He never loved Me

1.1K 170 136
                                    

Jiyeon masih menormalkan degup jantungnya juga menghirup nafas dengan normal,rasanya Donghae benar-benar akan membunuhnya tadi, pria tua yang menjadi ayahnya itu seolah tidak main-main dengan ucapannya, tidak ada raut belas kasih ataupun perasaan sayang. Membuat Jiyeon tersenyum miris,dia memang benar-benar tidak berharga untuk Jungkook,selain sebagai alat belas dendam pri itu untuk mencapai tujuannya.

"Nona, kau baik-baik saja?" pertanyaan itu menyentak Jiyeon dari lamunannya,wanita itu lalu berdiri,menatap penuh tanya pada 2 pria asing yang secara tidak langsung menyelamatkan nyawanya.

"Siapa kalian? Dan apa yang kalian lakukan disini?" Jiyeon tetap waspada,menatap keduanya penuh curiga.

"Kan sudah kami katakan,nona. Kami ingin memesan bucket bunga kematian untuk satu keluarga. Tidakkah kau mendengarnya?'

"Kau bisa melakukan pemesanan didepan,silakan keluar dari sini."Jiyeon membuka pintunya lebar,dan keluar dari ruangannya yang diikuti oleh kedua pria asing itu.

"Tadi kami tidak melihatbada siapapun di depan,saat kami mendengar suara dilantai atas,kami langsung menuju kesana. Maaf jika kami langsung kesana. Maaf jika kami lancang."

"Ah, mungkin pegawaiku sedang mengurus bunga-bunga yang baru masuk dibelakang,silakan melakukan pemesan disini." tepat setelah itu Junhe datang dengan tergopoh-gopoh dari depan pria itu baru saja mengantar pesanan bucket bunga untuk acara ulang tahun.

"Je, apa yang terjadi?" tanya Junhe menatap ngeri pada kedua pria itu.

"Biar aku yang mengurusnya,kau bisa kembali ke atas, dan selsaikan pekerjaanmu." Junhe mengambil alih meminta Jiyeon untuk kembali keruangannya,dan tidak akan membiarkan boss-nya menghadapi pria-pria mengerikan didepannya yang mungkin memiliki tujuan.

"Terimakasih,Junhe." Jiyeon lalu beranjak dari sana dan kembali keruangannya.

"Je,kini kau tidak bisa semudah itu mengatakan kematian, ada kehidupan yang harus kau pikirkan,kini bukan hanya hidupmu yang perlu kau pikirkan,tapi ' dia ' yang berhak mendapatkan kehidupan."hatinya berbisik,membuat Jiyeon menarik nafasnya panjang, kepalanya pening memikirkan bagaimana menghadapi ayahnya dan keinginan gilanya itu.

Jiyeon lalu meraih tas-nya,menuju rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya, persetan jika Jungkook masih mengawasinya, bagaimana pun pria itu tidak akan mengetahui apa yang akan ia bicarakan dengan dokter kandungannya,dan Jiyeon hanya cukup beralasan jika dia ke OBGYN untuk konsultasi tentang kesuburannya dan kembali meresepkan pil pencegah kehamilan.

*******

'Ya,kami baru saja menggagalkan rencana Donghae walau sedikit terlambat, pria tua itu mencekik Jiyeon dan ancamannya terlihat tidak main-main, hanya saja kami tidak tau apa yang mereka bicarakan. Jiyeon terlihat begitu syok setelah kepergian Donghae,sepertinya hubungan mereka benar-benar buruk,'

"Baiklah, awasi terus dia dan jangan sampai lengah memberikan penjagaan."

'Baik, Tuan. Saat ini Jiyeon tengah menuju rumah sakit..kami akan terus memberikan informasi untuk anda.'

Sambungan terputus, membuat pria yang masih berbaring diranjang bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan istrinya dirumah sakit?

"Apa yang kau lakukan dirumah sakit,Je? Apa kau sakit selama ini?" ujar Jungkook gelisah,memang semenjak fakta itu ia dapatkan,Jungkook tidak pernah sedikit pun melepaskan penjagaan untuk Jiyeon, Donghae mungkin akan melakukan hal gila karena kebenciannya pada Jiyeon. Donghae bisa saja membunuhnya karena Jiyeon mungkin akan selalu mengingatkannya pada pengkhianatan istrinya.

Rasa bersalah itu,membuat Jungkook benar-benar ingin melindungi Jiyeon. Setidaknya,sekalipun dia tidak bisa menyembuhkan luka dihati Jiyeon, dia akan memastikan istrinya baik-baik saja, dia akan memastikan saat Jieun sadar nanti, Jiyeon akan tetap baik-baik saja.


DEEPEST REGRET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang