21

11K 728 48
                                    

"Kamu itu sama bunda anter ke sekolahnya Ken..."

"Gamau bunda. Ken mau sama ayah aja."

Prilly tak peduli kenzie nangis sampe darah-darah sekalipun juga. Dia menggendong anaknya paksa menuju keluar rumah setelah setengah jam menghabiskan waktu sarapan bersama. Dia kesel sekali sama anaknya kenapa juga berbaik hati sama orang yang udah ga ngurusin dari orok giliran udah sadar aja terus mau ngurusin? Dia tak lupa sama perlakuan Ali dulu bagaimana sama dia dan anaknya.

Ali yang baru aja ngerasain lagi bagaimana masakan istrinya itu walaupun barengan sepiring sama anaknya sendiri karena Prilly tak mau memberikan sarapan untuknya. Dia paham dan ngerti mengapa istrinya masih belum menerimanya.

Ali melihat Kenzie merengek-rengek meminta pada ibunya untuk dilepasin karena anak itu kepengen dianter ke sekolah sama dia. Tak tahu lagi harus menghadapi mereka hingga dia mengikutinya saja dari belakang.

Ali tak tega lama-lama melihat Kenzie di paksa naik sepeda yang memang Prilly bawa kerumahnya. Istrinya itu sebelum kembali Rujuk memang mengatakan padanya jika tetap bekerja di toko bunga. Dia bisa saja bersikap egois marah untuk melarangnya bekerja.

Tapi Ali sudah berjanji pada dirinya sendiri akan berubah demi Kenzie dan membuat Prilly kembali mencintainya walau harapannya tipis.

"Huem pril... Sebaiknya ken sama aku aja ya, lagian aku udah bilang iya sama dia untuk nganterin pertama kalinya ke sekolah ken." Kenzie turun lagi dari sepeda dan memeluk kaki Ali.

"Kamu ga usah ya anterin anak aku! Kenzie tadi bunda ngomong apa sama kamu? Ayo naik lagi ken... Nanti kamu bisa telat sekolahnya yaampun." Prilly menengok kebelakang masih memegang sepedanya.

Ali berjongkok dihadapan Kenzie dan menghapus jejak air mata anak itu. Dia tak menyaka anak ini bisa senyaman itu langsung padanya. Anak ini tak ada rasa benci sedikitpun walau dia sebagai ayah yang pernah tak menganggapnya sebagai anak darah dagingnya sendiri.

Ali memeluk Kenzie sebentar agar anak itu berhenti terisak dan dia bisa merasakan balasan pelukan anak itu yang membuatnya semakin di selimuti rasa penyesalan. Mengapa dia pernah berdosa besar telah hilang dari tanggung jawabnya sebagai ayah. Dia berjanji akan menjadi ayahnya yang tak akan mengulangi kebodohannya itu lagi. Dia akan selalu menyayangi anaknya.

"Kenzie..."

"Hiks, hiks..."

"Jangan nangis dong masa anak lelaki cengeng sih. Ayah ga suka kamu nangis kaya gini. Anak lelaki itu harus kuat ga boleh cengeng kaya gini. Dengerin apa kata bunda kamu ya... Kamu harus nurut sama bunda yang udah ngelahirin kamu udah ngurusin kamu dari kecil sampai sebesar ini sayang." Ali menatap lekat-lekat wajah Kenzie yang mirip sekali wajahnya dengan perpaduan dia dan Prilly.

Prilly yang melihat Ali masih membujuk Kenzie agar ikut bersamanya. Bukan berarti dia langsung luluh gitu aja sama perkataannya yang malah terdengar memuakkan. Dia hanya membuang muka ketika Ali sempat melirik kearahnya.

"Kenzie ayo Kenzie kamu dengerin bunda manggil ga sih?"

"Iya bunda..." Kenzie nampak terlihat murung wajahnya, dia sangat sedih mengapa kedua orangtua tak terlihat harmonis.

"Buat pegangan kamu." setelah mengakat tubuh Kenzie ke jok sepeda belakang. Ali memberikan kartu atm ke Prilly langsung. "Tolong terima. Ini hak kamu sebagai istriku dan ibu dari anak kita, Kenzie."

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang