Selamat membaca❤
Melia cantik
~
Bagian ke dua puluh Delapan
Allesha menatap Kaza dengan tajam dan hendak melewatinya, tapi Kaza menahan pergelangan tangannya.
Kaza menatap Allesha lekat,
"Kamu belum sarapan" ulang Kaza kedua kalinya.Allesha menepis tangan Kaza dengan kasar, membuat keadaan semakin rusuh dan banyak bisikan-bisikan yang membuat telinga Allesha panas.
Allesha berdecih, "itu pertanyaan?"
"Kamu belum sarapan kan?" ulang Kaza lagi, masih dengan menatap Allesha.
"Gak ada urusannya sama lo kan?"
Allesha hendak melangkahkan kakinya, tapi Kaza kembali menahannya.
"Sha"
Allesha lagi-lagi menepisnya, "kenapa lagi sih? Gue mau lewat, minggir!"
"Dengerin dulu, please..."
"Minggir"
"Sekali aja"
"Minggir"
"Sha"
"GUE BILANG MINGGIR!"
Napas Allesha naik turun menahan emosi. Violin mendekati Allesha dan mengusap punggung Allesha menenangkan.
"Lo semua bubar dah, jangan pada kepo!" usir Seno.
"Bubar!" teriak Aron garang, membuat kerumunan bubar dan kembali kekelas masing-masing.
Tapi setelah masuk kedalam kelas, mereka kembali mengintip melalui kaca jendela.
*sumpah inituh real banget, gue juga gitu. Disuruh bubar tapi masih aja ngintip dijendela. Kepo soalnya:)"Mau lo apa lagi sih? Gue capek" suara Allesha bergetar, ia mulai meneteskan air matanya. Emosinya sedang tidak stabil sekarang.
"Kenapa? Apa masih belum cukup?" ujar Allesha.
"Gue capek Za... Gue capek..." lirih Allesha terisak.
Violin mengusap airmata Allesha dan menenangkan sahabatnya itu.
Kaza?
Laki-laki itu menatap Allesha sendu, tanpa sadar matanya pun sudah kemerahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKAZZA [On going]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa senyum-senyum gitu sih" ujar Allesha, menahan senyumnya. "Gak pa-pa, emang gak boleh?" ujar Kaza masih menatap Allesha. "Gue tau gue cantik, tapi biasa aja dong liatnya" ujar Allesha mengalihkan pandangannya. "Iya...