Keni POV
Aku sedang berdua dengan perempuan yang sangat kurindukan dua tahun ini. Perempuan yang selalu menghibur dan juga selalu ada untukku.
Saat sedang bercanda dikamarku tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan kehadiran Rena. Dari sorot matanya aku melihat ada tanda tanya yang sangat besar dan juga mata itu menatapku tajam bagaikan belati.
Aku mencoba menjelaskan tapi ada dayaku semua memang salahku yang tidak memberitahunya dari awal. Bukan aku melupakan Rena tetapi aku berfikir untuk berbicara nanti disaat yang tepat.
Saat masuk kamar mami aku melihatnya menangis bahkan tubuhnya bergetar hebat, aku merutuki kesalahan dan kebodohanku. Bisa-bisanya aku membuat wanita yang sangat aku cintai menangis seperti ini.
Kulihat mami berusaha menenangkan dan aku bergerak mendekatinya.
"Jangan mendekat..." aku tersentak dan kembali mematung Rena menolakku
"Aku bisa jelaskan ini semua ga seperti yang kamu lihat dan pikirkan.." ucapku lemah
"Rena dengarkan dulu jangan marah dulu.... Ribka ini juga tanggung jawab kamu cepat minta maaf..." mami menyela dan melirik kepada Ribka
"Emm emm ma maaf kak Rena sebenarnya aku adik sepupu kak Keni..." suara Ribka yang gugup dan ketakutan
Ribka adalah adik sepupu yang merupakan anak dari adik mmi yang sejak dua tahun lalu menetap diBelanda bersama dengan kedua orang tua dan tiga adiknya.
Aku menatap Rena yang memang kaget dan kami beradu tatap mata. Mami yang melihat juga jadi tersenyum entah apa artinya senyuman itu, dan Ribka mendekati Rena mengulurkan tangannya untuk meminta maaf dengan serius dan tulus.
"Maaf ya kak sebenarnya ini memang ideku, jangan marah ke kak Keni apalagi sampai bilang putus seperti tadi" Ribka sudah mendekat uluranntangannya disambut oleh Rena
"Maafin aku juga ya honey udah buat kamu nangis.." ucapku
"Sudah-sudah kalian ini seperti anak kecil sebentar marah sebentar baikan... kita kebelakang yukk mami buatkan teh untuk Rena" mami kemudian menarik Ribka untuk ikut keluar dari kamar dan sekarang hanya tinggal kami berdua
"Sayang maaf... aku..." ucapanku terpotong karena Rena berdiri dan memelukku dengan sangat erat
Aku membiarkannya menangis didadaku sambil memeluk dan mengcup keningnya. Dari peristiwa ini aku sadar bahwa Rena sangat mencintaiku. Tubuhnya sudah tidak bergetar dan tangisannya juga sudah berhenti. Kulihat wajahnya dan tanpa malu aku mengecup bibirnya.
"Maaf.. pasti sakit sekali ya..." ucapnya lembut dan menyentuh sudut bibirku yang memang terasa perih
"Thank you for loving me" jawabku dan kembali membawanya kedalam pelukanku
Aku menggandeng tangannya menuju kenelakang karena mami sudah memanggil. Dan tentu saja sebelum keluar aku sudah memebersihkan wajahnya dari sisa air mata.
"Hai kakak ipar... " suara perempuan jahil itu kembali menggoda Rena
"Asataga Ribka!!!!!" Aku membentak Ribka dan mami ikut terkejut
"Udah-udah gapapa kamu jangan marah lagi..." ucap Rena sambil mengelus punggungku
"Ribka ini memang sangat jahil jadi kamu juga harus terbiasa ya Ren.. jangan diambil hati " kata mami
"Gapapa kok mi tadi Keni udah cerita semuanya.."
"Kak kenapa ga langsung nikah aja sih kan kak Keni itu udah tua hahahaha" Ribka lagi yang bersuara
"Astaga itu mulut bisa dijaga kali.. awas kamu ya" ucapku kesal
"Kan udah beli cincin tinggal dipasang aja tuh beres kan..." ucap Ribka sontak membuatku membulatkan kedua mata dan beranjak memukul kepalanya
"Berisik banget sih haduuhh kamu buruan balik aja deh ga usah lama disininya bikin darah tinggi aja" ucapku kesal dan meninggal kan mereka semua termasuk Rena yang duduk terpaku melihatku pergi
"Heii jangan marah kan dia juga saudaramu sayang..." Rena sudah berada disebelahku duduk disofa depan TV
"Itu kan kejutan buat kamu sekarang malah berantakan..." rancauku
"Kenapa ga bilang sendiri dari awal? Serius kamu beli cincin? Buat apa Keni sayang?"
"Buat nanti nikahin kamu tapi ya udah sekarang aja aku kasih lihat jadi kalau kamu ga suka kita beli lagi sesuai yang kamu mau"
"Ga usah aku percaya sama kamu pasti milih yang terbaik buat aku, lagi pula aku belum lihat kan jadi tetap bisa jadi kejutan"
Setelah aku dan Ribka berdebat lagi aku memutuskan untuk mengantar Rena pulang dan menginap dirumahnya.
Malam ini akan tidur dengan nyenyak karena bisa memandangi wajah cantiknya. Nafasnya berhembus teratur membentur dadaku, kubelai lembut rambutnya sampai aku tertidur juga.
Paginya aku berangkat kekantor tapi sebelumnya mampir kerumah mengganti baju. Aku tidak melihat Ribka pasti dia masih diatas kasur. Buru-burunkulangkahkan kaki segera keluar rumah.
"Kak Keni kok buru-buru sih?" Itu suara Ribka
"Ya aku kan kerja emang kamu pengangguran" balasku
"Hahahaha masih marah nih... ya udah sampe ketemu nanti malam kak"