Haloooo... Aku sih sebenernya nggak menuntut untuk minta vote dan komennya. Tp aku yakin kalian pasti tau gimana caranya sbg readers yg baik. Hehehe. Oke deh lanjut 🥰🥰🙏
Kehidupan pernikahan Dokyeom dan Miyeon mulai berjalan dengan baik. Masing-masing dari mereka juga sama-sama belajar untuk menjadi suami dan istri yang baik. Semenjak Dokyeom dan Miyeon berbaikan, Dokyeom berinisiatif untuk mengantar Miyeon setiap pagi ke Klinik sebelum ia berangkat kerja. Dan Miyeon juga berinisiatif untuk selalu membuatkan sarapan untuk Dokyeom sebelum mereka berangkat kerja.
Miyeon kini tidak lagi memakai jaket tebalnya saat tidur bersama Dokyeom. Seperti yang ia katakan, ia akan mencoba terbiasa dengan kehadiran Dokyeom. Beberapa kali Miyeon mendapati tangan Dokyeom yang memeluk pinggangnya cukup erat dari arah belakang saat ia baru terjaga dari tidurnya. Tapi, tidak ada teriakan melengking yang ia keluarkan seperti sebelumnya. Tentu saja, ia sendiri yang mengatakan bahwa ia akan mencoba terbiasa dengan Dokyeom, bukan? Jadi ia hanya akan memindahkan tangan Dokyeom perlahan, sengaja agar pria itu tidak terbangun atau ia akan membiarkan saja tangan Dokyeom memeluk tubuhnya dan kembali tidur jika itu terjadi pada akhir pekan.
Mereka juga selalu menyempatkan diri untuk makan siang bersama. Walaupun sarapan dan makan malam selalu mereka lewati berdua, mereka tetap ingin untuk makan siang bersama. Hampir setiap hari Dokyeom dan Miyeon menghabiskan waktu istirahat mereka untuk makan siang bersama di jam istirahat kerja mereka.
Seperti siang ini, mereka berdua akan makan siang bersama. Dokyeom yang baru saja selesai meeting dengan kliennya langsung mengaktifkan ponselnya yang sebelumnya ia nonaktifkan. Lalu segera tangannya bergerak lincah untuk mencari nama ‘Myeon’ di kontaknya dan menempelkan ponselnya di telinga.
“Yeoboseyo, Dokyeom-ah.” suara lembut Miyeon terdengar dari seberang sana.
“Miyeon-ah, apa pekerjaanmu sudah selesai?” Dokyeom melirik sekilas ke arah jam tangannya terlebih dahulu sebelum menanyakan hal tersebut. Dan memang sekarang sudah menunjukkan jam makan siang.
“Masih ada satu pasien lagi. Dan sepertinya aku pulang cepat hari ini. Ada apa? Kau sudah berada di depan Klinik?” ada nada panik yang tersirat di suara Miyeon.
“Belum. Aku baru saja selesai meeting, dan baru akan segera berangkat ke tempatmu.”
“Ah, begitukah? Aku akan selesai saat kau sampai di sini. Kabari aku kalau kau sudah di depan Klinik, ya.” Dokyeom tidak bisa untuk tidak tersenyum saat mendengar suara Miyeon yang mengalun lembut di telinganya. Gadis itu banyak berubah. Bukan hanya penampilannya saja yang sekarang terlihat lebih dewasa –cantik–, ia pun menjadi seseorang yang lemah lembut. Entah itu karena pengaruh sekolah di luar negeri, atau karena tuntutan profesinya yang selalu berhadapan dengan anak-anak sehingga mengubahnya menjadi gadis yang lembut, berbeda dengan Miyeon yang ia kenal dulu, Miyeon yang pecicilan. Walaupun sekarang masih tetap sama pecicilannya tapi tidak separah dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married not Dating
RomanceLee Dokyeom. Seorang Arsitek muda yang terkenal di Korea Selatan. Di usianya yang menginjak 26 tahun, ia bahkan telah banyak memenangkan tender menjadi Arsitek untuk membangun perusahaan-perusahaan besar di Korea Selatan. Bahkan banyak pengusaha yan...