Giving Up

1.2K 170 125
                                    

Jiyeon mengerjap-ngerjapkan matanya saat kesadaran ia dapatkam,berusaha menerka dimana dirinya berada dan kejadian apa yang terakhir ia alami.

Kamar yang tidak asing membuat Jiyeon tersenyum miris,ingatannya kembali pada kejadian semalam,atau mungkin beberapa hari yang lalu,dia tidak tau sudah berapa lama dirinya pingsan.

Lalu tatapannya kini beralih pada infus yang terpasang ditangan kirinya,membuatnya reflek memegangi perutnya dengan raut yang pias, Jungkook pasti sudah mengetahuinya dan mungkin semuanya akan berakhir sangat buruk dan menyedihkan untuk dirinya dan janinnya. Tidak, Jiyeon tidak akan membiarkan itu terjadi.

Tepat setelahnya pintu terbuka,Jungkook berdiri disana dengan nampan ditangannya,membuat tatapan Jiyeon semakin gelisah,wanita itu berusaha duduk dan menarik dirinya hingga menyentuh dasboard ranjang.

"Pergi!! Kau sudah tau kan? Aku hamil dan kau ingin membunuhnya kan? iya kan?" Jiyeon kembali berteriak histeris,mencengkram erat kepalanya seolah melindungi diri dari Jungkook dengan wajah menunduk dan isakan yang kembali terdengar.

"Tidak! Kau tidak boleh membunuhnya,kau tidak bisa membunuhnya, Jungkook!!"Jiyeon kembali berteriak histeris dengan airmata yang kembali membasahi wajahnya,wanita itu kini menatap tajam Jungkook walau ekspresinya begitu kalut.

Jungkook menggeleng dengan hati yang begitu sakit melihat ketakutan yang tergambar jelas diwajah pucat Jiyeon,pria itu menangis dalam hati,berusaha meraih Jiyeom,ingin menenangkan wanita itu. Namun,yang dilakukan Jiyeon justru diluar dugaan.

"Tidak! kau tidak boleh membunuhnya!! Kau tidak boleh menyentuhnya!!" Jiyeon berteriak,berusaha mencabut selang infus ditangannya agar bisa menjauh dari Jungkook yang kini semakin mendekat.

"Je!!" Jungkook berteriak panik melihat Jiyeon mencabut infusnya begitu saja ditanganya,pria itu langsung meraihnya,mencegah Jiyeon  walau dirinya terlambat,darah pelan-pelan telah keluar dari pergelangan tangan Jiyeon yang kini semakin histeris.

"Je,kumohon,tenangkan dirimu ,aku tidak akan melakukannya. Aku minta maaf,aku minta maaf,sayang." Jungkook mendekap begitu erat,mengecup puncak kepala Jiyeon yang masih menangis terisak-isak dengan nafas tersendat-sendat. Jungkook langsung menghubungi suster yang memang ia minta untuk stand by dirumahnya,memantau keadaan istrinya.

"Tidak! Kau tidak boleh membunuhnya,Jungkook! Dia tidak berdosa!! Jika kau ingin melampiaskan segala rasa sakitmu,kau bisa membunuhku,tapi nanti! Sampai aku berhasil melahirkannya."ujar Jiyeon lirih dalam pelukan Jungkook,membuat Jungkook semakin berusaha menahan tangisnya walau hatinya begitu hancur mendengarkan ucapan Jiyeon.

Jungkook melepaskan pelukan Jiyeon,menatap sendu pada istrinya yang kini bertambah pucat dalam rengkuhannya. Mengusap lembut wajah Jiyeon dengan kekhawatiran dan air mata yang tidak lagi disembunyikan oleh pria itu.

"Tidak,Je. Aku tidak akan melakukannya..kau dengar itu? Aku tidak akan membunuh anak kita ataupun dirimu. Aku menginginkan kalian,jadi kau harus tetap kuat,oke? Aku tau begitu brengsek,tapi aku ingin meminta maaf padamu. kumohon, jangan memikirkan apapun yang membuatmu terluka, aku tidak akan melakukan apa yang kau pikirkan jadi tenanglah." ujar Jungkook lirih,menatap Jiyeon penuh sesal dan raut terlukanya,sedang Jiyeon yang semakin terkulai lemah dalam pelukan Jungkook hanya bisa tersenyum miris.

"Aku... Tidak bisa... Mempercayaimu, Jungkook." guman Jiyeon lirih sebelum kegelapan kembali merenggutnya,menimbulkan luka baru untuk Jungkook,menyadarkn pria itu,jika luka Jiyeon sudah terlalu dalam hingga wanita itu tidak akan bida mempercayainya kembali.



*****

Pelukan yang semakin erat itu nyatanya tetap menyesakan seorang Jeon Jungkook,rasa sakit yang semakin mencekiknya membuatnya hancur, lalu netranya kembali menatap ke arah Jiyeon,yang kini masih terbaring lemah dengan wajah pucat disampingnya. Jungkook tidak menyangka,ketakutan Jiyeon begitu besar karena ucapan laknatnya,wanita itu,bahkan untuk sekedar melihatnya begitu frustasi seolah dia memang akan melakukan apa yang pernah ia ucapkan.

DEEPEST REGRET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang