“Jungkook!!” Panggil Wendy lagi menguncang bahu Jungkook, membuat pria itu tersentak kaget dan mengusap wajahnya frustasi.
“Aku ingin kerumah, Wendy. Aku... aku ingin bertemu dengan istriku. Aku bermimpi buruk tentangnya, aku mendatangi makamnya bersama anak kami.” Ucap Jungkook tercekat mengucapkannya, begitu juga dengan Wendy yang terkejut.
Jungkook lalu beranjak dari sana, tidak lagi memperdulikan Wendy, melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 10 malam, lalu meraih kunci mobil di atas dan keluar dari rumah.
“Jungkook, tunggu!! Aku ikut.” Wendy berteriak dan menyusul Jungkook.
....
Jieun menyerngit dan menatap binggung pada Yoongi saat mendengar bel yang berbunyi malam-malam begini, keduanya sedang mengobrol dan menikmati waktu berdua, juga membicarakan tentang Jiyeon yang akhir-akhir ini semakin gelisah dalam tidurnya setiap Jieun menengoknya saat tengah malam ke kamar wanita itu.
“Sayang, siapa?” Tanya Jieun membuat Yoongi menggeleng namun mengikuti Jieun yang sudah beranjak lebih dulu.
“Jungkook,” Panggil Jieun binggung melihat penampilan Jungkook yang begitu berantakan dan terlihat sayu. Lalu melirik ke belakang dimana Wendy yang berlari menyusul Jungkook.
“Ada apa, Son?” Tanya Yoongi merangkul pinggang istrinya, menatap penuh tanya pada Jungkook. Jieun lalu memilih mempersilakan mereka masuk.
“Eomma, ijinkan aku bertemu dengan Jiyeon malam ini. Kumohon, Eomma ... aku... hatiku tidak tenang dan terus memikirkannya.” Pinta Jungkook mengiba, membuat Jieun menatapnya dengan kening menyerngit, lalu mengusap lembut Yoongi di bahunya dengan tatapan dan anggukan kecil membuat Jieun menghembuskan nafasnya lelah.
Mengingat kegelisahan Jiyeon akhir-akhir ini juga tentang mimpi buruk Jiyeon sebulan yang lalu tentang Jungkook, mungkin sudah saatnya dia membiarkan Jungkook melepas rindunya dengan Jiyeon. Lagipula Jiyeon sudah terlelap, dan mungkin Jungkook bisa melihatnya.
“Baiklah, Eomma mengijinkanmu, tapi hanya sebentar, Eomma tidak ingin dia terbangun dan histeris saat melihatmu ada disana.” Ucapan Jieun membuat Jungkook tersenyum miris dalam hati, benarkah Jiyeon akan histeris saat melihatnya?
Jungkook akhirnya mengangguk kaku, tidak apa-apa asalkan dirinya bisa melihat Jiyeon lebih dekat dan memastikan istrinya memang masih ada dalam jarak pandangnya. Mimpinya tadi, benar-benar mengerikan.
Jieun mengantarkan Jungkook ke kamar Jiyeon, wanita itu tidak meninggalkannya dan terus menunggu di depan pintu.
Langkah Jungkook begitu berat saat akhirnya setelah berbulan-bulan bisa melihat Jiyeon begitu dekat, air mata tanpa di komando membasahi wajahnya, kenapa Jiyeonnya masih terlihat begitu kurus walau hamil? Kenapa dia harus sesak seperti ini disaat seharusnya dia bahagia bisa melihat Jiyeon lagi? Dan kenapa mimpi itu kembali menghantuinya dengan segala kemungkinan yang telah ia pikirkan?
Jungkook jatuh berlutut di sisi ranjang Jiyeon, menyembunyikan isak tangisnya di sana, menggenggam tangan Jiyeon dan mengecupnya lembut, berusaha meredam isakannya yang semakin menjadi, takut jika itu akan membangunkan Jiyeon dan akan membuat wanita itu mengusirnya.
Sedangkan Jieun meneteskan air matanya saat melihat bagaimana Jungkook yang begitu menyedihkan di sana, hingga usapan di bahunya membuat dia menoleh, dan mendapati Yoongi yang merangkulnya dan membawa kepalanya untuk bersandar di bahunya.
Rintihan itu pelan-pelan kembali terdengar dari bibir Jiyeon, membuat Jungkook mendongak dan menatap sendu pada Jiyeon yang bahkan tidak bisa tenang dalam tidurnya, dengan hati-hati dia berusaha untuk mengusap lembut puncak kepala Jiyeon, berharap istrinya itu bisa berangsur tenang, dan benar saja, usapan lembut itu membuat Jiyeon pelan-pelan tenang. Jungkook tersenyum bahagia melihatnya. Pria itu lalu mengecup kening Jiyeon lekat, tanpa sadar air mata jatuh membasahi kening Jiyeon, namun dia dengan cepat menghapusnya, takut Jiyeon terbangun. Lalu beralih pada perut Jiyeon dengan rasa haru yang membuncah saat akhirnya dia bisa merasakan tendangan itu dari anak-anaknya.
“Cukup, Jungkook. Waktumu habis, Eomma tidak ingin terbangun.” Ujar Jieun membuat Jungkook memejamkan matanya dan beranjak dengan tidak ikhlas.
“Sleep night, baby.” Ucap Jungkook dan benar-benar pergi dari sana, namun sesuatu menahannya, membuatnya kembali membalikan tubuhnya, melihat tangannya di genggam oleh Jiyeon dan wanita itu kembali gelisah dalam tidurnya.
“Hey, apa yang kau impikan, sayang?” Tanya Jungkook sambil mengusap lembut kenjng Jiyeon, lalu menatap ibunya dengan tatapan memohonnya.
“Eomma, bolehkah?” Tanya Jungkook dengan wajah sendu, membuat Jieun menghembuskan nafasnya dan akhirnya mengangguk, mengerti maksud dari ucapan anaknya.
“Pulanglah sebelum Jiyeon bangun.” Timpal Yoongi dan mengedipkan matanya pada Jungkook, lalu mengajak Jieun untuk keluar dari sana, Jungkook tersenyum haru dan bahagia, mengecup kening Jiyeon sekali lagi dan naik ke ranjang lalu berbaring disamping istrinya.
Tidak. Jungkook tidak ingin terlelap begitu cepat walau matanya sudah terasa berat, ia hanya berbaring, menyangga kepalanya dan menatap Jiyeon begitu dekat dengan perasaa campur aduk, lagi-lagi air matanya jatuh, Jungkook mengecup kening Jiyeon dengan sesak dan haru mendominasi.
“Sayang, aku senang kau baik-baik saja sejauh ini,” ujar Jungkook begitu lirih, menatap Jiyeon dengan rasa menggebu-gebu, tidak menyangka akhirnya bisa kembali memiliki waktu berdua dengan istrinya.
“Rasanya begitu berat, tapi aku tau apa yang kurasakan bukanlah apa-apa dibandingkan denganmu.” Jungkook tersenyum pilu, membelai wajah Jiyeon lalu mengusap lembut perut wanita itu.
“Aku bermimpi anak kita, sayang. Mereka sangat lucu, menggemaskan, mereka laki-laki dan perempuan. Tapi, mimpi itu juga menakutkan. Aku... aku harus melihat makammu dan datang kesana bersama anak-anak kita. Kau akan baik-baik saja kan, sayang? Kau akan melahirkan dengan selamat dan merawat anak-anak kita. Tidak apa-apa jika kau menginginkan perpisahan. Mimpi itu menyadarkanku, jika berpisah dengan kematianmu lebih menakutkan. Aku... aku akan melepaskannu asal kau masih bisa melihatmu , sekalipun dari jauh. Kau akan berjuang untuk anak-anak kita kan, Je? Kau tidak akan membiarkan anak-anak kita tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, kan? Aku yakin kau tidak akan tega melakukannya pada anak-anak kita. Ya kan, sayang?” Jungkook berujar parau dengan nafas yang sesak, pelan-pelan membawa Jiyeon dalam pelukannya.
Mimpi itu benar-benar merenggutnya pada ketakutan yang tidak pernah ia bayangkan, berpisah dengan Jiyeon memang telah menjadi ketakutannya selama ini, namun dipisahkan oleh Tuhan dengan caranya. Jungkook benar-benar tidak pernah berpikir kesana. Dan mimpi tadi, benar-benar membuatnya ketakutan. Entah sebuah petunjuk dari Tuhan agar dia mempersiapkan diri atau hanya akibat kelelahan psikis dan fisik yang cukup menyiksanya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEEPEST REGRET ( END )
RomantizmSUDAH DI BUKUKAN DAN EBOOK BISA DI BELI KAPAN SAJA.