-24-

3.7K 361 28
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jangan lupa vote dan komennya. Mohon maaf kalau feelnya kurang kerasa. Ngebut soalnya hehe

Akan up lagi setelah tembus 200 vote. Ayo ayo di vote!





كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Terj. QS. Ali Imraan: 185)





Disinilah. Susi berdiri sekarang.
Di depan sebuah rumah yang meskipun hanya dari luar, sudah sangat terlihat kacaunya.

Beberapa tetangga, memandang ke arah susi, bahkan beberapa ada yang melarang gadis itu untuk mendekat. Tapi semua susi abaikan. Dia rindu pada nurul.

Langkah kakinya terus maju dan semakin mendekat ke arah pintu kayu bercat hijau. Dia memantapkan hati dan memutar engsel pintu yang sudah cukup tua. Seketika, pintu itu terbuka. Menampakkan kekacauan di mana-mana.

Darah, pecahan kaca bahkan beberapa sarang Laba-laba di langit-langit rumah menunjukkan berapa tak pedulinya si penghuni dengan kebersihan tempat ini.

"Assalamu'alaikum" Dengan bibir bergetar, susi mengucap salam. Hening. Tak ada jawaban atas salamnya. Susi masuk ke dalam kamar. Membuka satu persatu pintu yang tertutup. Tak dia temukan sosok nurul dimanapun

Beberapa waktu yang lalu, dia harus berdebat alot dengan likha dan gita mengenai keinginan nya untuk berangkat sendiri ke sini.

Flashback

"Kamu yakin si sama apa yang kamu mau?, gak, aku gak izinin kamu sendiri kesana. Dia bahaya si" Ucap likha pada susi yang kini tengah meminta izin keluar pondok dihari libur. Hari jumat.

Susi mengangguk, dia yakin, sedaritadi likha terus membujuk agar dirinya mau ditemani beberapa orang. Tapi dia terus menolak. Bibinya bukan penjahat yang harus di jauhkan dari dirinya. dan dia. Bukan perempuan lemah yang bahkan harus dikawal saat pulang ke rumahnya sendiri.

"Yakin ning, wes toh, saya bakal baik-baik saja kok, saya pamit yo ning" Susi segera bangkit dari duduknya dan segera berjalan menjauh, lebih cepat dia bergegas.
Lebih cepat dia akan sampai di tempat yang dia rindukan selama ini.

Entah kenapa, perasaan susi mendadak tak enak. Dia ingin segera cepat sampai kesana.

Di perbatasan antar dunia luar dan pondok pesantren alias gerbang utama pondok. Susi berpapasan dengan Rahman dan uminya. Tak terlihat di mana keberadaan abi dari Rahman. Entahlah, susi juga tak terlalu peduli dengan itu.
Tapi mengingat peran calon menantu pura-pura yang sudah dia sepakati bersama dengan Rahman. Terpaksa. Dia harus berhenti sejenak dan mengembangkan senyum ramah juga sapaan hangat di balik rasa gelisah nya.

Umi Rahman menyambut itu dengan baik, dipeluk nya tubuh susi, dengan penuh sayang. Rahman tak henti bahagia melihat pemandangan yang ada di depannya. Andai, hanya andai. Ini semua bukan kepalsuan

"Masyallah nduk, kamu mau kemana?, kok sendirian aja? " Tanya umi Rahman. Susi tersenyum canggung.

"Saya mau balik ke rumah umi, bibi saya sakit, dan alhamdulillah saya dikasih izin" Ucap susi, tangannya meremas ujung khimar nya. Jarang sekali dia berbohong, dan kali ini, dia berbohong.

Yusuf dan Zulaikha{ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang