8. Grandpa Complex (B)

202 19 0
                                    

“Yak kau, Doyeong!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Yak kau, Doyeong!”

Dokyeom segera menoleh dan menatap Kakek. Tentu saja ia merasa panggilan itu ditujukan padanya. Dan namanya yang telah berubah berkat Kakek jelas-jelas membuktikan bahwa memang dirinyalah yang sedang diajak bicara. Dan ia sudah tahu apa yang akan Kakek katakan.

“Kau yang selesaikan semuanya, arasseo?” Binggo! Kakek bersuara agak keras sengaja agar Dokyeom yang berada beberapa langkah dari tempatnya dapat mendengar ucapannya tersebut dengan jelas.

Dokyeom tidak bisa untuk tidak melongo. Ia menatap ngeri piring-piring kotor di sekelilingnya. Lalu dapat dilihatnya Kakek segera merangkul Nenek dan membawanya ke dalam rumah meninggalkannya bersama piring-piring kotor itu. Hatinya menciut dan ia merasa seperti Cinderella yang mendapat perintah dari Ibu tirinya.

Dengan berat hati dan wajah masam, diambilnya spons yang tadi Nenek tinggalkan dan mulai mencuci piring-piring kotor tersebut. Tangannya sudah sangat dingin dan ia yakin jari-jarinya sudah mengkerut di balik sarung tangan yang ia kenakan saat ini.

Kakek masih merangkul Nenek hingga mereka tiba di teras rumah mereka. Mendapati Miyeon yang tengah berbaring sambil memegangi perutnya.

Miyeon yang sadar akan kehadiran Kakek dan Neneknya segera bangkit dan mencoba duduk. Alisnya tiba-tiba berkerut karena mendapati Kakek dan Neneknya bersama dan kini menghampirinya lalu ikut duduk bersamanya di dipan. Hanya Kakek dan Neneknya. Lalu di mana Dokyeom?

“Haraboji, Halmoni, Dokyeom mana?” Miyeon langsung mengutarakan pertanyaan yang ada di kepalanya. Matanya bergantian menatap Kakek dan Neneknya menunggu jawaban apa yang akan ia dengar.

“Ah, Doyeong sedang mencuci piring di belakang.” Kakek yang berinisiatif menjawab pertanyaan Miyeon dan ia menjawabnya dengan santai.

“Namanya Dokyeom, Haraboji, Lee Dokyeom. Dia mencuci piring seorang diri?”

“Ya, itulah namanya. Ya, tentu saja seorang diri. Di rumah ini tidak ada siapapun selain Haraboji dan Halmonimu ini.” Kakek dan Nenek mulai mengambil duduk di sebelah Miyeon. Dan setelah mendengar apa yang Kakeknya katakan tentang Dokyeom, Miyeon langsung memakai sendalnya dan turun dari dipan yang sedari tadi ia tempati.

“Mau kemana, Miyeon-ah?” tanya Kakek heran melihat Miyeon yang terburu-buru memakai sendalnya dan mulai beranjak.

“Aku mau menyusul suamiku, Haraboji.” jelas Miyeon dengan langkah yang tertahan akibat pertanyaan Kakeknya.

“Miyeon-ah, di sini saja. Haraboji masih sangat merindukanmu.” Kakek terus saja mencegah Miyeon untuk pergi menemani suaminya yang baru saja ia jadikan ‘babu’ dadakan di rumahnya.

Married not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang