17. Something to Say (G)

236 18 3
                                    

“Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku disaat aku sudah mulai mencintaimu, Lee Dokyeom?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku disaat aku sudah mulai mencintaimu, Lee Dokyeom?”

Miyeon langsung menutup wajahnya dan tangisnya semakin menjadi. Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirnya tanpa bisa ia kendalikan.

“A..apa?”

Dokyeom menegang seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Apa ia salah dengar? Apa Miyeon salah bicara? Apa ia sedang berkhayal? Miyeon baru saja mengatakan bahwa ia sudah mulai mencintainya. Ya, Tuhan! Benarkah ini?

“Benarkah itu, Miyeon-ah?”

“Itu tidak penting sekarang. Saat ini kita sedang membicarakan hubunganmu dengan mantan calon istrimu. Hiks.. lalu, kau akan lebih memilih dirinya daripada aku?”

“Kau mencintaiku? Kau mencintaiku? Kau mencintaiku juga!” Dokyeom tidak bisa menahan senyum gilanya karena saat ini kepalanya dipenuhi pernyataan cinta dari istrinya. Cintanya sudah terbalas. Apakah ada yang lebih membahagiakan daripada ini?

Saking gembiranya, Dokyeom langsung menarik tubuh Miyeon masuk ke dalam pelukannya dan mendekap Miyeon dengan sangat erat. Digoyangkan tubuhnya yang sedang mendekap Miyeon ke kiri dan ke kanan, benar-benar menunjukkan betapa bahagianya ia saat ini.

Wajah Miyeon terbenam di dada Dokyeom. Karena masih dalam keadaan menangis terisak dan Dokyeom mendekapnya dengan sangat erat membuat Miyeon berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Dokyeom. Ia masih ingin hidup dan tidak ingin mati konyol hanya karena kehabisan napas akibat pelukan suaminya sendiri.

Miyeon berhasil menjauhkan sedikit tubuhnya dari dekapan Dokyeom.

“Apakah itu benar, Miyeon-ah? Kau mencintaiku?”

“Kita tidak sedang membahas tentang itu, Lee Dokyeom!”

Dokyeom menghela napas sambil tersenyum memperhatikan wajah serius Miyeon. Istrinya itu benar-benar berpikiran terlalu jauh. “Hei, istriku yang cantik. Kau terlihat jelek saat menangis.” ejek Dokyeom sambil mengusap pipi basah Miyeon.

“Kenapa kau selalu mengalihkan pembicaraan?” protes Miyeon karena tidak juga mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan pada Dokyeom.

“Karena pertanyaanmu itu sangat konyol, sayang. Untuk apa kau bertanya siapa yang aku pilih? Tentu saja aku hanya milikmu seorang. Sudah berapa kali aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, Miyeon-ah.”

Miyeon berkedip beberapa kali untuk sesaat karena pernyataan cinta dari Dokyeom yang untuk kesekian kalinya ia dengar namun tetap saja menimbulkan efek aneh pada dirinya. Akan tetapi, pernyataan cinta tersebut tidak menyelesaikan apapun, bukan?

Married not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang