Sementara itu Nisa melepas kacamata yang beberapa jam terakhir bertengger di hidung mancungnya, dia menarik kursi yang digunakannya untuk menjauh dari meja kerja yang diatasnya menumpuk kertas-kertas yang begitu menguras tenaga untuk menyelesaikannya.
Sesekali Nisa menguap karena rasa ngantuk yang menghampirinya, namun kertas-kertas di hadapannya juga butuh perhatiannya.
“tok…tok…tok.”
Nisa mengedarkan pandangannya saat mendengar ketukan pintu ruang kerjanya.
Setelah dipersilahkan untuk masuk, nampak dua seorang yang berpakaian formal memasuki ruang kerja Nisa.
Betapa terkejutnya Nisa saat melihat seorang pria yang masuk bersama dengan pak Andre karena rupanya wajah pria itu taka sing dimata Nisa, wajahnya begitu familiar.
Nisa masih saja bungkam seraya menatap pria dihadapannya yang mengenakan kemeja Army yang memadupadankan dengan celana bahan lengkap dengan kemejanya.
Benar-benar sempurna karena memiliki tubuh yang tinggi sekitar 175 cm dengan rahang kokoh dan bahu yang lebar.
Benar-baner idaman semua wanita!
“bang Kevin?” Nisa berdiri dari duduknya dan menghampiri kedua pria tersebut.
“bang Kevin kan?” Nisa begitu ragu-ragu namun keragu-raguannya terpatahkan ketika Kevin langsung meraih tubuh Nisa kedalam pelukannya.
“ya ampun Nis, gue kangen banget deh sama lo.” Ujarnya lirih seraya mengelus rambut Nisa.
“iya bang, gue juga kangen sama abang.” Ujar Nisa. “lho, gue kira bang Kevin ada di Malang.”
“kemarin gue pindah ke Jakarta, Nis. Gue akan menetap di Jakarta.”
“serius?” Nisa seolah masih nggak percaya dengan apa yang dia lihat.
“iya Nis, aku juga nggak bisa pisah jauh dari kamu.” Dia pun tertawa.
“lebay banget sih. Tapi aku bahagia kak Kevin bisa kembali lagi kesini.”
“oh yah kak, kak Kevin udah punya anak, belum?” tanya Nisa spontan.
“ngomong apaan sih kamu Nis, aku kan belum nikah.” Jawabnya.
“kalau kamu?” tanyanya balik.
“belum kak, tunangaan aku ninggalin aku dan memilih menikah dengan wanita lain.” Jawab Nisa murung.
“lo enggak usah sedih gitu ah Nis, lo juga sih berhubungan dengan paman kamu sendiri.” Kevin mencoba mencairkan suasana dengan meledek Nisa.
“bang Kevin kok gitu. Tapi, kakak tau dari mana sih?”
“Sania yang cerita sama aku. Bay the way si Sania apa kabarnya dia?”
“baik ko, tapi sekarang sih dia menetap di Bogor sama abangnya, kak Adebran.”
“terus rumahnya gimana? Yang ninggalin siapa?”
“orangtuanya sih masih tinggal di Jakarta.”
“wah…wah rupanya om Andre dikacangin nih?” spontan Nisa dan Kevin menoleh ke arah om Andre yang sedari tadi menyaksikan pertemuan dua orang ini.
“hehehe maaf yah om, Nisa lupa kalau ada om Andre.”
“yah sudah, karena kalian berdua sudah saling kenal bahkan kenal baik jadi saya harap nak Kevin bisa menjadi sekretaris yang seperti diinginkan Nisa. Kasian juga pak Komisaris, pusing harus memikirkan Nisa yang terus-terusan saja memecat sekretarisnya”
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta Dalam Harapan
ChickLitDunianya runtuh, Tubuhnya rapuh, Pikirannya kacau, Hatinya pedih, Dia pun goyah. Itulah yang terjadi pada An-Nisa putri Brawijaya, seorang putri konglomerat sekaligus pewaris Brawijaya Group, hingga menyebabkan dirinya harus duduk di kursi roda sela...