Lee Dokyeom. Seorang Arsitek muda yang terkenal di Korea Selatan. Di usianya yang menginjak 26 tahun, ia bahkan telah banyak memenangkan tender menjadi Arsitek untuk membangun perusahaan-perusahaan besar di Korea Selatan. Bahkan banyak pengusaha yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Yaak! Dasar kau sialan! Berani-beraninya kau menyadap ponselku! Lihat saja kau nanti! Aku…” Dokyeom mematikan secara sepihak sambungan telepon dari Jaehyun yang akhirnya mengetahui apa yang telah Dokyeom perbuat pada ponselnya. Dokyeom tidak bisa menahan tawanya yang langsung saja tergelak ketika ia mematikan sambungan telepon itu bahkan sebelum Jaehyun menyelesaikan ucapannya.
Tawa Dokyeom tentu saja memancing rasa penasaran Miyeon yang kini berada di sebelahnya. Awalnya mereka sedang melanjutkan film yang belum selesai ditonton oleh Miyeon tadi siang, mengingat mereka baru saja melakukan kencan pertama mereka. Menonton film tersebut di dalam kamar mereka sambil bergumul di balik selimut dan saling berpelukan menghangatkan satu sama lain.
Sepulangnya dari acara kencan, mereka seakan terbawa suasana sehingga terjadilah kegiatan bercinta yang begitu indah di antara keduanya.
Miyeon mendongakkan kepalanya menatap Dokyeom dan menunggu hingga lelaki itu selesai dengan tawa gelinya. Menatap penuh tanya yang langsung dapat diartikan oleh Dokyeom bahwa istrinya itu sedang penasaran.
“Hahahaha. Kau tahu, Miyeon-ah? Jaehyun barusan menelepon dan marah-marah karena dia baru sadar bahwa ponselnya telah kusadap. Hahahaha.” Dokyeom masih merasa geli dengan betapa lucunya Jaehyun yang baru menyadari bahwa ponselnya telah disadap. Namun, bukannya ikut tertawa bersama Dokyeom, Miyeon malah membekap mulut Dokyeom yang sedang tertawa.
“Seharusnya kau meminta maaf, Dokyeom-ah. Bukannya mematikan sambungan telepon sepihak dan kini malah terbahak.” nasehat Miyeon mendelikkan matanya melihat Dokyeom yang berusaha melepaskan tangan Miyeon dari mulutnya.
“Arraseo. Nanti aku akan meminta maaf padanya dan menjelaskan semuanya.” Dokyeom menyerah dan mengucapkan penyesalannya setelah Miyeon melepaskan bekapan tangannya di mulut Dokyeom.
Mereka berdua –atau mungkin hanya Miyeon– kembali serius menonton film di hadapan mereka. Dokyeom yang tidak seserius itu menonton film mulai mencari akal untuk menghilangkan rasa bosannya. Tangan kirinya yang sedari tadi ia gunakan sebagai bantalan untuk kepala Miyeon mulai ia gerakkan sehingga lebih menggapai sekeliling bahu polos Miyeon. Sengaja agar dapat lebih mengeratkan pelukannya.
Dan akhirnya, film tersebut selesai. Miyeon merenggangkan sedikit tubuhnya yang terasa remuk dan kembali meletakkan kepalanya pada tubuh Dokyeom. Bahkan dengan sadar Miyeon meletakkan kepalanya di atas dada bidang milik suaminya. Rasa kantuk mulai menghinggapinya, bukan hanya karena saat ini sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi juga karena dekapan hangat Dokyeom yang semakin membuatnya nyaman untuk memasuki alam tidurnya.
Namun hampir saja kedua mata Miyeon terpejam, ia terkesiap saat merasakan tangan Dokyeom yang satunya mulai menjalari perutnya dari balik selimut. Mengusapnya perlahan dari atas kebawah dan sebaliknya. Menghantarkan rasa hangat pada telapak tangan Dokyeom di permukaan kulit Miyeon.