Kabar tentang pemecatan sekretaris baru yang kembali dilakukan oleh pewaris Brawijaya Group kembali terdengar dan sontak menjadi perbincangan khalayak ramai.
Mereka semua berupaya untuk membut argument masing-masing tanpa mengkonfirmasi kebenarannya hingga menyebabkan nama salah satu pewaris Brawijaya Group itu tersiar di media sosial.
Tak hanya di media online, seluruh karyawan di kantor utama Brawijaya Group juga nampak membicarakan si boss killer mereka yang tak memberi ampun sedikit pun kepada karyawan jika berbuat salah meskipun itu hanya sebuah kesalahan kecil.
“wah! Parah banget yah si bos killer, sekretarisnya pun kembali dia pecat.” Adinda memulai ceritanya.
“wajar lah kalau Bu Nisa memecat si Kia, lha dia yang salah kok. Sudah tahu ada meeting penting, pada telat segala lagi.” rupanya Reza membela atasannya kali ini.
“lho Za, lo kok belain si bos killer. Biasanya kan lo yang paling benci dia?” tanya Adinda seraya menarik kursi agar mendekat ke meja Reza.
“udah enggak kok Din, memang sih dulu gue agak kesel sama Bu Nisa. Tapi, sekarang dia itu menjadi idola aku.” Reza tersenyum sumbringan memperlihatkan gigi gingsulnya.
“ah, elu Za. Bu Nisa kok dijadiin idola sih.” Fani tersenyum mendengar perkataan Reza.
Rupanya percakapan mereka mengundang beberapa karyawan untuk ikut bergabung.
“kalian memang menyebut Bu Nisa bos killer, soalnya kalian semua enggak tahu sifat aslinya kayak gimana.
Sebenarnya dia tuh baik banget, cuma dalam bekerja aja dia agak tegas dan disiplin.” Reza menambahkan.
“emangnya kamu tahu apa soal Bu Nisa, Za?” tanya widia.
“yah, sejak beberapa hari ini aku sama Bu Nisa. Aku sudah mengetahui sedikit demi sedikit sifat aslinya dia gimana.” Jawabnya.
“kalau memang Bu Nisa oarangnya kayak gitu, tapi kenapa yah dulu kita kena semburannya pas lagi di lift, Za.” Adinda tertunduk lesu.
“emangnya lo pernah kena semburannya Bu Nisa, Din, Za?” tanya Fani dengan wajah memerah karena menahan tawanya.
“iya sih Fan.” Jawab Reza. “tapi itu salah kita juga sih, Din.” Lanjutnya.
“emangnya kamu buat salah apa?” tanya widia dengan wajah penasaran.
“si Adinda tuh, pake cerita masa lalu Bu Nisa segala. Eh, ternyata dia ada di dalam lift. Dia dengarlah obrolan kita, terpaksa deh kita kena sembur Bu Nisa.” Semua orang pun tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Reza.
“bukan salah gue seutuhnya yah Za, elo juga sih pake mancing-mancing gue. Gue kelepasan deh.” Geram Adinda.
“emangnya lo cerita apaan sih, Din?” tanya Tiana seraya tertawa.
“yah gue cerita sama Reza soal Bu Nisa yang ditiggal nikah sama tunangannya, jadi gitu deh. Sekarang dia jadi judes, dingin, pemarah yah efek dari itu kali yah. Gue denger-denger sih katanya dia sampai jatuh sakit selama bertahun-tahun karena sakit hatinya sama tunangannya.” Semua orang pun kembali tertawa.
“Din, Din. Gimana elu nggak kena sembur, lo aja kayak gitu. Kena pancingan sedikit aja langsung nyerocos.” Sahut Fani.
“tuh kan, kamu juga sih Tiana. Ngapain sih mancing aku juga, mudah-mudahan aja Bu Nisa enggak dengar aku. Bisa habis aku.” Adinda langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.
“emangnya benar apa yang dikatakan Dinda, yah?” tanya Reza.
“kalau yang aku dengar sih yah begitu, hubungan mereka nggak direstui sama keluarga mereka karena Bu Nisa pacaran dengan pamannya sendiri. Meskipun usia mereka nggak terpaut jauh, tapi kan namanya putri seorang konglomerat. Yah harus jaga image juga kali.” Jawab Fani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta Dalam Harapan
ChickLitDunianya runtuh, Tubuhnya rapuh, Pikirannya kacau, Hatinya pedih, Dia pun goyah. Itulah yang terjadi pada An-Nisa putri Brawijaya, seorang putri konglomerat sekaligus pewaris Brawijaya Group, hingga menyebabkan dirinya harus duduk di kursi roda sela...