Feeling Blue

863 152 181
                                    

Pagi-pagi Wendi sudah datang kerumah sakit ingin memastikan keadaan Jiyeon dan meminta maaf pada wanita itu,dan mencoba menjalin hubungan baik dengan Jiyeon,dia akan menuruti mata hatinya,sama seperti yang diucapkan ayahnya,terlepas dari semua hal yang seolah menahannya melakukan itu. Wendy hanya tidak ingin terus menerus tertekan dengan rasa bersalah yang membuatnya sesak.

Clek!!

Begitu membuka pintu, yang Wendy temukan hanyalah kesunyian,dengan Jiyeon yang masih memejamkan matanya. Jungkook pergi entah kemana. Wendy juga tau seburuk hubungan kakaknya dan juga kakak iparnya,mungkin lebih dari buruk darinya ,dia sangat memahami kembarannya itu, Jungkook lebih egois, pri itu akan selalu mengutamakan egonya saat hatinya sudah terluka,hati pria itu akan selalu kalah dengan amarah dan ego,dan Wendy tidak ingin membayangkan,bagaimana terlukanya Jiyeon selama bersama Jungkook.

Wendy meletakan bubur yang dibuat oleh pelayan rumah,mengganti bunga diatas nakas dengan yang baru,lalu ia membuka jendela agar udah segar masuk.

Jiyeon mengerjap-ngerjapkan matanya saat cahaya sukses mengusik tidurnya,ia menyerngit mendapati seseorang berdiri membelakanginya menatap ke luar jendela.

"Wendy?" lirih Jiyeon antara percaya tidak percaya,namun saat Wendy membalikan tubuhnya,Jiyeon semakin menyerngit binggung. Wendy tidak menyerangnya atau yang lebih parahnya membuatnya mati disini kan?

"Pagi, Jiyeon." sapa Wendy yang tidak pernah Jiyeon dengar dari seorang Jeon Wendy membuat Jiyeon sedikit bernafas lega,ketakutannya pelan-pelan sirna,Wendy tidak terlihat akan menyerangnya ataupun yang bisa membuat kondisinya memburuk.

"Pagi.. Apa yang kau lakukan?" tanya Jiyeon tersenyum ramah,Wendy mendekati sisi ranjang,menatap Jiyeon dengan sendu,membuat Jiyeon semakin bertanya-tanya.

"Ada apa Wendy? Kau baik-baik saja? Aku minta maaf untuk kejadian waktu itu,kau pasti terluka dan sangat ketakutan ya?" Jiyeon kini bicara penuh kekhawatiran,membuat Wendy yang mendengar itu berkaca-kaca dan menggenggam tangan Jiyeon.

"Kenapa kau masih mengkhawatirkanku? Aku...aku minta maaf, Jiyeon. Aku..aku minta maaf pernah memperlakukanmu begitu buruk." Wendy tertunduk dalam,membuat Jiyeon tersenyum tulus,lalu menggenggam balik tangan Wendy.

"Aku senang kau baik-baik saja,dan kita lupakan semuanya. Aku sudah melupakan kejadian sebelumnya." ungkap Jiyeon membuat Wendy mendongak dan menatap haru Jiyeon.

Wendy baru menyadari,Jiyeon begitu cantik saat tersenyum sekarang, hati wanita itu membuatnya lagi jika Jiyeon mengambil adil dalam kehancurkan keluarganya.

"Apa ada yang kau rasakan? Sebentar lagi dokter akan datang untuk visit pagi."Wendy kembali bertanya penuh perhatian,membuat titik kebahagian hadir dalam hati Jiyeon,setidaknya berkurang satu orang yang membencinya.

"Aku baik-baik saja. Terimakasih,Wendy."

Wendy mengangguk penuh haru,rasanya begitu melegakan saat Jiyeon tidak membencinya dan memaafkannya,hatinya menjadi lebih bahagia.

"Aku... Aku telah membuatmu terluka karena saat menolongku,kau bisa mengatakan keinginanmu,aku akan mengabulkannya." tawaran Wendy justru membuat Jiyeon menyerngit dan menatap Wendy yang menunggu jawabannya.

"Tidak ada yang perlu kau kabulkan,appa-ku yang melukaimu,dan aku menolongmu,itu impas."

Wendy menggelengkan kepalanya,dia merasa harus melakukan sesuatu untuk Jiyeon yang telah menolongnya,bukan hanya menolongnya dari rasa sakit,tapi juga menolongnya dari rasa takut, membuatnya merasa terlindungi dan merasa akan baik-baik saja karena pelukan Jiyeon yang begitu menenangkan,sama seperti pelukan Jieun,Yoongi dan Jungkook saat memeluknya.

DEEPEST REGRET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang