' Ya Tuhan, apa aku hidup hanya untuk menjadi incaran kematian mereka yang bahkan aku tidak tau dimana letak kesalahanku,' Jiyeon berguman dalam hati, memijit pelipisnya yang terasa begitu sakit, terlalu banyak kejadian menyakitkan hari ini, dia benar-benar lelah dengan semuanya, namun dia harus berjuang untuk hidup,,untuk bayinya.
Lalu ingatannya kembali teringat pada ucapan ambigu Sinb saat menariknya keluar dari taksi tadi. Membuatnya membuka mata dan menatap penuh tanya pada wanita itu.
"Apa maksud ucapanmu dengan saudara tadi?" Sekali lagi pertanyaan Jiyeon membuat Sinb tertawa keras, menatap tajam pada Jiyeon sebelum kembali fokus pada kemudi dan mengabaikan Jiyeon yang menuntut jawab.
Jiyeon memilih diam, menyesal telah tidak membawa ponselnya tadi, dia lebih memilih memejamkan matanya, berusaha menenangkan dirinya dan bayinya saat kram itu lagi-lagi ia rasakan dan membuatnya menahan ringisannya, takut hal itu akan memicu Sinb untuk menyakiti anak-anaknya.
Entah kemana Sinb akan membawanya, yang Jiyeon tau mobil Sinb tadi keluar dari wilayah Seoul.
Ringisan dari bibir Wendy membuat Jiyeon menguatkan genggaman tangannya pada wanita itu, menatap cemas pada Wendy yang pelan-pelan tersadar.
"Wendy?" Panggil Jiyeon membuat Wendy menatapnya binggung, mengerjap-ngerjapkan matanya seolah berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padanya sebelumnya, sehingga suara tawa yang membahana itu membuat Wendy menoleh dan memejamkan matanya saat mengingat semuanya.
"Brengsek! Apa yang kau lakukan?! Turunkan kami!!" Wendy berteriak, berusaha meraih Sinb dan mencekik leher wanita itu tidak peduli dengan Sinb yang sedang menyetir.
Hal itu membuat Sinb menggeram marah dan mengambil pisau di dashboard mobil, berusaha menyerang Wendy, namun Wendy dengan sigap melepaskan cekikanya hingga pisau itu menggores leher Sinb.
"Brengsek!!" Sinb menggerang marah, menatap nyalang pada Wendy yang tidak takut sama sekali.
Hingga Sinb menghentikan mobilnya tiba-tiba, disebuah bangunan kumuh yang jauh dari pusat kota. Ingatan Wendy tentang kejadian penculikannya diwaktu kecil Benar-benar membuat tubuh wanita itu bergetar takut.
Wendy memejamkan matanya berusaha menenangkan diri dan memcari kekuatan, dia sudah berjanji pada dirinya untuk melindungi Jiyeon dan calon keponakannya, dia tidak boleh kalah dari Sinb. Sinb tidak boleh melukai Jiyeon.
"Brengsek!! Jika kau melukainya, aku akan membunuhmu!!" Teriak Wendy murka, membuat Sinb tertawa keras dan menatap remeh pada Wendy, menyuruh anak buahnya untuk menuju tempat eksekusi yang telah disediakan untuknya.
Jiyeon terus berusaha untuk melindungi perutnya dan mengusapnya lembut,berusaha untuk tidak kehilangan keseimbangan saat Sinb mendorongnya untuk duduk dikursi kayu disebuah ruangan yang cukup usang dan terlihat begitu mengerikan.
"Ingin tau kenapa kita bersaudara, Jiyeon?" Bisik Sinb mencengkram bahu Jiyeon dengan tatapan nyalangnya.
Sinb hanya tersenyum sinis pada Wendy dan kembali fokus pada Jiyeon, mencengkram rahang kuat wanita itu juga menjambak rambutnya.
"Karena Mommy-mu jalang itu tidur dengan Daddy-ku, aku dan Mommy-ku harus menderita!! Karena Mommy-mu yang sialan itu menghancurkan keluargaku!! Memberikan rasa sakit seumur hidupku dan Mommy. Arghh!!" Sinb berteriak dan menampar Jiyeon,membuat Wendy langsung mendelik dan menahan Jiyeon agar tidak jatuh, dirinya cukup terkejut dengan pengakuan Sinb pun dengan Jiyeon yang sekali lagi menerima kenyataan pahit itu.
Lalu Sinb mendekati Wendy, mencengkram rahang wanita itu namun Wendy juga mencengkram tangan Sinb kuat.
"Dan karena kesombongan dan kebiadaban Daddy-mu, Daddy-ku harus mati bunuh diri menanggung hutang yang menggunung!! Kau menghancurkan keluargaku, brengsek!!" Sinb mengeluarkan pisau dan mengacungkan pada Wendy lalu beralih pada Jiyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEEPEST REGRET ( END )
RomanceSUDAH DI BUKUKAN DAN EBOOK BISA DI BELI KAPAN SAJA.