Limapuluhtujuh

2.4K 318 69
                                    

"Hei... sayang"

April menegakkan kepalanya dan menutup mulutnya "J—jun ini kamu kan?"

"Heum. Bukan, arwahnya"

April menjauhkan badannya "Serius?! Ini bukan halu kan?!" ia mengucek matanya berkali-kali. Memastikan apa yang ia lihat bukan khayalan semata

"Ini aku , Huang Renjun. Suami nya April, ayahnya Huang Ara"

April mendekati Renjun "Gak amnesia kan jun? Kayak di filem filem"

Renjun menggeleng "Ga. ngaco kamu"

April langsung memeluk Renjun. Air mata dengan gampangnya berjatuhan lagi.

"Jun, kamu jahat. Kamu dendam ya sama aku,? Sampai gak bangun tiga minggu lebih"

Renjun mengusap pelan rambut April "Enggak jahat. Cuman dari tadi aku udah bangun lo"

"Sejak kapan?"

"Sejak kamu ngelap-in badan aku. Terus di tambah, usapan penuh kasih sayang seorang istri"

"Terserah apa katamu. Aku rindu Huang Renjun pokoknya"

Renjun tertawa kecil "Aku lapar, mau makan"

"Kan udah makan selama ini"

Renjun menggerling "Makan darimananya?"

"Tuh infus, makan aja tu infus"

Renjun berdecak lalu merencanakan sesuatu dan berakting pura-pura pingsan.

"RENJUN!!! YA ALLAH BANGUN!!." April dengan cepat memencet tombol panggilan rumah sakit.

Renjun yang berakting tertawa dalam hati, menunggu dokter dan suster datang menghampiri mereka.

"Renjun sudah ada menunjukkan tanda-tanda tadi?" tanya Dokter lalu mengecek mata Renjun

April menggeleng "Bukan tanda-tanda dok. Tapi udah siuman tadi, tapi pingsan lagi"

Dokter mengangguk paham "Ibunya tenang dulu jangan panik"

"Gimana gak panik?!"

Renjun akhirnya memutuskan untuk berhenti main-main dengan akting nya "Dok, rumah sakit ini di fasilitasi makanan kan? Saya lapar"







"Jun lain kali jangan gitu. Becanda mu gak lucu"

Renjun menganguk "Maaf ya sayang. Tapi, reaksimu tadi sudah tertanam dalam memoriku"

"Nanti kalau kamu beneran pingsan gimana? Terus tiba-tiba Allah gak kasih kamu bangun lagi?! Gimana Renjun? Gim—"

Renjun meletakkan telunjuk jarinya di bibir April "Stttt iya-iya. Maafin aku ya? Pasti kamu capek banget kan ngejagain aku?"

April menggeleng "Rasa capek ku udah kebayar dengan kamu yang sekarang udah siuman"

"Ara mana?"

"Sama Bang Johnny"

Renjun mengangguk "Udah, aku udah kenyang"

"Hah? Lima sendok bubur aja udah kenyang. Serius kamu?"

"Iyaaaa cantik.. Kamu duduk manis disini, temanin aku. Ohiya, bisa minta tolong antarin Ara kesini?"

"Kenapa?"

"Aku kan udah ngelepas rindu dengan mamanya, gantian dong dengan anaknya"

April berdecak "Sebentar lagi ya?"

"Kenapa?"

April mengambil tangan Renjun "Aku sempat iri dengan Jaemin , dia udah siuman sejak satu minggu yang lalu. Tapi, aku percaya kamu akan siuman."

"Gak boleh iri gitu lagi ya..Maut, hidup, rejeki, jodoh, keturunan semuanya kehendak yang diatas. Kita sebagai manusia bisa merencanakan namun gak bisa ngelawan kehendak yang diatas"

"Aku paham. Tapi yaudahlah, aku mau peluk kamu dulu. Walaupun posisi kita, aku duduk kamu berbarin. Itu lebih dari cukup"

Renjun menciumin telapak tangan April yang sudah mulai mengasar "Kamu gak perawatan lagi ya? Udah kasar gini loh kulit kamu"

"Pertanyaan sensitif loh itu"

"Enggak, maksudku. Setelah aku keluar dari sini, ayo jalan-jalan berdua tanpa Ara"

<><><><><><><><><><>><

Aku tau kalian semua gak ada yang mau per-sad endingan . Sama kok:)

Masi mau lanjut beberapa chapt? Atau stop disini aja hehe.

Biar member lain ada lapaknya juga wkwkwk 

Mas Suami | Renjun 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang