Setelah sebulan menjalani perawatan dan pemulihan di Brawijaya Group hospital, Nisa kembali menjalani aktifitasnya seperti sebelum-sebelumnya, kini dia kembali menjadi pimpinan alias CEO The Royal.
Meski Nisa sudah kembali seperti semula menjadi pimpinan bagi ratusan karyawannya, namun hal berbeda terjadi padanya sejak kembalinya dari Swiss.
Kini Nisa begitu dingin dan tak perperasaan, dia seperti raga tanpa jiwa membuat siapa saja yang berpapasan dengannya bergidik ngeri.
Tatapannya yang begitu dingin nan tajam seolah siap menerkam siapa saja dihadapannya.
Selain itu, dia juga dipenuhi dengan emosional yang tak terkontrol. Rupanya kejadian berdarah sebulan lalu di Swiss telah membuatnya berubah, bahkan terlihat seperti orang lain. setidaknya itulah yang dikatakan oleh para karyawannya.
Suara petir yang bergemuruh disertai angin kencang membuat orang-orang berlarian untuk mencari tempat yang aman.
Benar saja, tak berselang lama hujan deras turun mengguyur ibukota. Nisa yang tengah menikmati butiran-butiran hujan yang jatuh mengenai jendela mobil yang digunakannya menatap seorang gadis yang tengah dibonceng oleh ayahnya berhenti tepat di samping mobil Nisa yang tengah menunggu lampu lalu lintas menyala hijau.
Terlihat jelas wajah sumringah gadis tersebut tengah bercanda dengan ayahnya di sela padatnya kendaraan dan hujan deras yang membasahinya.
Pandangan Nisa tak henti-hentinya tertuju pada gadis tersebut, dia merasa kagum padanya. Meski tengah kehujanan seraya menunggu lampu lalu lintas berubah warna, dia masih saja dapat tertawa ditengah candaannya dengan ayahnya.
Sementara Nisa yang memiliki segalanya, dia lupa kapan terakhir kali tertawa lepas seperti itu.
Bahkan kini dia tak tahu bagaimana caranya untuk tertawa, jangankan tertawa, senyum saja sepertinya sulit untuk dilakukan.
Begitu miris, bukan?
Semua yang dimiliki tak menjamin kebahagiaannya. Meski Nisa telah memiliki segalanya, namun dia merasa kekosongan dalam hidupnya.
Alan yang tengah duduk di kursi kemudi terus saja memantau semua yang dilakukan atasannya saat ini, yah atasan!
Sejak kembalinya Nisa dari Swiss, Alan sudah menggantikan posisi Revan sebagai leader Alpha team.
Alan akan selalu mendampingi Nisa kemanapun dia pergi.
Setelah lampu berubah hijau, mobil Lamborghini Veneno yang tengah dikemudikan Alan melejit membelah jalan ibukota yang tengah di guyur hujan deras.
Salah satu mobil supercar terbaik di dunia berhenti tepat di sebuah gedung yang begitu menjulang tinggi dengan tulisan “Brawijaya Group Hospital” tepat di puncak bangunan.
Beberapa mobil pajero sport juga berhenti tepat di belakang mobil yang kini tengah menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya.
Setelah memarkirkan kendaraannya, puluhan pria yang dengan setelan jas serba hitam keluar dari mobil dan menghampiri mobil yang dikendarai sang pewaris Brawijaya Group.
Alan keluar dari pintu kemudi dan berlari memutar untuk membuka pintu mobil untuk sang atasan.
Setelah pintu terbuka, Nisa melangkah keluar dari mobil seraya berjalan memasuki gedung yang diikuti oleh puluhan pria berpakaian serba hitam dibelakangnya yang merupakan anggota Alpha Team.
Sementara Alan berjalan di sisi kirinya.
Disaat Nisa tiba di depan sebuah ruangan yang dijaga oleh beberapa pria yang merupakan pengawal pribadi Brawijaya, ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta Dalam Harapan
ChickLitDunianya runtuh, Tubuhnya rapuh, Pikirannya kacau, Hatinya pedih, Dia pun goyah. Itulah yang terjadi pada An-Nisa putri Brawijaya, seorang putri konglomerat sekaligus pewaris Brawijaya Group, hingga menyebabkan dirinya harus duduk di kursi roda sela...