bahkan Nisa sendiri pun tak sadar jika kakinya telah di penuhi dengan darah-darah segar karena beberapa pecahan kaca kecil masuk ke dalam highless yang digunakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta Dalam Harapan
ChickLitDunianya runtuh, Tubuhnya rapuh, Pikirannya kacau, Hatinya pedih, Dia pun goyah. Itulah yang terjadi pada An-Nisa putri Brawijaya, seorang putri konglomerat sekaligus pewaris Brawijaya Group, hingga menyebabkan dirinya harus duduk di kursi roda sela...