15. Something to Say (E)

195 17 5
                                    

Terdengar napas halus dari bibir Miyeon yang sedang tertidur pulas di dalam dekapan Dokyeom. Setelah kelelahan karena berusaha melepaskan dirinya dari Dokyeom, akhirnya Miyeon pun hanya bisa pasrah dan tanpa sadar ia tertidur. Meninggalkan Dokyeom yang sedang gelisah dan tidak bisa memejamkan matanya.

Aku lapar!

Dokyeom mengernyitkan dahinya untuk kesekian kali karena perutnya kembali mengeluarkan suara keroncongan. Dalam hati berdoa bahwa suara keroncongan perutnya tidak terlalu keras, terlebih jika sampai Miyeon yang sedang tertidur mendengar suara perutnya.

Tentu saja ia merasa kelaparan saat ini. Bukankah ia tadi sudah mengeluh sangat lapar pada Miyeon? Namun istrinya itu malah membuatnya malas untuk melaksanakan makan malamnya. Malas bukan berarti ia tidak lapar lagi. Perutnya masih lapar dan sedari tadi terus meronta-ronta minta diisi. Dan juga Dokyeom sudah berusaha memejamkan matanya mengabaikan rasa laparnya, namun tetap saja tidak berhasil.

Semakin larut malam semakin terasa lapar di perutnya. Ia benar-benar sudah tidak tahan lebih lama lagi menahan rasa lapar yang sejak tadi menderanya. Namun yang menjadi masalah saat ini adalah salah dirinya sendiri yang tadi terlalu gemas pada Miyeon dan memeluk wanita itu seperti bantal guling. Bagaimana ia melepaskan pelukannya di tubuh Miyeon tanpa membuatnya terbangun? Miyeon tidak seperti dirinya yang jika sudah tertidur seperti orang pingsan. Miyeon sangat peka dan gampang sekali terbangun jika merasa ada yang mengusik tidurnya.

Selama 15 menit Dokyeom berpikir bagaimana melepaskan pelukannya tanpa membangunkan Miyeon. Dan hasilnya sia-sia karena yang ada di otaknya saat ini hanyalah makan, makan dan makan. Perutnya kembali berbunyi dan akhirnya Dokyeom membuat keputusan final. Diangkatnya perlahan tangan kirinya yang berada di atas perut Miyeon. Kemudian diikuti dengan kaki kirinya yang berada di atas kaki Miyeon. Yap, berhasil! Setengah tubuhnya sudah tidak berada di tubuh Miyeon. Sejauh ini berhasil tanpa mengusik tidur istrinya. Namun Dokyeom belum bisa beranjak dari atas ranjang, karena tangan kanannya tertimpa oleh punggung Miyeon.

Dokyeom yang otaknya sudah buntu mulai mengibasi wajah Miyeon, ingin tahu apakah Miyeon benar-benar sudah lelap atau belum. Kemudian dalam hati merasa lega karena tidak ada reaksi dari Miyeon saat ia mengibasi tangannya di depan wajah cantik istrinya itu. Dan Dokyeom memulai aksinya kembali.

Pertama, Dokyeom memegangi bahu kiri Miyeon dan mengangkatnya pelan dengan mata yang masih mengawasi wajah Miyeon. Lalu perlahan ia menarik tangannya. Perlahan-lahan. Hingga akhirnya tangannya terlepas dari bawah tubuh Miyeon. Karena saking laparnya ia langsung meloncat turun dari atas ranjang berniat untuk ke dapur dan mencari makanan. Namun Dokyeom tidak menyadari bahwa ternyata tubuhnya memberikan efek guncangan pada ranjang yang tentu saja membuat Miyeon terusik dan membuka matanya.

Miyeon masih mengedip-ngedipkan matanya yang saat ini terlihat merah karena mengantuk. Namun tidur nyenyak tadi terganggu dan di tengah penyesuaian cahaya pada matanya, samar-samar ia mendengar suara langkah kaki dan pintu terbuka. Ternyata rasa penasarannya lebih besar daripada rasa kantuknya. Dengan perlahan Miyeon mendudukkan dirinya di atas ranjang kemudian ia mengusap wajahnya sebentar diikuti merapikan rambutnya yang terlihat sedikit berantakan.

“Hmm.. apa yang bisa aku makan?” tanya Dokyeom pada dirinya sendiri saat ia sudah berada di dapur sambil memeriksa isi kulkas. Dilihatnya seisi kulkasnya yang tidak terdapat sama sekali makanan yang bisa langsung ia makan. Kulkasnya penuh, namun dengan bahan makanan yang masih mentah.

Married not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang