Episode 19

3K 353 13
                                    

"Aku senang bisa bertemu denganmu."

Arsen menatap lurus pada cermin yang menunjukkan bayangan Kinan. Perempuan itu masih sama cantiknya seperti 7 tahun lalu. Penampilan Kinan yang sederhana itulah yang mampu menggetarkan hatinya, tapi sayang, perempuan cantik itu juga yang menjadi sumber kekecewaannya.

"Kau sudah sukses sekarang. Selamat..."

Arsen masih bergeming dalam duduknya, menatap pantulan Kinan.

"Aku..." Kinan meremas kedua tangannya, tanda dia gugup – Arsen tahu itu. Setelah sekian lama kenapa perempuan itu muncul sekarang?

"Katakan apa yang kau inginkan, Kinan?"

Kinan mendongak mendengar nada ketus dari pertanyaan Arsen. "Aku ingin meminta bantuanmu."

Kening Arsen berkerut dalam, dia berdiri kemudian berbalik. Di ruangan ini hanya ada mereka berdua. Pintu ruangan juga tertutup.

"Apa yang bisa ku bantu?"

"Adrian."

Arsen tidak mengerti dan sebenarnya dia memiliki firasat tidak menyenangkan. "Siapa itu Adrian."

"Putraku..."

Desiran aneh merayapi tubuhnya. Putra?

"Kau sudah menikah?" tanya Arsen cepat dan Kinan menggeleng menjawab. "Lalu?"

"Adrian membutuhkan donor dan hanya kau yang bisa melakukannya."

"Kenapa aku?"

"Karena Adrian putramu..."

[]

Arsen jatuh terduduk di sofa ruang kerjanya. Wajahnya terlihat lelah dan gelisah. Kalimat terakhir dari Kinan membuat tubuhnya bergetar hebat. Dia bahkan mengacuhkan Kaila selama acara dan dalam perjalanan pulang sampai Kaila menanyakan perihal siapa Kinan.

Kedua tangannya terkepal diatas lengan sofa. Berbagai hal yang terjadi mendadak membuat seluruh tubuhnya lemah. Arsen bahkan tidak bisa berpikir sekarang dia harus bagaimana.

"Dia menderita kanker darah dan membutuhkan cangkok sumsum tulang belakang. Dia membutuhkanmu, Arsen. Tolong selamatkan putraku. Hanya dia yang kumiliki sekarang..."

Arsen menutup wajahnya frustasi. Dia harus bagaimana sekarang?

Dia putramu

Demi tuhan kenapa harus sekarang? Setelah 7 tahun berlalu kenapa Kinan harus muncul dan mengatakannya sekarang.

Selama ini dia memiliki putra.

Bagaimana mungkin dia dengan santai menjalani kehidupannya dan mengejar cita – citanya, sedangkan dia memiliki seorang putra di luar sana yang berjuang untuk hidup.

"Arghhhhh!" teriak Arsen frustasi. "Kaila..." lirihnya dengan nada getir tersayat. Tidak tahu harus bagaimana sekarang.

[]

Kehidupannya barunya barusaja di mulai. Kaila dengan senyum lebar menatap kamera. Sebagai seorang istri menteri dia tidak boleh hanya duduk diam di rumah menunggu suaminya pulang kan? Selama di Paris Kaila mengikuti banyak kegiatan amal, begitupun setibanya di Indonesia. Kaila mengikuti banyak sekali kegiatan, terlebih jika menyangkut tentang kesenian. Jika Kaila tidak bisa menolak. Dia ikut berpartisipasi dalam berbagai event galeri dan acara lelang, pameran seni menjadi poros kesenian di era modern ini – menunjukkan bakat – bakat generasi muda.

"Gak nyangka aja Arsen melepas lajang."

"Iya. Saya takut selama menjabat dua tahun sebagai menteri dia tidak pernah dikabarkan dekat dengan perempuan."

Minister Falling In Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang