Episode 22

3.2K 412 5
                                    

Reza menggeram marah. Dia harus bisa menenangkan dirinya sendiri agar mampu memikirkan jalan keluar dari seluruh rencananya yang hampir gagal. Hampir. Berarti belum sepenuhnya gagal. Kinan mengkhianatinya. Perempuan itu malah berbalik meminta perlindungan dari Arsen. Wartawan yang dia sewa dan berita – berita yang dia sebar tentang keburukan Arsen tiba – tiba saja lenyap dan sirna. Hanya bertahan beberapa hari. Sial.

Di saat seperti ini harusnya dia bersantai menikmati kopinya sambil menonton acara televisi yang menayangkan berita tentang Arsen, namun sayang sekali. Itu hanya ilusi dan ekspetasinya. Kenyataannya tidak! Reza menyapu bersih meja kerjanya, memukul meja marah.

"Aku harus menemui Kaila. Kalau aku tidak bisa menghancurkan karier Arsen, aku akan menghancurkan rumah tangganya. Sial!" umpat Reza lagi merutuki perubahan rencananya di awal.

Darah menetes dari tangannya namun Reza tidak memperdulikannya, sekarang yang harus dia pikirkan adalah bagaimana merusak dan menghancurkan rumah tangga Arsen.

[]

Jack hanya berdiri. Walau sudah beberapa menit lalu dia dipersilahkan duduk di sofa empuk di rumah Arsen tetap saja dia lebih nyaman berdiri karena dia hanya sebentar.

"Nyonya Kaila tidak mau menemui Anda."

Jack seketika berbalik tatkala perempuan paruh baya itu menyampaikan pesan dari istri Arsen. Jack terdiam menimbang – nimbang. Dia harus menemui Kaila.

"Saya akan menemui Nyonya sendiri."

"Nyonya tidak mau diganggu. Saya mohon Anda pergilah dari sini." Mohon perempuan paruh baya itu, wajahnya tampak cemas, kedua tangannya bahkan saling meremas. Jack tidak boleh menyerah. Jika sesuatu terjadi pada Kaila, itu akan melukai harga dirinya sebagai orang yang sudah bersumpah mengabdi pada keluarga Candrakanta.

Jack akhirnya memutuskan pergi, menapai anak tangga menuju kamar Kaila.

"Eh! Jangan! Saya bilang Nyonya tidak mau bertemu!"

"Saya tidak pedulu! Saya harus menyampaikan ini!"

Jack sudah sampai di depan pintu. Perempuan paruh baya itu ngos – ngosan sambil membungkuk mengikuti Jack.

"Jangan!" cegah perempuan itu, namun sayang, Jack sudah menggedor pintu dengan keras.

"Nyonya Kaila! Ini saya Jack! Saya perlu—"

"Pergi! Aku tidak mau berurusan lagi dengan Arsen ataupun kau! Pergi Jack!"

Jack bukannya takut, dia malah mengepalkan tangannya dan menggedor pintu itu jauh lebih keras.

"Jika Anda tidak mau mendengarkan saya, saya takut sesuatu yang buruk akan menimpa Pak Arsen..." jelas Jack cepat dan tegas, dia yakin Kaila pasti mendengarnya dari dalam. "Beri saya waktu untuk berbicara, Nyonya.."

Hening.

Jack menoleh pada perempuan paruh baya di sampingnya yang ternyata juga sedang menatap dirinya.

"Percuma saja. Nyonya sudah hampir dua minggu tidak mau keluar kamar. Pak Arsen saja—" kalimat perempuan paruh baya itu mengambang di udara kala pintu kamar terbuka.

Jack tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Kaila tampak keluar. Perempuan itu begitu berantakan namun tetap saja mempesona. Jack berdeham merutuki pikirannya.

"Bicara saja di sini..." pinta Kaila masih memegak knop pintu itu, seperti bersiap hendak menutup pintu lagi jika saja Jack membohonginya.

[]

Kaila duduk termenung di sisi tempat tidurnya. Sudah hampir satu jam dia seperti itu. Menimbang – nimbang pembicaraannya dengan Jack barusan. Kini semuanya tergantung pada dirinya. Kaila menunduk menatap kedua tangannya yang terkulai lemas di pangkuan.

Minister Falling In Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang