Seminggunyang lalu Ribka sudah kembali ke Belanda. Dan sebelum pergi dia kembali menjaili Rena dengan tingkah dan candaan yang masih ke kanak-kanakan.
Ribka itu memang gadis tengil dan usil bahkan sikapnya tidak pernah berubah walaupun sudah hidup dinegara orang. Entah kenapa juga terkadang aku merasa kasihan karena kedua orang tuanya alias om dan tanteku itu memang sibuk bekerja, jadi mungkin karena itu juga Ribka mencari perhatian dari orang lain.
"Mi sibuk ga? Aku mau ngomong serius nih" kataku pada mami yang sedang nonton drakor
"Harus sekarang? Ini lagi seru loh Ken" jawab mami tanpa melihat kearahku
"Miiiiiii...." panggilku lagi dan mami mematikan TV
"Bicaralah mami dengarkan..."
"Keni mau nikah" ucapku
"Ya ampun Keni kirain mami ngomongin apa... iya mami pasti setuju trus gimana rencana kamu? Ya karna dinegara ini ga bisa.."
"Mungkin mau diLondon aja mi atau di Paris, gimana mi?"
Setelah berunding dengan mami aku sudah tau keputusan apa yang akan aku ambil. Ingin sekali memberi tau berita ini pada Rena. Tapi mami memintaku untuk datang dulu kerumahnya dan berbicara dengan mama Elsa.
"Halo ma apa kabar?" Salamku pada mama Elsa
"Iya baik gimana kamu Ken, ehh mau jemput Rena ya? Itu masih siap-siap dikamar mau dipanggilkan?"
"Emm ga usah ma, ada yang mau Keni sampein juga ke mama... eee itu ma..." ucapku malah jadi gugup
"Kamu ini mau ngomong aja kok susah, ini mama kamu loh bukan orang lain.." mama Elsa malah mentertawakanku
"Aduh iya ma jadi bingung hehehe... sebenarnya niat Keni kesini mau bilang kalau Keni mau nikahin Rena anak mama itu" kataku
"Ya syukurlah kalau kalian benar serius.. trus gimana tuh acaranya? Udah dibahas sama Rena belum?"
"Belum ma cuma kemarin udah bilang beli cincin buat Rena..."
Obrolanku dengan mama Elsa terhenti karena sudah ada Rena duduk disampingku. Awalnya dia heran melihatku yang sedikit tegang. Tapi setelah tau diapun menerima dan mengiyakan. Setelah mengobrol cukup lama aku dan Rena pamit untuk berangkat ke kantor.
Diperjalanan menuju kantor banyak sekali yang kami bahas mulai dari dimana lokasi yang pas dan membahas keperluan yang harus dipersiapkan. Aku bahagia melihat Rena yang sangat antusias tentang rencana pernikahan kami. Dari situ aku merasa lega bahkan dia mau turun tangan sendiri untuk menyiapkan beberapa keperluan agar tidak salah katanya.
Sesampainya dikantor juga aku menceritakan pada David tentang rencana pernikahan kami.
"Trus setelah nikah lu masih mau Rena kerja disini jadi bawahan lu?" Tanya David
"Ya jelas engga lah gila aja ngebiarin istringw kerja dikantor yang jelas-jelas punya gw, kan ini juga punya dia setelah nikah nanti"
"Udah diomongin? Jangan sampe jadi masalah kedepannya..."
"Ya dulu sempet sih cuma ya Rena itu keras kepala juga sih, kayanya gw kudu cepet ngehamilin dia deh biar nurut.."
"Hahahaha Ken sejak kapan lu punya pikiran mesum"
"Bukan mesum David... ya kalo emang itu cara satu-satunya kenapa engga...
Aku mulai memikirkan cara dan bahasa yang benar untuk membujuk Rena. Aku tidak mau menyakiti hatinya atau membuatnya tersinggung. Apalagi yang aku tau Rena itu orangnya tidak enakan dengan orang lain.
Setelah pembicaraan tadi juga Rena terlihat mengecek beberapa konsep untuk acara nanti. Katanya tidak mau mengecewakan yang sudah datang nanti. Apalagi pihak keluarga pastilah yang utama.
Sampai detik ini Rena tidak menanyakan tentang cincin yang sudah aku beli dan dia benar ingin itu sebagai kejutan saat acara nanti.
Itulah beberapa hal yang membuatku semakin jatuh cinta dan tidak mengingkan hal lain kecuali Rena menjadi milikku seutuhnya.
Aku pun mulai sibuk mencari hotel dan berbagai persiapan lainnya. Kami sudah bagi tugas dan Rena tidak mau menyusahkan keluarga terutama mama dan mami. Hanya ingin yang terbaik dan juga tidak perlu mewah.
"Mau makan siang bareng ga?" David masuk ruanganku
"Emm ayok bertiga ya sama Rena sekalian" ucapku dan meraih ponsel meminta Rena bersiap
Sampai diresto kami duduk bertiga dan mulai memesan makanan. Juga kami mengobrol obrolan ringan. Sesekali David menggodaku dan juga Rena sehingga membuat kami tertawa karena ulahnya.
"Ren udah siap lahir batin jadi nyonya Abednego?" Tanya David
"Iya pak..." jawabnya sopan
"Aduh jangan panggil pak lagi kan sebentar lagi kamu juga jadi istri si bigbos ini" jawab David lagi
"Lahh kan emang lu udah bapak-bapak itu anak aja udah dua, salahnya dimana coba" aku menyahut
"Tapi beda kali Ken sekarang kan kita keluarga udah jadi saudara" protes David lagi
David tetap bersih kukuh tidak mau dipanggil dengan sebutan Pak karena menurutnya itu sangat formal. Dan tentunya Rena juga tetap pada pendiriannya karena David adalah atasan. Oh iya Rena juga masih memnggilku dengan sebutan Pak ketika kami dikantor, menggelikan bukan.