Jiyeon baru saja tiba didepan ruangan perawatan Jieun,ia mengintip dari balik jendela,melihat bagaimana Wendy terisak juga tatapan terluka Jungkook dan Yoongi. Jiyeon juga diam-diam kembali terisak dengan dada yang terasa sesak melihat bagaimana keadaan Jieun.
Jungkook yang tanpa sengaja melihat Jiyeon dari balik jendela hanya bisa mengeram ditempatnya, teringat kembali dengan kematian Sinb dan bagaimana murkanya orang tua gadis itu. Mereka langsung mengurus pemakanan Sinb dan tidak mengizinkan Jungkook untuk melihatnya dan mengantarkan kekasihnya itu ketempat peristirahatan terakhir. Dengan langkah lebar Jungkook keluar dari ruang rawat Jieun,menatap Jiyeon dengan emosi berapi-api,lalu pria itu menarik kuat tangan Jiyeon membuat Jiyeon yang terlarut dengan kesedihannya tersentak kaget,terlebih lagi saat Jungkook menariknya tanpa perasaan seperti sebelumnya.
"Jungkook,kita akan kemana?" tanya Jiyeon lirih sedangkan Jungkook hanya menatap wanita itu dengan senyum iblisnya.
"Ketempat dimana seharusnya kau berada,karena setelah ini aku tidak akan pernah melepaskanmu Jiyeon. Akulah pemilik hidupmu mulai saat ini,dan hanya luka yang aku pastikan akan kau rasakan disisa hidupmu!" nada suara Jungkook membuat tubuh Jiyeon meremang ucapan pria itu benar-benar vonis mati untuknya, penuh ancaman dan aura kematian membuat Jiyeon merasa hidupnya benar-benar hanya akan diisi oleh kelam dan gelap setelah ini.
Jungkook menarik paksa Jiyeon untuk masuk ke mobilnya,,lalu pria itu menuju kursinya,menyetir mobilnya dengan kecepatan gila,,membuat Jiyeon yang duduk ditempatnya bergerak gelisah, wanita itu memejamkan matanya,,keringat dingin membasahi tubuhnya dengan wajah yang perlahan memucat.
"Jungkook."lirih Jiyeon dengan ketakutan yang begitu tergambar diwajah pucatnya.
"Jebal, pelankan mobilmu."Jiyeon tersendat-sendat dengan nafas yang mulai terasa sesak, sedangkan Jungkook yang melihat itu bukannya simpati justru tersenyum iblis, dengan kejamnya menambah kecepatan mobilnya.
"Ah jadi ini menjadi kelemahanmu yang pertama. Baikkah, ini adalah permulaan yang menyenangkan bukan begitu Jiyeon? Sangat menyenangkan melihatmu tersiksa seperti ini,,aku janji akan membuatnya lebih menyenangkan dikesempatan berikutnya. Kita tunggu saja Jiyeon,,aku tidak akan pernah melepaskanmu seumur hidupku kecuali kematian telah menjemputmu "Jungkook menyeringai menambah kecepatan mobilnya sekali lagi membuat Jiyeon benar-benar merasa akan mati ,ia me cengkram erat seat beltnya dan menekan dadanya yang terasa sesak,,mencoba mengambil nafas walau hanya sesak yang ia dapat.
Jiyeon terus merapalkan kata-kata untuk menenangkan dirinya sendiri,,sesuatu hal yang biasa ia lakukan jika dirinya berada dalam kecemasan dan ketakutan. Entah mengapa waktu berjalan begitu lambat dan Jiyeon tau jika Jungkook kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan lebih tinggi.
"Ya Tuhan,,kumohon."
"Bertahanlah Jiyeon,,kau sudah pernah melewati ini."
"Semua ini akan berakhir dengan singkat ,bertahanlah sebentar lagi"
"Tidak akan ada hal buruk yang terjadi, bertahanlah karena sebentar lagi rasa yang menyiksa ini akan hilang."
Jiyeon menghirup nafasnya dalam-dalam ,berbagai hal telah ia lakukan untuk menenangkan dirinya dengan kata-kata atau membayangkan hal yang menyenangkan selama hidupnya,,namun nyatanya mobil itu belum juga berhenti membuat Jiyeon benar-benar sudah tak bisa menahan sesak itu lagi.
"Akhhh." Jiyeon merintih merasakan dadanya terasa sakit dengan kepala yang pening
"Tolong." Jiyeon mengucapkan dengan nada putus asa dan hal itu membuat Jungkook semakin tertawa puas. pria itu tak terlihat iba sama sekali seolah ia adalah manusia yang tidak memiliki hati.
"Kau ingat Jiyeon! Ini adalah permulaan,,dan aku akan membuat selanjutnya lebih menyakitkan dan menyiksa. Aku akn membuat hal ini mudah untukmu."Jungkook kembali menyeringai.
Mobil berhenti mendadak membuat Jiyeon membuka matanya dan menghembuskan nafasnya lega,,wajahnya masih pucat ,telapak tangannya juga dingin dan berkeringat seperti tubuhnya yang kini basah oleh keringat.
"Siapkan kamar maid untuknya Jisoo, bukankah kemarin Hanbin sudah membersihkan ruangan kosong didekat dapur? Gunakan kamar itu."perkataan Jungkook tentu saja membuat Jisoo terkejut, wanita itu menatap Jungkook dengan pandangan binggung dan beralih menatap Jiyeon.
"Dia pembantu baru, tunjukan dimana kamarnya,"
Jisoo tidak dapat membantah lalu menunjukan jalannya pada Jungkook, diikuti dengan Jungkook yang masih menarik Jiyeon kuat-kuat. Wanita itu hanya bisa menahan sesak didalam hatinya melihat perlakukan Jungkook,,dalam diamnya ia menatap pria itu yang telah ia cintai selama bertahun-tahun.
Tubuh Jiyeon kembali terhempas saat Jungkook mendorong memasuki sebuah ruangan yang kecil dan sedikit kotor,,tidak ada apapun disana selain meja,,kursi dan lemari. Jiyeon meringis,,Jungkook bahkan sudah menyiapkan kamar tidurnya dengan begitu sempurna.
"Tidak perlu ada ranjang,,berikan dia kasur lantai dan jangan memasang penghangat diruangan ini."seru Jungkook mengancam membuat Jisoo sekali lagi hanya bisa mengangguk patuh.
Tepat setelah itu Jungkook keluar dari ruangan yang akan menjadi kamar Jiyeon,,sedangkan Jiyeon hanya meringis memegangi pergelangan tangannya yang kini memerah akibat cengkraman pria itu.
"Nona,,anda baik-baik saja?" tanya Jisoo saat melihat Jiyeon meringis."
"Jiyeon,,aku Jiyeon dan kau bisa memanggilku seperti itu dan jangan panggil nona,,karena aku bukan majikanmu."Jiyeon tersenyum sendu pada Jisoo lalu kembali menatap ruangan kecil yang akan menjadi kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEEPEST REGRET ( END )
RomanceSUDAH DI BUKUKAN DAN EBOOK BISA DI BELI KAPAN SAJA.