Episode 1

8.2K 692 25
                                    

Selamat membaca...

[]

Astaga! Kenapa jadi begini!

Kaila berlari kencang, sesekali menengok ke belakang ke arah beberapa orang berpakaian hitam yang terus mengejarnya, lebih tepatnya dibayar untuk membawanya pulang. Kaila jelas hendak pulang, jujur uang sakunya sudah dihentikan dan pekerjaan paruh waktunya sudah selesai, jadi tanpa mengirim segerombolan pria berpakaian hitam, Kaila pasti akan pulang karena uang tabungannya sudah habis.

Kaila terus saja berlari menerobos orang yang berlalu lalang, sesekali menunduk meminta maaf karena sudah menabrak mereka. Sekali lagi Kaila menambah energinya dan tanpa pikir panjang segera melesat bersembunyi di gang kecil diantara toko yang begitu gelap. Dia menelan ludah dan berusaha mengatur napasnya, punggungnya menempel pada dinding yang dingin, tangannya memegang dada sebelah kirinya, dimana jantungnya berdetak kencang sekali. Dia bisa jantungnya di usia muda jika terus begini.

Mereka makan apa sampai bisa punya energi sebesar itu untuk mengejarnya terus menerus, pikir Kaila.

Kaila terus berdiam diri sambil berdoa semoga Tuhan melindungi dirinya, setelah detak jantungnya normal kembali, Kaila memberanikan diri untuk mengintip, dia menengok kanan dan kiri memastikan orang – orang itu sudah pergi, Kaila bisa bernapas lega, dia keluar dari gang gelap itu dan berjalan santai membaur bersama orang – orang. Dia harus memikirkan solusi menyelesaikan masalah ini. Kaila berdiri di tepi jalan bersama orang – orang menunggu lampu berubah warna hijau untuk pejalan kaki, saat sudut matanya menangkap orang berpakaian hitam yang mengejarnya tadi.

SIAL!

Kaila sontak berbalik kembali berlari sekuat tenaga, dia terus berlari tanpa menoleh ke belakang, saat tubuhnya lelah pada puncaknya, Kaila berhenti berlari dan mengatur napasnya dia melihat sekeliling dan melihat gerombolan orang memasuki sebuah hotel. Dia menelan ludah dan berdiri berjalan pelan memasuki gerombolan itu. Saat tiba di dalam hotel, Kaila tanpa berpikir lagi masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai secara acak, ketika lift sudah terbuka, Kaila keluar dan buru – buru berbalik badan karena ada seseorang yang menuju ke arahnya, dia menunduk dalam dan menajamkan pendengarannya, sesaat setelah pintu lift tertutup, Kaila langsung melangkah mengamati pintu – pintu dan senyumnya tercetak lebar saat melihat ada satu pintu yang tampak belum tertutup. Setelah mengamati sekeliling, Kaila masuk ke dalam kamar itu, menutup pintu sampai berbunyi klik.

[]

"Begitu ceritanya..." Kaila mengakhiri cerita panjang yang menyebabkan dia bisa berada dalam kamar ini. Dia menunduk dalam sambil mengamati kedua tangannya yang saling meremas kemudian mendongak perlahan menatap punggung pemilik kamar.

Jika dia tahu pemiliknya seorang pria, jelas aku tidak akan masuk, pikir Kaila dalam hati. Tapi, tidak masalah juga, ketimbang pemilik kamarnya adalah pria tua yang mencuri kesempatan di saat dia tidur, tambahnya dalam hati.

"Kau, tenang saja. Tidak ada yang terjadi, kan? Aku terbangun dengan pakaian lengkap, jelas kita tidak melakukan apapun." Jelas Kaila walau tidak diminta, dia bingung harus bagaimana. "Oh... Ayolah!!" pinta Kaila, dia menggosongkan kedua tangannya memohon.

"Siapa namamu?"

Kaila terkejut sejenak kemudian menguasai diri. "Kaila. Namaku Kaila."

"Baiklah.." pria itu berbalik dan Kaila spontan menggigit bibirnya karena sekali lagi dia terpesona dengan ketampanan pria di hadapannya ini. Rahang wajahnya yang tegas, ada jambang kecil – kecil di sekitar dagu membuat Kaila gemas ingin mengusapnya.

"Nona Kaila!"

Kaila mengerjap, "Ya."

"Saya bilang keluar dari kamar saya!" ucap pria itu sambil bersedekap menatap geram pada Kaila.

"Tapi.." Kaila berdiri mendekati pria itu. "Maksudku, tidak sekarang, aku..., jika kau tidak keberatan, bisakah aku meminta bantuan?"

"Saya bilang keluar dari kamar saya!"

"Saya mohon!" Kaila memberanikan diri mendekati pria itu meraih tangannya. "Tolong bantu aku!"

Pria itu menghempaskan tangan Kaila dan melangkah menjauh. "Pergi sekarang! Atau saya panggil petugas keamanan?" pria itu berbalik, matanya menunjukkan ketidaksukaan dan tidak mau dibantah sama sekali.

Kaila membasahi bibirnya bingung, dia mengusap wajahnya kemudian berlutut tanpa pikir panjang. "Tolong! Bantu aku, biarkan aku di sini sampai orang – orang itu pergi..."

Kaila terus menunduk, dia berdoa semoga pria itu mau membantunya.

"Tidak! Saya tidak mau berurusan dengan orang yang tidak saya kenal.."

Kata terakhir membuat kepala Kaila mendongak, "Tidak kenal?" sebelah alisnya terangkat, tiba – tiba kemarahan muncul dalam dirinya, Kaila berdiri dan mendekati pria itu. "Tidak di kenal? Bukankah Anda tahu nama saya? Jadi kita sudah saling kenal, bukan begitu?"

"Suka – suka hati saya." Tekan pria itu sambil mencondongkan tubuhnya ke depan membuat Kaila menelan ludah karena merasakan sengatan aneh menjalar ke seluruh tubuhnya, Kaila menjauhkan tubuhnya. "Jadi, silahkan angkat kaki Anda dari kamar saya!" teriaknya, membuat Kaila memejamkan mata.

Kaila tidak boleh menyerah, dia hanya butuh beberapa hari saja untuk mendapatkan uang kemudian membeli tiket pesawat dan pulang, jika urusannya sudah selesai. Matanya perlahan terbuka, dan sebuah ide muncul dalam kepalanya, Kaila menatap pria di hadapannya itu kemudian melesat pergi naik ke atas tempat tidur, menarik selimut menutupi dirinya.

"Apa yang kau lakukan!"

"Aku tidak akan beranjak dari sini! Jika kau memaksa, aku akan berteriak dan mengatakan bahwa kau sudah memperkosaku!"

[]

Arsen memejamkan mata sejenak kemudian memijit kedua pelipisnya yang berdenyut. Tak terpikirkan olehnya, kalau semalam dia memeluk perempuan ini. Dia sudah berbuat apa sih? Sampai sial seperti ini? dan sekarang perempuan itu naik ke atas tempat tidurnya serta mengancamnya.

"Kau!" Arsen memijit tengkuknya yang tiba – tiba kaku. "Sebenarnya apa maumu!" teriak Arsen lalu menerjang perempuan itu, dia menarik kaki perempuan berusaha menyeretnya turun dari tempat tidur namun malah dirinya yang di tendang dan jatuh tersungkur.

Arsen mendengus kesal kemudian berdiri, sekali lagi menyerbu perempuan itu. "Lepaskan!" teriak perempuan itu membabi buta memukuli Arsen.

Sial! Arsen lupa kalau perempuan sudah bereaksi tidak ada yang bisa menandinginya. Wajah Ibunya yang marah terbayang di saat seperti ini. Benar – benar pagi yang sial!

"Pria sialan!" teriak perempuan itu membuat Arsen geram, sekali tarik dengan kekuatan penuh, Arsen menjatuhkan perempuan itu dibawah tubuhnya, kedua tangannya berhasil mencengkeram kedua pergelangan perempuan itu.

"Diam! Ku bilang diam!" Arsen mencengkeram erat kedua pergelangan tangan itu membuat perempuan di bawahnya meringis.

"Aku akan berteriak! Tolong! Siapapun! Tolong aku! Pria ini mau memperkosaku!"

Detik itu juga pintu kamar Arsen terbuka, Jack ternganga melihat posisi Arsen.

"Kau! Tolong aku! Pria ini mau memperkosaku!"

Mata Arsen membelalak, dia spontan membekap mulut perempuan itu, alhasil dia jadi kena pukul di kepalanya, membuatnya oleng dan seketika jatuh terlentang. Perempuan itu kabur dan berlari bersembunyi di belakang Jack.

"Jack!"

"Pak Arsen, sepertinya saya masuk di saat yang tidak tepat."

"Kalian saling kenal?"

"Saya akan menunggu di luar." Jack dengan sikapnya yang cuek segera berbalik menutup pintu dari luar meninggalkan Arsen dengan perempuan itu.

"Kalian saling kenal?"

Arsen mendengus sebelum akhirnya turun dari tempat tidur, merapikan rambut dan kaosnya. Dia mengambil napas panjang kemudian menatap perempuan itu dengan seksama.

"Kita buat kesepakatan." ucap Arsen seketika.

Dia harus menyelesaikan masalah ini dengan cepat kemudian menikmati waktunya yang begitu berharga. Jika kekerasan tidak bisa dilakukan, dia akan mendorong perempuan itu pergi dengan kesepakatan menguntungkan.

[]

Minister Falling In Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang