Episode 9

4.1K 511 6
                                    

Kaila duduk sambil mendesah, menyelonjorkan kakinya yang pegal dan memukul pelan pundaknya yang terasa kaku. Hari - harinya tetap sama semenjak perpisahannya dengan Arsen. Bahkan Kaila memiliki lebih giat bekerja dan hasilnya, dia mendapatkan uang yang cukup banyak.

Matahari sudah tenggelam saat Kaila selesai membersihkan studionya, dia melangkah pelan seperti biasanya, mengeratkan jaket dan tasnya sambil menikmati pemandangan senja. Semuanya masih sama seperti biasanya tapi tidak dengan suasana hati dan perasaannya sekarang. Semuanya tampak berubah sejak malam itu, bahkan ada secercah keinginan untuk kembali ke Indonesia.

Kaila berlari kecil menuju bus, masuk dan mengambil duduk di sudut sambil menatap keluar jendela yang ternyata membawanya pada ingatan hari terakhir mereka bersama. Kaila menggeleng cepat berusaha mengenyahkannya. Dia benar - benar kesulitan. Semuanya terasa begitu berat, bayangan Arsen menghantuinya, apalagi jika dia sedang mencari inspirasi untuk lukisannya, semua tempat yang dia kunjungi memiliki kenangan mereka.

Kaila beranjak berdiri, dia melangkah menuju pintu bus, tepat pintu bus terbuka, Kaila tercengang. Dadanya naik turun melihat siapa yang sudah menunggunya. Kaila mengambil napas panjang dan memantapkan hatinya untuk melangkah turun.

"Nona Kaila... Anda harus kembali!"

"Aku tidak peduli..."

"Anda harus pulang, Nona.."

Kaila menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap Wiji. "Percuma datang jauh-jauh, aku tidak akan pulang."

"Nyonya sedang sakit. Beliau ingin bertemu dengan Anda."

"Aku tetap tidak akan pulang."

"Nona!"

Kaila mendekat, dia menatap tajam ke arah Wiji kemudian menunjuknya. "Jangan pernah sekali - kali menaikan nada bicaramu padaku!" tekan Kaila.

"Maaf saya, Nona."

Kaila mendesah kemudian berbalik, Kaila mulai melangkah menghiraukan Wiji.

"Tuan tidak akan membiarkan teman Anda hidup dengan nyaman."

Langkah kaki Kaila sontak berhenti, dia berbalik dan membelalak menatap Wiji. "Berani dia menyentuh temanku! Aku akan menghancurkannya..."

"Bukan hanya Tuan yang hancur, tapi seluruh keluarga Anda akan hancur, Nona."

"Kau berani mengancamku?"

"Saya hanya pelayan di sini, Nona. Semuanya bergantung pada keputusan Anda."

Kaila terdiam sejenak kemudian, "Kenapa sekarang?" gumam Kaila.

"Jika Nona setuju, kita kembali ke Indonesia malam ini."

Kaila benar - benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Ayahnya. Sudah 4 tahun dia di sini dan baru sekarang pria itu menghalalkan segala cara untuk membawanya pulang.

"Nona Kaila..." panggil Wiji pelan.

"Terserah kau..." setelah mengatakan itu, Kaila kembali melangkah dan dia bisa mendengar langkah kaki Wiji mengikutinya.

Dia harus mengakhiri semuanya. Kaila hanya pulang untuk mencari tahu. Tidak lebih dari itu.

[]

Kaila merutuki keputusannya untuk kembali ke Indonesia. Pepatah benar, dunia selebar daun kelor. Tangannya mencengkeram eram gelas piala yang sudah kosong sedari tadi. Kaila membutuhkan udara segar dan memikirkan rencananya untuk kabur lagi.

"Ini pertemuan ke tiga kita..."

Tubuh Kaila menegang seketika. Dia tahu pasti siapa pemilik suara itu.

Minister Falling In Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang