Part 18

325 80 6
                                    

Copyright ©2020-present by aldriemian

          Karya ini dibuat karena terinspirasi oleh sebuah drama dan lagu. Jika ada kesamaan tokoh dan setting, itu adalah hak milik si pembuat drama dan lagu. Sebagian cerita adalah murni dari ide penulis. Harap menyikapi dengan bijak. Selamat membaca!










※✤※










       "A-ayah, pangeran pergi kemana?!"

          Beberapa jam yang lalu, setelah kedatangan Seokjin ke kediaman Jung, pemahat kayu mahoni, Jung Seowook terkejut bukan main ketika melihat kondisi Jungkook yang begitu mengenaskan di dalam dekapan Hoseok.

          Tuan Jung yang tengah mengemasi barang-barangnya terhenti dan menoleh ke arah Hoseok. Wajah pria itu sulit diartikan. Dia tidak menjawab sama sekali.

         "Kenapa Ayah tidak menjawab? Ini sudah tugas kita untuk menjaga dia!"

         "Jangan banyak bicara!" sentak Tuan Jung. "Kemasi barangmu dan milik Tuan Jeon. Kita harus pergi dari sini sebelum Raja menemukan kita." Sebuah kotak kayu yang merupakan barang terakhir, lolos meluncur ke dalam kantong.

         "Tapi kita akan pergi kemana?!"

         "Ikuti saja!" ujarnya sambil mengikat barang-barangnya pada punggung kuda. "Kau bisa kan menahan tubuh Tuan Jeon?"

         "Bisa, Ayah."

※✤※


         "Nam, sebentar lagi kita akan kembali, kan?" Yoongi menatap Namjoon yang asyik melahap supnya namun terhenti oleh pertanyaan itu.

         Malamnya kedua pria itu memutuskan untuk berkeliling kota tempat mereka menginap bersama Jieun. Wanita itu yang merengek ingin melihat suasana sekitar kota itu.

        "Aku tidak yakin," ujarnya sambil mengedarkan penglihatannya ke seluruh penjuru kedai, mencari pelayan untuk memesan makanan lagi.

        "Kenapa tidak yakin? Kau tahu, kita tidak bisa berlama-lama di penginapan. Emas kita akan menipis." Yoongi berusaha mengunci kontak mata itu namun, Namjoon terus memutusnya. "Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan padaku."

        "Silla sedang tidak kondusif. Yoonjae terus mengincarmu."

        "Apa yang dia incar dariku? Tahta? Kenapa dia bersikeras? Aku bisa memberikan tahtaku padanya."

         Ctak!

         Jieun dan Yoongi terlonjak bersamaan. Namjoon menghela nafas setelah membanting sumpitnya.

       "Ada lagi yang dia incar."

       "Apa? Senjata yang dapat membunuh orang dari kejauhan dalam sekali jentikan?" tanya Yoongi tanpa ragu.

        Mata sipit Namjoon membulat. "Kau sudah ingat?"

        "Nam, aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya memastikan saja." Yoongi kembali menyantap sup rumput lautnya yang hampir dingin. Sebelah tangannya masih setia menggenggam tangan milik Jieun, sesekali diusap lembut.

       "Baiklah. Aku akan bertanya padamu sekali dan aku harap kau jawab dengan jujur." Yoongi meletakkan sumpitnya sambil melirik Jieun untuk sekejap. "Apa kau datang dari masa depan?"

        "A-apa? Jangan konyol, Yang Mulia. Mana bisa aku datang dari masa depan sedangkan aku hanya menghabiskan waktuku di penjara bawah tanah? Itu sangat mustahil," jelas Namjoon dengan cepat, tidak terima dengan tuduhan Yoongi.

𝐃𝐀𝐄𝐂𝐇𝐖𝐈𝐓𝐀 ( 大吹打 ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang