Vijf

16.5K 2.2K 131
                                    

Sesuai rencananya, pagi-pagi sekali setelah menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim sosok Gara pun sudah rapi dan siap untuk berangkat.

Gara mengenakan kaos hitam dengan gambar beruang ditengah bagian depan bajunya, juga celana jins berwarna hitam. Dulu, Asyam suka sekali membelikan Gara barang-barang lucu.

Entah itu baju yang ada gambar beruang, sweater kebesaran atau bahkan mainan yang sebenarnya tidak cocok dimainkan lagi oleh Gara yang sudah remaja.

Kalau Daniel, kakaknya itu terkesan tidak jelas. Jika ada pekerjaan kantor yang menumpuk Gara pasti disuruh menemani walau ujungnya mereka fokus pada kegiatan mereka masing-masing.

Dulu, Gara bisa saja kesal dengan semua itu. Kedua kakaknya memperlakukan dirinya seperti anak kecil. Tapi, saat seperti ini rasanya Gara rindu.

Sejak Sukma dan Arfan bercerai keadaan rumah berbeda. Gara tidak pernah disambut lagu seperti dulu. Saat baru-baru berpisah, kedua kakaknya sibuk bekerja untuk mengalihkan pikiran.

Gara tau, anak manapun pasti akan merasa terluka karena perceraian kedua orang tuanya, pun dengan Gara. Hanya saja, mereja terlalu fokus menyembuhkan luka masing-masing.

Melupakan sosok Gara yang tidak tau apa-apa. Gara hanya mampu meraba-raba dan menerka apa yang terjadi. Berusaha tegar dan menyembuhkan lukanya sendiri.

Awalnya masih ada sepatah dua kata mereka keluarkan untuknya. Tapi, semakin kesini semua berubah. Tentu hanya berubah padanya saja. Sebab Arfan masih menjadi sosok yang hangat untuk kedua kakaknya.

Gara yang merupakan anak bungsu tentu dulunya terlalu sering dimanja. Jadi, saat keadaannya sekarang seperti ini, Gara tentu kelabakan.

Ingin menangis rasanya percuma. Ingin mengadu pun tidak tau kemana. Gara hanya sendiri sekarang. Dan mau tak mau harus berpikir dan berusaha agar tetap bertahan kedepannya.

Apapun yang ia alami, Gara hanya berharap bahwa suatu saat nanti Gara bisa ada ditengah-tengah mereka lagi.

"Gar, woi lo uda bangun belum?" teriak Frans dari luar yang membuat lamunan Gara buyar dan bergegas membukan pintu.

Tampak Frans yang sudah rapi dengan kaos putih di padukan dengan celana jins hitam juga jaket hitam.

Frans tampak memandangi penampilan Gara yang terkesan seperti anak kecil.

"Lo seriusan pakai baju gambar beruang gitu?"

Gara mengangguk.

"Nanti Gara pakai sweater biar beruangnya ketutup kak."

Frans menepuk jidatnya begitu mendengar ucapan Gara.

"Yauda terserah deh mau pakai apa asal pakai baju."

Gara terkekeh mendengarnya.

"Uda sarapan lo?"

Gara menggeleng ragu sambil memasang senyum bodoh.

"Buset, ngapa belum bocah?" tanya Frans yang gemas sendiri dengan tingkah Gara.

Gara tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu dengan polos berkata,
"Gara enggak bisa masak, Kak. Lagian uang Gara enggak ada. Ada sih, tapi untuk bayar uang kos sama Bu Farah"

Huis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang