Part 10

413 100 37
                                    

Copyright ©2020-present by aldriemian

          Karya ini dibuat karena terinspirasi oleh sebuah drama dan lagu. Jika ada kesamaan tokoh dan setting, itu adalah hak milik si pembuat drama dan lagu. Sebagian cerita adalah murni dari ide penulis. Harap menyikapi dengan bijak. Selamat membaca!








※✤※









          Kim Namjoon, pria itu sama sekali tak mengubah posisi duduknya setelah saudara tertuanya datang menemuinya. Menjanjikan sebuah kebebasan dan kebenaran.

          Ia tidak bisa tidur. Otak dan hatinya saling menyerang. Ia berpikir apa ia harus mempercayai kakaknya? Tetapi, hatinya berkata untuk memberi kesempatan pada saudaranya. Mungkin ada maksud dibalik semua ini.

          Terlebih, ketika mulut kakaknya menyebut nama bocah yang begitu ia rindukan masih hidup. Bocah lelaki yang sudah seperti saudaranya sendiri.

          Bagaimana rupa bocah pendiam itu sepuluh tahun ini? Apa ia makan dengan baik? Apa ia sudah punya anak sekarang.

          Tanpa ia sadari, rentetan masa lalu membawa dirinya memutar kembali kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu.

          Namjoon bangun pagi-pagi buta sekali setelah mendapat kabar bahwa Ratu Silla akan mengunjungi perpustakaan bersama pejabat wanita lainnya. Ada acara membaca bersama katanya.

          Ia mondar-mandir bersama kemoceng bulu dan sapu ijuknya, membersihkan lantai dan rak buku. Memastikan benar-benar tak ada debu yang menempel walau sebenarnya perpustakaan itu tak pernah kotor. Ia juga memastikan buku-buku tertata sesuai huruf. Menyiapkan beberapa buku yang terdaftar pada secarik kertas, buku-buku yang nantinya akan dibaca oleh Ratu dan pejabat lainnya.

          Si pustakawan itu senang bukan kepalang hingga rela membantu pelayan di dapur membuat minuman dan hidangan. Jangan tanyakan mengapa. Dia memang seperti itu.

         "Hyung? Sedang apa?" Senyumannya belum pudar.

          Sosok pria berbahu lebar itu ikut tersenyum, "Kau lupa ya jika aku seorang koki di sini?"

         "Ah, benar." Ia menepuk dahinya.

         "Kau tidak perlu repot-repot membantu, biar pelayan yang melakukan." Pria itu mendorong bahu si perawakan tinggi untuk keluar dari dapurnya.

          Aneh, tidak biasanya seperti ini.

         "T-tapi..."

         "Lebih baik kau menunggu di depan gerbang dan sambut mereka."

        "Baik, hyung!" ujarnya penuh semangat.

          Tak lama kemudian, pejabat-pejabat wanita itu datang. Kedatangan mereka disambut Ratu dengan Namjoon di belakangnya. Senyum menawannya belum pudar.

          Acara sudah dimulai. Namjoon sudah menyiapkan buku-buku yang akan dibaca oleh mereka.

         Tepat disaat mereka membuka buku mereka, jamuan datang dan disajikan di meja bundar itu.

         Sekarang, Namjoon hanya perlu pura-pura membaca di meja kerjanya sambil mencuri pandang sang Ratu yang begitu cantik itu. Menunggu sang Ratu dan teman-temannya yang suatu saat membutuhkan bantuannya.

𝐃𝐀𝐄𝐂𝐇𝐖𝐈𝐓𝐀 ( 大吹打 ) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang