"Pokoknya, aku enggak mau!"
Daniel berdecak. Hari ini seharusnya ia menghabiskan waktu dengan Hana berhubung dirinya sudah pulang dari luar kota.
Niatnya ingin mengajak sang kekasih jalan-jalan. Namun, gadis itu menolak dan justru fokus membaca novel ditangannya.
Daniel tau jika sang kekasih sudah memegang novel tebal itu dapat di pastikan dirinya akan diabaikan. Lihat saja nanti ia akan diam-diam membuang semuanya.
"Buang pikiran licik kamu itu. Berani nyentuh novel-novel punyaku bakalan aku asingin kamu di panti jompo," sinis Hana tapi tetap fokus pada novel ditangannya.
"Makanya, ayo keluar. Kemarin aja kamu nangis-nangis minta aku pulang. Giliran aku disini malah di cuekin."
Hana menutup novelnya dengan raut kesal. Lalu menoleh pada kekasih tampannya yang sudah rapi dengan setelan santai. Berbanding terbalik dengan dirinya yang bahkan belum mandi.
"Kamu janji bawain aku tas kemarin. Jadi kenapa bisa lupa?"
Daniel mendengus medengarnya. Ayolah itu saja tas. Daniel bahkan bisa membeli pabriknya sekalian.
"Aku enggak butuh pabriknya. Aku cuma mau satu tas aja. Lagian aku juga enggak bakal repot ngerengek ke kamu kalau semua kartu aku enggak diminta Papa," omel Hana dan bangkit dari duduknya.
"Kalau kamu enggak beli tas terus, pasti Papa enggak bakal sita kartu kamu," balas Daniel tak mau kalah. Daniel tentunya tau bahwa Papa Hana menyita kartu gadis itu sebab terlalu sering membeli tas dengan harga yang terbilang mahal.
Padahal tasnya hanya akan dipajang. Tas yang dipakai untuk bepergian hanya tas selempang biasa dengan warna biru laut.
Bahkan untuk menyimpan semua tasnya Papa Hana harus membuat dua ruangan khusus yang isinya penuh dengan tas gadis itu. Mama Hana sendiri heran melihatnya. Tas sebanyak itu hanya untuk pajangan saja.
"Aku juga beli tas sekali-sekali kok. Ntar kalau kamu bangkrut kan tasnya bisa dijual," ujar Hana dengan enteng.
Daniel semakin kesal dibuatnya. Oleh karena itu cowok itu mendorong pelan kedua bahu gadis itu memasuki kamar.
"Aku tunggu di depan. Buruan siap-siap kita keluar hari ini."
Belum sempat Hana menyuarakan protesnya, pintu kamar Hana sudah ditutup dari luar oleh Daniel.
Hana dengan sebal pun langsung bersiap-bersiap untuk mandi. Butuh waktu lumayan lama untuk bersiap sebab Hana sibuk memilih pakaian apa yang akan ia gunakan.
Setelah sibuk berpikir akhirnya Hana mengenakan asal saja. Kini Hana mematut penampilannya di cermin.
Memikirkan perkataan Daniel tadi Hana terpaksa memakai tasnya yang lain. Dan melihat penampilannya di cermin Hana berpikir ini tidak buruk.
Segera saja Hana keluar dan menghampiri Daniel yang tampak sibuk bermain ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Huis (END)
Teen FictionHuis dalam bahasa Belanda artinya adalah "rumah". Gara hanya sosok remaja mungil yang rindu kehangatan dan kasih sayang. Setelah Ayah dan Bunda bercerai dan kini telah mempunyai keluarga baru masing-masing, sosok Gara lah yang menjadi terbuang. Tid...