Sebelum baca jangan lupa :
Vote⭐
Commen.Dan maaf kalo ada kesalahan tanda baca, dll
Sehun melangkah perlahan ketika ia memapah tubuh Lisa. Semenjak kembalinya mereka dari kediaman Jennie, Lisa merasa kesulitan bergerak, Lisa hanya diam tidak banyak bicara.
Lisa tersenyum kecil, melihat Sehun begitu serius membantunya berjalan. Sebenarnya Lisa bisa saja berjalan sendiri, tetapi tidak ada salahnya sesekali bermanja-manja pada suami, bukan?
Begitu Sehun berhasil membantu Lisa duduk di sofa di ruang tamu, ia segera pergi ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan di kulkas.
Lisa lagi-lagi tidak bisa berhenti tersenyum kala melihat sang suami yang terlihat sibuk di dapur. Lisa menatap lekat tubuh Sehun yang tegap, baru kali ini ia sadar jika tubuh Sehun sangat atletis. Padahal ia sudah sangat sering melihat Sehun bertelanjang dada. Lisa sangat suka saat melihat Sehun baru selesai mandi dengan rambut yang masih meneteskan bulir-bulir air dan saat laki-laki itu mengenakan kaos polos. Lisa merasa jika tingkat ketampanan Sehun sedikit meningkat.
Terlintas rasa bersalah dibenak Lisa begitu melihat Sehun kerepotan di dapur. Ia sangat tahu jika Sehun juga pasti kelelahan mengingat selama Lisa berkabung pria itu selalu bersamanya tanpa sekalipun berjauhan. Bahkan Sehun rela menelantarkan pekerjaan kantornya demi menemani Lisa selama dirumah sakit hingga sekarang mereka sudah berada di apartemennya.
Dengan sisa tenaganya Lisa menghampiri Sehun, ia menepuk bahu tegap Sehun lalu mengambil alih sendok yang dipegang Sehun. Beberapa detik, Sehun menolak untuk dibantu.
"Sudahlah Lice, biarkan aku yang membuatnya." Ucap Sehun berusaha mengambil sendok serta gelas berisi susu coklat panas.
Lisa menggeleng cepat, matanya melirik Sehun tajam. "Ini tugas seorang istri oppa. Biarkan istrimu yang melayani mu."
"Aku sudah terlalu sering di layani olehmu, istriku yang luar biasa. Jadi, biarkan aku yang melayani mu hari ini" Sehun menatap Lisa tulus.
Lisa melemah. Sehun menatapnya begitu dalam, sehingga ia bisa melihat ketulusan Sehun yang tidak main-main. Lisa menunduk, melirik jemarinya dengan seulas senyum kecil.
"Apakah aku bisa mengatakan jika aku mulai mencintai suamiku?"
***
"Tada— makanan tiba" seru Sehun meletakkan nampan itu di atas meja. Ia pun segera duduk di samping Lisa, Sehun menyerinyit melihat Lisa fokus dengan Film prozen yang tengah tayang di televisi.
Lisa bukan sedang menikmati filmnya, tetapi pandangannya lurus dengan tatapan kosong.
"Sayang—" Sehun mengelus rambut Lisa pelan membuat gadis itu tersadar dari lamunan nya.
"Kau melamun?" Sehun menghela nafas pelan ia menatap Lisa serius.
"Aniyo—" jawab Lisa tersenyum pada Sehun.
Sehun lagi-lagi menghela nafas. Ia tahu Lisa masih bersedih perkara kepergian Jennie, gadis itu terlihat tegar padahal sebenarnya ia rapuh secara mental. Sehun menatap Lisa lekat, senyum tidak pernah pudar dari wajahnya jika melihat Lisa tenang seperti sekarang ini.
"Oppa—" panggil Lisa.
"Hmm" jawab Sehun dengan deheman.
"Aku masih belum percaya Jennie eonni meninggalkan ku" Lirih Lisa.
Baru saja Sehun akan menyahut tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan rasa terpaksa Sehun meraih ponselnya yang berada di atas meja lalu menempelkannya di telinganya.