Jiyeon terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan menatap Jungkook yang kini tengah mengganti perban ditangannya. Sejak 2 hari yang lalu, pria itu lebih banyak bungkam, tatapan matanya tidak bisa diartikan oleh Jiyeon, bukan tatapan tajam atau nyalang seperti biasanya.
2 hari ini, semenjak hal gila yang bahkan Jiyeon masih tidak habis pikir bagaimana bisa melakukannya,sedikit banyak mengubah Jungkook. Pria itu sangat mengawasinya, selalu mengunjunginya setiap beberapa jam sekali,memastikan kondisinya dan memastikan dirinya makan dan meminum obatnya dengan baik. Tidak ada yang Jungkook katakan, pria itu melakukan tanpa kata,menatap Jiyeon dengan tatapan yang entah bagaimana.
Jiyeon binggung,setiap pertanyaanya yang dilontarkan olehnya tidak pernah dijawab oleh Jungkook. Pria itu hanya datang saat memeriksa keadaanya,mengganti perban,mengantarkannya makanan dan menunggunya menghabiskan makanan juga obatnya.
Jiyeon juga tidak tau kenapa Jungkook memiliki waktu begitu banyak hanya untuk sekedar mengawasinya.
'Tentu saja dia ketakutan, jika kau benar-benar mati dan mengakhiri semuanya, maka dia tidak lagi memiliki mainan. Dendamnya belum terbalaskan sepenuhnya.'
Batinnya kembali berbisik, membuat Jiyeon menarik nafasnya panjang, hubungannya semakin membinggungkan dengan Jungkook. Pria itu memang melakukan genjatan senjata,hanya saja, rasanya semua tidak baik- baik saja.
"Berhenti berpikir. Makan sekarang." itu suara Jungkook yang dingin,pria itu hanya akan mengucapkan sepatah dua kata perintah untuk Jiyeon, lalu menunggu Jiyeon hingga menyelesaikan makanannya, lalu keluar tanpa kata dan akan kembali mengecek keadaannya beberapa jam kemudian.
Jiyeon menatap lelah pada Jungkook.." Apa yang sebenarnya kau lakukan? Jangan membuatku binggung, Jungkook. Untuk apa kau takut dengan kematianku disaat kematianku adalah hal yang paling kau inginkan. Lalu, apa yang sekarang sedang kau lakukan? Kau melakukan hal yang seharusnya, untuk apa terus mengawasiku dan memastikan keadaanku membaik? Luka seperti apa lagi yang ingin kau berikan untukku? Apa semuanya belum cukup untuk membalaskan rasa sakit hatimu." Jiyeon menatap pilu pada Jungkook,sedangkan pria itu mengalihkan tatapannya kearah lain.
Memang, 2 hari ini Jungkook benar-benar dilanda ketakutan dan kekhawatiran yang tidak ia pahami,di bahkan selalu memastikan keadaan Jiyeon, dia tidak ke kantor 2 hari ini dan hanya mengerjakan hal-hal urgent yang dikirim sekertarisnya dari rumah. Selama 2 hari ini juga Jungkook mengurung Jiyeon dikamarnya,tidak membiarkan wanita itu turun dari ranjangnya.
2 hari ini juga,entah mengapa tidurnya terasa begitu damai , saat Jiyeon dialam bawah sadarnya, tidur sambil memeluknya. Rasanya begitu menenangkan dan nyaman. Jungkook tidak tau kenapa hal asing yang tidak seharusnya itu yang ia rasakan. Kekhawatirannya juga yang sangat berlebihan menurutnya,dirinya tidak menginginkan mengkhawatirkan wanita itu ,hanya saja tubuh dan hatinya seolah menentang keinginannya dan bekerja diluar kendalinya.
"Makan, Jiyeon. Kau tetap tidak akan bisa turun dari sini selama kau belum sembuh." Jungkook berujar dingin sekali lagi,mengambil alih nampan yang berisi makanan itu dipangkuan Jiyeon lalu menyuapi Jiyeon dengan raut tegasnya.
"Buka mulut."
Jiyeon mendecak kesal,namun tetap membuka mulutnya,lelah terus berdebat dengan Jungkook, namun pria itu tidak menanggapinya.
Pintu terbuka membuat Jungkook mendecak,namun saat ia mengetahui ayahnya datang dengan tatapannya langsung berubah menatap penuh tanya pada ayahnya.
"Dad? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jungkook binggung.
"Daddy menghubungimu sejak kemarin, kau sulit dihubungi dan sekertarismu bilang kau tidak masuk kantor selama 2 hari, ada hal yang penting ingin Dad bicarakan." ujar Yoongi dingin,melirik sekilas ke arah Jiyeon dengan tatapan yang sulit diartikan. Bukan, bukan tatapan tajam dan benci seperti biasa yang diberikan pria itu, Jiyeon justru melihat tatapan sendu dari Yoongi seolah pria itu,entahlah. Jiyeon tidak ingin beramsumsi tanpa dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEEPEST REGRET ( END )
RomanceSUDAH DI BUKUKAN DAN EBOOK BISA DI BELI KAPAN SAJA.