Episode 16

4K 446 21
                                    

Hari ini langit tampak biru. Awan tipis bergerak pelan dengan cahaya matahari yang tidak begitu terik. Cuaca yang cocok untuk berjalan – jalan, menghabiskan akhir pekan di kebun raya atau bahkan hanya berjalan dan duduk di taman kota. Tak jauh dari pemandangan kota, di dalam gedung berlantai, seorang pria berdiri di depan kaca besar menerawang menembus kaca itu. Wajahnya terlihat santai, lebih pada senang, gembira, semua kata menggambarkan suasana hatinya yang sedang baik.

"Sekarang apa rencana, Bapak?" seorang pria muda berbalut jas berkata pelan, dia menunggu pria di depan kaca besar itu menjawab pertanyaannya.

"Biarkan mereka menikmati waktu berdua. Setelah mereka pulang berbulan madu. Baru..." pria itu berputar, senyum menghiasi wajahnya yang tampan menatap pria muda yang sudah bekerja dengannya cukup lama itu. "Kita mulai rencana kita. Kau sudah menyiapkan semuanya, kan?"

"Sudah, Pak."

"Perempuan itu?"

"Sudah. Saya sudah mengurus passport perempuan itu beserta anaknya."

"Bagus. Kita tunggu sebentar lagi."

Arsenio Candrakanta.

Menteri termuda di era ini.

Teman sekolahnya dulu, teman satu Almamaternya. Pria yang mendapatkan segalanya dengan sangat mudah, berbanding terbalik dengan dirinya.

Kedua tangannya mengepal menahan amarah, dia sudah tidak sabar mengeluarkan seluruh amarahnya setelah sekian tahun. Dia berada pada titik terendahnya dan menjadi sampai sekarang hanya demi menghancurkan karier Arsenio.

"Pergilah! Persiapkan semuanya dengan sangat baik. Aku tidak mau ada kegagalan."

"Baik, Pak."

Pria muda itu menunduk hormat kemudian melenggang dari ruangan mewah bernuansa hitam.

[]

Arsen memeluk Kaila dengan erat, mengecup pelipis istrinya. Ya. Istri. Tiga jam lalu dia dan Kaila sudah sah secara hukum dan negara sebagai sepasang suami istri. Hanya akad yang di hadiri sanak keluarga, tanpa ada wartawan. Acara khidmat itu begitu menyentuh relung hatinya. Ternyata seperti ini rasanya menikah.

Matanya terpejam, kepalanya bersandar pada kepala Kaila, menikmati moment berdua di first class penerbangan yang sengaja dia pesan untuk mereka berdua menuju Paris. Negara yang menjadi tempat pertemuan mereka dan Arsen sudah menyiapkan kejutan untuk Kaila. Pelukan Arsen semakin erat membuat Kaila menggeram tidak nyaman.

"Maaf.." bisiknya, kemudian mencium pipi Kaila yang masih memejamkan mata.

Persiapan yang mendadak pasti membuat Kaila lelah. Malam itu, Arsen menginap di sana, tidur sambil berpelukan dan suasana hati yang lega. Keesokan harinya, dia mengumumkan pada keluarganya bahwa Kaila menerima lamarannya dan pernikahan akan segera dilaksanakan. Semuanya bahagia. Pernikahan diadakan dua minggu kemudian, dan Arsen serta Kaila merasa sudah puas hanya pernikahan sederhana.

Arsen sudah memutuskan untuk memulai lembar putihnya, bersama Kaila dia akan membuat hal – hal kecil menjadi begitu indah karena mereka yang melakukannya. Setelah semua cita – cita tercapai, sekarang dia memiliki cita – cita lain yaitu membahagiakan perempuan yang sedang tidur nyenyak dalam pelukannya ini. Membangun kehidupan rumah tangga bahagia sampai maut memisahkan mereka.

[]

Sayup – sayup Kaila mendengar gemericik air, dia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya kesadarannya penuh seketika. Kaila merenggangkan tubuhnya diatas ranjang dan melihat jam di meja nakas, sisi tempat tidurnya sudah kosong. Oh.. dia ingat kalau dia hampir tidur selama perjalanan menuju Paris. Entah kenapa Kaila merasa tidurnya kali ini benar – benar nyenyak. Sudah tidak ada lagi mimpi buruk masa lalunya. Kaila merasa... kenyamanan.

Minister Falling In Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang