Kalian dikamar bawah aja ya kasian Rena kalau naik turun" ucap mami sesampainya dirumah
KENI POV
Aku sudah berada rirumah sekarang dan mami meminta kami untuk menempati kamar bawah saja. Setelah kupikir benar juga kasihan Rena dengan perut sebesar itu harus naik turun tangga.
"Kamu tiduran dulu aku keatas sebentar" ucap Rena
"Ehh jangan keatas udah disini aja, minta tolong bibi aja ya ini loh kamu bawa perut sebesar ini.." ucapku dan menunjuk kearah perutnya
Rena menurut dan ikut merebahkan diri diatas tempat tidur. Dia tidak tidur hanya menerawang melihat langit-langit kamar. Aku memperhatikan ada buliran air mata yang lolos menetes dari matanya.
"Kenapa kamu menangis?" Tanyaku
"Kamu buat aku takut kemarin"
"Maafkan aku honey tidak akan pernah lagi aku ulangi karena aku sangat mencintaimu dan anak kita"
"Berjanjilah untuk menua bersamaku dan membesarkan anak kita"
"Iya aku janji akan selalu bersamamu"
Setelah dinyatakan benar-benar sembuh aku meminta ijin untuk kembali bekerja dikantor. Ya begitu juga dengan Rena karena masih cukup lama sekitar tiga bulan dia melahirkan. Mami sempat melarang tapi Rena memberikan alasan dan berjanji tidak akan pulang sampai sore, akhirnya mami memberi ijin untuk kembali kekantor.
Ternyata banyak juga pekerjaan dikantor jadi membuatku lupa memberi kabar Rena hari ini. Tapi beruntungnya aku memiliki istri yang begitu pengertian. Tidak dengan mami yang memberiku ceramah begitunaku memasuki rumah padahal sudah hampir tengah malam.
"Sudah makan sayang?" Rena yang menyapaku didalam kamar
"Telat makan tapi sudah makan kok, kamu sudah belum?" Tanyaku balik
"Udah tadi bareng mami, kamu jangan kecapean ini badan kamu sedikit hangat loh.."
"Iya banyak banget proyek baru jadi aku kerja maksimal beberapa hari ini honey"
Kurebahkan badanku dikasur dan mendekat keperut Rena. Merasakan ada gerakan diperutnya aku tersentak kaget dan memandangi perut Rena.
"Kayanya anak kita tau kalau kamu pulang telat terus jadi ngambek deh"
"Maaf ya, uumm besok dad ga pulang telat deh... ehh sakit ga kalo gerak-gerak gini honey?"
"Kalo kenceng banget kadang sakit sedikit, ya udah ayo tidur kamu kurang istiraha"
Kurapatkan tanganku melingkar diperut Rena, lalu terlelap tidur.
Pagi harinya aku merasa sangat lemas dan pusing dikepalaku terasa sangat berat. Dengan susah payah aku mencoba bangun dan duduk bersandar diatas tempat tidur.
"Kamu udah bangun ternyata, ini makan dulu bubur habis itu minum obatnya" ucap Rena sambil menyentuh kening dan lekukan leherku
"Aku kekantor ya sayang banyak kerjaan" ucapku
Tanpa menjawab Rena hanya melirikku dan berjalan keluar kamar. Aku segera menghabiskan bubur dan meminum obat seperti yang disuruh Rena tadi. Melangkahkan kaki lalu bersiap berangkat kekantor. Sampai pintu depan aku melihat mami dan Rena dan aku berpamitan seperti biasa.
Rena hanya diam tidak membalas pelukanku, aku berpikir mungkin karena hormon ibu hamil terkadang berubah-ubah.
Sampai dikantor aku langsung duduk diruanganku tapi hanya duduk disofa tidak langsung mengerjakan sesuatu.
"Kalo sakit tuh diem aja dirumah ngapain kekantor bawa virus" ucap David
"Biar cepet kelar aja" jawabku santai
"Telat sedikit juga ga masalah kan sudah deal semua, tunggu proses aja"
"Ya udah gw kerja dulu"
"Dasar keras kepalamu itu ga pernah berubah, harusnya kamu mikir gimana Rena dirumah pasti khawatir sama keadaan lu"
Aku melewatkan jam makan siang karena terlalu fokus bekerja dan malah membentak David yang terus menerus menyuruhku pulang karena wajahku memang terlihat sangat pucat.
Aku tidak menghiraukannya dan terus saja berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk untuk diperiksa.
Sialnya ketika melihat jam tangan ini sudah jam 9 malam. Aku bergegas pulang kerumah karena pasti dua wanitaku itu menunggu.
Dugaanku ternyata salah, saat masuk ke dalam rumah tidak ada suara cerewet mami dan juga Rena. Aku mencari kebelakang dan keatas juga semua ruangan kosong. Bertanya pada babi ternyata mereka pergi ke rumah mama Elsa sejak sore.
Tidak lama setelah mandi aku mendengar suara mobil masuk dan terparkir digarasi. Langsung keluar tapi tidak mendapati Rena bersama mami.
"Rena mana mi?" Tanyaku dan mami hanya diam
"Miiiiii aku nanya loh..." ucapku lagi dan membuat mami meoleh dengan tatapan yang sedikit menakutkan
"Ohh kenapa? Bukannya lebih penting proyek-proyekmu dikantor ketimbang istrimu sendiri..." ucap mami yang membuat dadaku terasa teriris perih
Aku diam tertunduk dan segera mencari kunci mobilku untuk langsung keluar.
"Biarkan Rena sendiri dulu ga usah dijemput, percuma" sontak membuatku diam mematung
"Kamu mengecewakan sekali, bahkan dia sedang hamil anak kamu Keni!!!" Mami marah ya marah padaku
Tiga hari sudah mami mendiamiku bahkan bertanya kabarku saja tidak. Setiap hari aku juga datang ke rumah mama Elsa tapi hanya penolakan yang aku dapatkan. Seakan hilang arah aku tak tau lagi harus kemana selain kantor dan memceritakan semuanya pada David. Dan sama juga yang dilontarkan David tak kalah menohok dari yang aku pikirkan.