Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Xiao Zhan membuka matanya. Hari masih gelap. Hah, seperti yang dia duga dia hanya tidur selama dua jam. Sekarang dia harus bangun dan mempersiapkan semuanya. Namun, seketika dia tersenyum. Semua sudah dirapikan oleh Yibo. Bahkan pakaian yang mereka kenakan sebelum melakukan ritual juga sudah dilipat rapi. Sepertinya setelah melakukan ritual yang menguras tenaga, Yibo masih kuat membereskan kekacauan yang mereka buat. Termasuk piama yang mereka kenakan. Yibo pasti tidak mau istei manisnya kedinginan lalu memakaikan piama setelah membersihkan sisa cairan mereka dengan lap hangat seperti biasanya.
Xiao Zhan memandangi Yibo yang masih pulas. Bibir mungilnya mencium kening suaminya. Ini pertama kalinya seumur hidup dia merasakan kasih sayang yang begitu dalam selain kedua orangtuanya.
Pukul tujuh tepat setelah sarapan, Yibo dan Xiao Zhan undur diri. Mereka berpamitan untuk pergi. Pada kakak sepupunya, pada keponakannya, pada kakak iparnya. Lalu juga pada teman-teman yang sengaja menginap.
"Kalian berdua harus hati-hati. Jaga diri baik-baik. Jangan bertengkar terlalu lama. Kalian tahu sendiri akhirnya pasti tidak akan baik. Iya kan Feiyu?" Kata Yunxi. Feiyu mengangguk.
"Baik Laoshi. Segeralah menyusul dengan bocah nakal itu. Jangan lupa undang kami ya." Sahut Yibo.
"Jangan lupakan kami juga. Terima kasih ya Dylan. Kau memberikan pekerjaan padaku. Maaf untuk yang kemarin. Aku membuat masalah untukmu."
"Jangan dipikirkan. Yang penting sekarang, kalian harus benar-benar belajar untuk mandiri. Terutama kau Yibo." Pesan Dylan.
"Itu benar. Ingat, kau bukan lagi seorang tuan muda. Kau hanya seorang Wang Yibo. Bersikaplah dewasa dan juga bersikaplah layaknya seorang suami." Lanjut Yijie.
Feiyu menepuk pundak Yibo.
"Kau mengajariku banyak hal. Untuk menjadi dirimu sendiri tanpa keraguan. Kau membuktikan padaku sehebat apa cinta sebenarnya. Aku pasti juga akan sepertimu. Memperjuangkan cinta yang ku yakini. "
Feiyu menggenggam tangan Yunxi.
"Aku berjanji di hadapanmu. Aku akan mencintainya seumur hidupku. Aku juga akan menjaganya sebisaku. Aku akan membahagiakannya dengan kemampuanku sendiri. Kau akan lihat itu nanti."
Yibo tersenyum. "Aku akan menunggu. Berjuanglah."
Yibo mulai melajukan motornya yang dia tumpangi bersama Xiao Zhan. Dia tahu kemana arah yang dia tuju.
Sudah hampir tiga jam perjalanan, mendadak hujan datang deras sekali. Wang Yibo memutuskan untuk menginap di sebuah motel. Sepertinya hujan tidak akan berhenti sampai besok. Terlalu beresiko jika memaksakan diri. Lagipula dia tidak bisa melihat istrinya kedinginan. Xiao Zhan memang tak tahan dingin. Lihat saja setelah mandi air hangat pun, dia masih bergelung dengan selimut.