Vierentwintig

25.8K 2.2K 967
                                    

"Mbak, duduk dulu gih. Mba dari tadi berdiri terus loh," ujar Renan pada Muni yang sedari tadi betah berdiri.

Muni menggeleng sembari mengusap air matanya dengan kasar. Ketakutan itu kini membayanginya. Muni takut Gara benar-benar lelah dan memilih pergi.

"Mbak," tegur Frans yang merasa iba pada kondisi Muni.

Frans memaksa Muni duduk dan mengusap bahunya pelan memberi ketenangan. Tak lama Edi datang dan memberikan sebotol air mineral pada mereka.

"Kenapa bisa begini?" bisik Muni lirih.

Frans dan yang lainnya tidak mampu menjawab. Mereka hanya mampu menunduk menunggu Gara yang sedang di tangani didalam sana.

Frans kembali mengingat kejadian tadi yang hampir saja membuat detak jantungnya seolah berhenti.

"Saya tau dia ada di pinggir jalan. Tapi, dia diam saja Mas. Ya saya santai aja dong. Eh tiba-tiba pas mobil saya uda dekat adek itu langsung lari ke tengah jalan. Saya gak sempat ngelak Mas," jelas pengemudi mobil yang menabrak Gara tadi.

Tidak sampai disitu. Beberapa saksi yang ikut mengantar Gara pun mengatakan hal demikian.

"Bener Mas. Saya lagi di halte terus liat sendiri adek itu lari ke tengah jalan padahal dia juga liat kalau ada mobil yang mau lewat."

Semua itu seolah menjadi mimpi buruk bagi Frans. Tidak pernah menyangka bahwa anak selucu Gara akan mengambil jalan seperti ini.

Frans masih tidak menyangka bahwa Gara dengan sengaja berlari ke tengah jalan dimana ada mobil yang melaju kencang kearahnya.

Hal yang benar-benar tidak pernah terlintas di pikiran Frans sama sekali.

Beberapa langkah kaki yang terdengar tergesa membuat perhatian mereka teralih. Frans menampilkan wajah tidak bersahabat. Apalagi saat tatapannya bertemu dengan Daniel.

Bugh

Bugh

Renan sudah lebih dulu menghadiahi Daniel pukulan. Membuat Sukma dan Dian memekik tertahan.

Renan menarik kasar Daniel yang terjatuh akibat pukulannya dan menghunuskan tatapan tajam pada Daniel.

"Bangsat! Lo manusia terbangsat yang pernah gue temui! Kalau lo enggak datang kemarin, hari ini Gara mungkin masih ada sama gue!" murka Renan kembali melayangkan pukulan pada Daniel.

Edi dan Frans enggan memisahkan. Sementara Muni terlihat tidak peduli pada kedatangan mereka. Frans memang meminta pihak rumah sakit mengabari manusia-manusia tidak tau diri ini. Frans ingin melihat bagaimana reaksi mereka. Jika menyesal, Frans dengan senang hati tertawa saat ini juga.

"Apa yang terjadi? Bagaimana Gara bisa kecelakaan begini?" isak tangis Sukma mengisi lorong sepi ini. Bukannya iba Frans malah berdecih sinis.

"Kalau anda cuma mau numpang nangis mending di luar saja. Ganggu!" cecar Frans tanpa peduli bagaimana reaksi mereka.

"Jaga omongan kamu!" bentak Wahyu.

Edi tersenyum manis namun matanya memancarkan aura permusuhan. Edi bangkit dan menyalami tangan Wahyu seolah mereka akrab.

"Kita ketemu lagi nih Om. Wah saya kira anda enggak bakalan mau ketemu Gara lagi. Apa yang terjadi hari ini salah satu penyebab karena anda menjatuhkan harapan anak itu. Jadi, nikmatilah kehancuran ini. Kehancuran sesungguhnya itu menanti kalian." kalimat itu begitu saja keluar dari mulut Edi.

"Maksud kamu apa, nak?" tanya Sukma yang tidak mengerti arah pembicaraan Edi. Tapi, Edi memilih diam.

Renan yang sudah ditarik Asyam pun mendecih sinis.

Arfan yang sedari tadi hanya diam. Tanpa kata Arfan langsung menarik lengan Dian dengan kasar dan menyeretnya keluar dari rumah sakit.

Bruk

"Pergi kamu dari sini!"

Dian membelalakkan matanya lalu bangkit dan berusaha menyentuh tangan Arfan namun segera di tepis oleh lelaki itu.

"Mas, dengerin aku dulu," mohon Dian dengan air mata mengalir di pipinya.

"Kamu bohongin aku, Dian! Kamu bilang Gara ada sama Sukma! Tapi apa? Dia hidup menderita diluar sana! Ya ampun, kenapa aku menikahi wanita tidak berperasaan seperti kamu?! Pergi kamu dari sini. Aku akan segera mengurus perceraian kita!" tekan Arfan mutlak.

"Pak, tolong bawa dia! Dia membuat keributan di dalam!" seorang satpam pun datang lalu membawa paksa Dian dari hadapan Arfan.

"Mas, kamu enggak bisa giniin aku! Mas!" teriak Dian seraya berusaha melepaskan tangannya yang ditarik paksa oleh satpam.

Arfan memandang kosong ke depannya. Dengan langkah pelan lelaki itu kembali ke tempat Gara. Isak tangis Sukma masih mengisi hening. Asyam sudah terduduk dan menangis dalam diam. Menyesali apa yang di perbuatnya kemarin.

"Dirumah ibunya dia enggak diterima sama ayah tirinya. Bodohnya lagi ibunya ikut mengusirnya. Bu, apa ibu bahagia punya harta dan suami kaya tapi anak ibu enggak jelas tinggalnya di mana? Ibu bahagia tidak? Apalagi ibu sekarang hamil. Ibu enggak takut sama yang namanya karma? Hati-hati bu, kalau bukan ibu masih ada suami sama anak ibu yang akan nanggung karma," ujar Muni dengan lembut tapi sorot matanya menyiratkan kebencian.

"Saya juga heran sama suami ibu, dia datang ke tempat kami dan mengajak Gara untuk tinggal sama kalian. Tapi apa ibu tau? Besoknya suami ibu datang tapi untuk mematahkan harapan kecil yang sudah di bangun Gara. Ayah kandungnya saja mengoper dia pada kalian lalu kalian juga mengusirnya. Lalu kalian mengharapkan apa? Kebahagiaan? Ini awal kehancuran kalian!"

Arfan benar-benar membisu. Sepenuhnya menyadari ini semua berawa darinya. Arfan benar-benar menyesal.

"Gara sengaja lari ke tengah jalan tadi. Dia sengaja. Lalu bisakah aku bilang kalau Gara berusaha untuk bunuh diri?"

Deg

Sukma merasa kedua kakinya lemas. Lalu wanita itu pingsan tapi mereka tidak ada yang bergerak kecuali Wahyu yang langsung membawanya pergi.

Arfan dan kedua putranya yang lain membisu. Terlalu terkejut akan fakta yang ada. Putra bungsunya bunuh diri? Tidak mungkin. Arfan terus menyangkal. Putranya itu anak yang manis dan polos.

Bagaimana mungkin dia kepikiran untuk bunuh diri?

Ceklek

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?"

¤¤¤

Belum ending ya hehe. Untuk tim sad or happy pasti deg-degan wkwkw.

Selamat membaca😊

Ada yang mau di sampein?

Buat Gara?

Asyam?

Daniel?

Arfan?

Dian?

Sukma?

Wahyu?

Muni dan tiga sekawan?

Maafkan typo.

Ig : @anisaadrm23

Salam manis,
Ans Chaniago

23 Agustus 2020

Huis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang