Cuaca siang ini cukup dikatakan baik. Tidak terlalu terik dan tidak pula mendung. Cocok untuk pergi keluar sekedar melepas penat.
Sama halnya dengan Gara yang kini sudah terbahak melihat raut wajah Renan yang kalah dalam permainan. Wajah cowok itu sudah penuh dengan coretan bedak bayi akibat kalah dalam permainan Abc lima dasar.
Edi yang tak ingin melewatkan momen langsung memotret wajah mengenaskan Renan dengan ponsel.
"Asli, gue seneng banget liat lo di bully!" heboh Edi sambil cekikikan melihat ekspresi Renan.
"Ini nih karma gangguin Gara mulu. Masa main abc lima dasar aja lo kalah! Malu sama umur, Ren," celetuk Frans sambil mengunyah gorengan yang tadi mereka beli saat akan kesini.
Renan yang ditertawakan hanya bisa pasrah. Apalagi saat melihat Gara yang sepertinya menikmati liburan singkat mereka sekarang.
Tak apa, demi melihat tawa itu Renan dan yang lainnya rela wajah mereka penuh bedak bayi.
"Ya ampun Gara beneran sedih liat wajah abang. Nanti pulang jangan jalan di samping Gara ya, Bang."
Kompak mereka semua menertawakan Renan. Sekali-sekali menistakan Renan juga bisa kan? Sebab selama ini cowok itulah yang sering mengusili mereka.
"Ketawa deh lo pada sampek muntah," sindir Renan seraya melipat kedua tangannya didepan dada.
Gara terkekeh kecil lalu mencomot bakwan dan mulai memakannya dengan lahap. Muni menyerahkan segelas es jagung yang ia buat dari rumah pada Gara.
Gara menerimanya lalu meminumnya. Lengkap sudah. Rasanya Gara benar-benar beruntung memiliki mereka.
Mereka rela membuang waktu untuk membawanya jalan-jalan keliling taman. Tidak banyak yang datang memang. Namun, mereka menikmati liburan sederhana ini.
"Mau salad, Dek?"
Gara menoleh dan matanya berbinar melihat salad yang ada dibawah sedang ditangan Muni.
"Mau, Mbak!" pekik Gara antusias.
Muni terkekeh lalu menyerahkan salad yang ia buat pada Gara. Selagi Gara menghabiskan saladnya. Frans dan Edi masih sibuk menertawakan Renan.
"Udah mending lo cuci muka sana. Ntar dikira orang gila lagi sama orang-orang di sini," celetuk Frans seraya mengibaskan tangannya menyuruh Renan pergi.
Renan mendengus namun tetap bangkit dan berlalu pergi menuju toilet. Edi kemudian menoleh pada Gara yang sibuk melahap saladnya.
"Enak banget ya dek saladnya," sindir Edi yang membuat Gara mengangguk polos.
"Enggak dibagi gitu sama abang?"
Gara sontak saja menggeleng.
"Minta sama mbak aja, Bang," jawab Gara enteng.
Muni terkekeh kecil lalu mengacak puncak kepala Gara dengan gemas.
"Habis ini adek mau kemana?" tanya Frans seraya meneguk segelas es jagung buatan Muni.
"Pulang aja, Kak. Kita juga udah keliling dari tadi."
Frans mengangguk saja mendengarnya. Lalu setelah Renan kembali mereka pun lekas membereskan barang bawaan dan langsung pergi meninggalkan area taman.
"Beneran enggak mau beli apa-apa?" tanya Muni seraya melihat-melihat aneka jajanan di pinggir jalan dekat taman.
Gara kemudian menggeleng lagi.
"Uang mbak uda keluar banyak buat Gara. Kita pulang aja, ya."
Renan menghela nafas mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Huis (END)
Teen FictionHuis dalam bahasa Belanda artinya adalah "rumah". Gara hanya sosok remaja mungil yang rindu kehangatan dan kasih sayang. Setelah Ayah dan Bunda bercerai dan kini telah mempunyai keluarga baru masing-masing, sosok Gara lah yang menjadi terbuang. Tid...