Part 3

637 118 29
                                    

Copyright ©2020-present by aldriemian 

          Karya ini dibuat karena terinspirasi oleh sebuah drama dan lagu. Jika ada kesamaan tokoh dan setting, itu adalah hak milik si pembuat drama dan lagu. Sebagian cerita adalah murni dari ide penulis. Harap menyikapi dengan bijak. Selamat membaca!











※✤※











       "Ilsan?! Beraninya bajingan itu menodai kampung halamanku!" Inspektur Kim menggebrak meja kerjanya.

          Nam Sohee hanya bisa diam, berusaha tenang karena berhadapan dengan pria yang emosinya tengah meluap itu.

          Mungkin ini bukan yang pertama kali melihat seorang Kim Namjoon marah besar. Hanya saja, orang-orang jarang melihat inspektur itu marah. Ia dikenal orang yang sangat sabar.

          Tetapi jika itu sudah menyangkut tentang Min Yoongi, ia tidak akan segan-segan memporak porandakan kantornya sendiri. Sohee tidak tahu apa kaitannya pengedar narkoba itu dengan atasannya. Ia hanya tahu jika atasannya itu sangat membenci Min Yoongi.

         "Kita harus menghubungi pihak intel di daerah Ilsan. Hubungi si Kelinci Hitam dan Beruang Kutub, kita butuh bantuan dari unit mereka."

         "Siap, Pak!"



※✤※



          Dentuman musik begitu memekakkan telingan Yoongi yang tengah berdiri dengan teman-temannya, melingkari sebuah meja dengan segelas wine yang hampir habis di tangannya. Sebetulnya Yoongi kurang menyukai tempat seperti ini.

          Tiga hari ini, Yoongi pergi dari rumahnya tanpa mengabari ibunya. Ia tinggal sementara di sebuah flat sekitar Ilsan tempat tinggal mendiang ayahnya dulu.

          Setidaknya, Yoongi sudah jauh dari Seoul sekarang.

          Suara tawa dan keluhan orang-orang yang melingkari sebuah meja merah menjadi satu. Cip-cip warna-warni bertumpuk di depan para pemain dengan dua buah dadu dan juga setumpuk uang yang diikat rapi.

         "Jaehyun curang!" Pria berambut hitam mengerucutkan bibir tak terima.

         "Ayolah, Lucas. Akui saja jika kau payah dalam permainan ini."

         "Hey, kalian sudahlah. Lebih baik kau awasi sekitarku, bukan ikut main." Yoongi menghela nafas jengkel.

          Yoongi dengan asiknya berjudi dengan orang-orang di sana. Tak peduli ia kalah atau menang. Yang terpenting permainan ini mengalihkan hati gundahnya, walau sementara.

          Dan kebetulan juga, ada orang penting yang menghubunginya. Orang itu mengaku kenal dari temannya, meminta bertemu pada pukul tujuh malam.

          Banyak orang yang melakukan perjudian dan praktik protistusi di sini. Yoongi juga sedikit terganggu dengan wanita-wanita yang tiada hentinya menggodanya.

         "Min Yoongi?" Seorang pria datang. Yoongi dapat bernafas lega sekarang. Celananya hampir sesak jika pria itu tidak mendorong wanita berambut pendek itu untuk menjauh.

          Rahang pria itu tegas, bibirnya tebal dan merah terawat. Senyumnya terlihat sangat menawan membuat matanya terlihat seperti garis.

          Yoongi melihat gaya pakaian orang itu. Jas hitam yang membungkus sweater turtle neck abu-abu dan jam tangan rolex yang pas di pergelangan tangan kirinya. Ia yakin pria ini adalah orang kaya.

𝐃𝐀𝐄𝐂𝐇𝐖𝐈𝐓𝐀 ( 大吹打 ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang