Gara memandang kesal pada orang-orang di depannya. Sementara yang di pandang memasang wajah tidak berdosa.
Kening Gara mengkerut dalam dengan tatapan mata yang tajam. Sementara Frans sudah terbahak sambil memegangi perutnya.
Ini semua berawal dari Muni yang tiba-tiba datang mengganggu Gara yang tengah membuat lampion. Pagi itu Gara, Frans, Renan, dan Edi memilih mengerjakan kerajinan itu diteras saja mumpung hari ini hari Minggu.
Sampai Muni datang dan membawa beberapa cemilan. Namun, bukan itu masalahnya. Masalahnya ada pada boneka pikachu besar yang dibawa oleh Muni.
Awalnya Gara biasa saja. Mungkin itu dibeli untuk menemani Muni tidur. Tapi, Gara tidak bisa menahan tangis saat Muni dengan wajah kalemnya mengatakan bahwa boneka itu untuknya.
Demi apapun Gara ingin mengubur dirinya hidup-hidup saat itu juga.
"Senyum dek senyum," greget Muni saat melihat Gara tampak lucu dengan boneka pikachu yang dipeluk anak itu. Tentu saja membuat boneka itu dipeluk oleh Gara adalah hal sulit.
Jadi, saat ada kesempatan mereka langsung mengabadikannya lewat ponsel.
"Anjir baru satu menit notif instagram gue uda banjir!" heboh Renan seraya memukul-mukul pundak Edi.
Edi dan Frans pun memperhatikan beberapa komenan di instagram Renan. Rata-rata dari mereka tampak gemas dengan sosok Gara.
"Abang masuin ke instagram?" tanya Gara yang baru saja mencerna semua yang terjadi.
Renan mengangguk tanpa dosa. Sementara netra Gara sudah memerah menahan tangis karena malu.
Di detik selanjutnya Gara bangkit dan membuang boneka pikachunya dengan kasar. Muni terkekeh apalagi saat melihat Gara masuk ke dalam kamarnya.
Tak berselang lama Gara kembali dengan guling yang membuat mereka semua bingung.
Bugh
Bugh
Bugh
"Arggh! sakit dek sakit astaga jangan dipukul, dong," teriak Renan yang sudah berlarian mengelilingi area kost.
Beberapa anak kost lain yang mendengar kegaduhan itu pun keluar lalu tertawa melihat bagaimana Gara dengan beringasnya memukul Renan dengan guling.
Apalagi Renan dan Gara tidak memakai alas kaki apapun.
"Hapus, Kak, hapussss!!" teriak Gara sambil menambah kecepatan larinya.
"Titip lima pukulan, Dek!" seru Edi seraya bertepuk tangan seolah menyaksikan pertunjukan.
Gara yang sudah lelah membuang kasar gulingnya. Ia benar-benar kesal dengan Renan. Muni yang merasa bersalah pun menarik lembut tangan Gara untuk kembali duduk di sampingnya.
"Sampai keringetan gini, Dek," gumam Muni dengan tangan yang sudah menyeka keringat di dahi Gara dengan tisu.
Gara hanya diam. Dirinya masih benar-benar kesal.
"Kakinya lecet kan jadinya. Lain kali, kalau kesel sama Renan tarik aja rambutnya biar botak. Kalau lari-larian kan uda panas malah kakinya lecet lagi," omel Frans dengan netra yang fokus menatap telapak kaki Gara yang terlihat lecet.
"Yauda, mbak bawa aja bonekanya. Maaf ya, Dek. Karna boneka yang mbak kasih kamu jadi gini," sesal Muni yang membuat Gara menatap kedua netra Muni.
Gara jadi merasa bersalah. Tidak menyadari bahwa Muni hanya ingin memberikan hadiah untuknya. Ya walaupun boneka yang sebenarnya tidak Gara suka.
"Jangan dibawa pulang, Mbak. Buat temen tidur Gara aja nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Huis (END)
Teen FictionHuis dalam bahasa Belanda artinya adalah "rumah". Gara hanya sosok remaja mungil yang rindu kehangatan dan kasih sayang. Setelah Ayah dan Bunda bercerai dan kini telah mempunyai keluarga baru masing-masing, sosok Gara lah yang menjadi terbuang. Tid...