Setelah acara liburan kemarin aku tiba-tiba harus segera pergi keluar negeri ya tentunya untuk perjalanan bisnis. Dua minggu sudah aku berada di Paris.
Disibukkan dengan pekerjaan banyaknya rapat dan harus bersiap membuka cabang baru dinegara lainnya lagi. Aku sampai tidak ada waktu untuk menghubungi David.
"Keni.... " ucap David yang kaget karena sudah melihatku duduk dikantornya pagi pagi
"Ihhh kaya liat setan gitu amat muka lu..."
"Ya bukan gitu kan setau gw jadwal pulang lu masih tiga harian lagi.... ahhh kangen Rena lu yaa..."
"Kenal aja belum kok bisa kangen, pikiran lu tuh...."
"Ohh iya gimana ada masalah ga disana? Soalnya lu ga marah-marah..."
"Ada sih masalah sedikit udah beres juga makanya gw bisa pulang cepet..."
Makan siang kembali David mengajakku untuk makan dicafe dekat kantor yang waktu itu. Dan hari ini tampaknya lebih ramai dari waktu itu. Kami bahkan harus mengantri dulu untuk mendapat meja. Aku dan David duduk dimeja pojok karena hanya ini yang kosong sekarang.
"Vid gw mau cerita tapi lu jangan lepas kontrol ya..." kataku membuka pembicaraan
"Kok kayanya masalah gede sampe lu bilang gitu..."
"Bingung gw cerita dari mana yang jelas ini gila buat gw..."
"Kalo gitu ceritanya ntar dikantor aja gimana biar lebih privasi..."
Saat aku dan David mengobrol sambil menunggu pesanana tiba-tiba ada dua orang yang menghampiri kami.
"Maaf pak David....." ucap seseorang
"Ohh iya gimana ada yang bisa saya bantu?" Tanya david melihat kearah dua orang itu
"Semua meja penuh, kalu dibolehkan kami mau gabung disini hanya untuk makan saja tidak lebih..."
"Ga masalah ayo duduk aja, iya kan Ken...." tanya David menatapku seolah meminta ijin
"Iya...." jawabku singkat
Akhirnya sekarang kami duduk berempat dan tidak ada obrolan karena pesanan sudah datang. Aku biasa saja menikmati makananku, tapi tidak dengan David yang selalu berulah.
"Gimana Rena betah bekerja diperusahaan?" David memulai lagi obrolan dan ya dua gadis itu adalah Rena dan Jeni
"Iya pak saya betah..." jawabnya sedikit canggung
"Kalau ada masalah atau sesuatu yang tidak menyenangkan bisa langsung bicara dengan Keni saja ya...." ucap David lagi dan aku langsung tersedak mendengar perkataan bodohnya itu
"Uhuuuukkk uhuuukkkk...." batukku tersedak karena tidak menyangka David akan frontal
"Pelan pelan aja Keni ga usah grogi..." kata David sambil tersenyum
"Kan lu bosnya bapak David..." ucapku menatap sinis pada David
"I iya pak mungkin nanti kalau ada masalah saya langsung keatasan saja terlebih dulu..." jawab Rena dengan melirik curi pandang
Setelah sedikit obrolan dan melihat jam makan siang sudah selesai kami berempat berbarengan menuju kantor.
"Jen.. itu tadi pak Keni siapa? Kok ikut naik lift khusus sama pak David"? Tanya rena penasaran juga ternyata
"Aduh ga tau juga kan aku anak baru sama kaya kamu Ren.. bisa jadi asisten atau sopir mungkin soalnya ga pernah pake setelan kantor sih.." jawab Jeni lagi
Masuk ke dalam kantor dan saat sampai diruanganku terlihat David masih saja mengekor dibelakangku.
"Lu ga ada kerjaan lagi vid?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi
"Katanya lu ada yang mau diomongin gimana sih.."
"Ohh iya iya gw lupa, duduk dulu deh gw cerita..."
"Tentang apa sih kok lu tumben banget nih sampe muka lu juga aneh.."
"Mami ngejodohin gw!" Jawabku singkat dan bisa ku lihat wajah david melongo karena kaget
"Whaaattt?? Serius lu? Gw ga salah denger?" Tanya david
"Ga tau juga sih cuma keliatannya mami serius deh keliatan aja dari gaya mami ngomong, lu juga tau kan gimana mami.."
"Emang dijodohin sama siapa?"
"Belum tau juga sih tapi yang jelas sama anak sahabat mami dulu jaman sekolah gitu katanya"
"Cowok atau cewek yang dijodohin buat lu?"
"Ga tau David..... nanti malem mau ketemuan jadi lu juga temenin gw yah. Ntar gw deh yang ijin sama Maya okehh..."
"Kenapa gw dibawa bawa segala"
"Cuma nemenin aja biar rame kan gw cuma berdua sama mami, lagian lu kan saksi hidup gw hahhaaaa..."
Setelah sepakat akhirnya David mau menemaninuntuk acara nanti malam. Ternyata mami memilih untuk datang saja kerumah temannya itu agar lebih akrab. Aku memang tidak pernah menolak kemauan mami karena selama ini mami memberi kebebasan. Tapi entahlah untuk urusan yang satu ini mami tidak terima bantahan.
Sampai jam kantor selesai aku tidak bisa konsentrasi bekerja alhasil semua jadi berantakan dimeja. Bingung itu yang aku rasakan sekarang entah apakah harus datang atau menghilang saja.
Dering diponselku mengagetkan lamunanku dan segera bergegas keluar kantor. Sebelumnya aku menyeret David memaksanya ikut. Sampai dirumah mami sudah menyambut dengan tampang sinis karena tau aku pasti banyak alasan membatalkan rencananya.
Hanya karena alasan aku sangat menyayangi mami akhirnya aku luluh juga. Hanya tinggal mami karena papi sudah meninggal sejak aku masih sekolah dasar.