"anak ayah, pinter, mam dulu nasi nya" Limario mengarahkan sendok kedepan mulut Limario junior berusia 2 tahun
"aaaaa" pria mungil itu membuka mulutnya
Limario langsung memasukan sendok tersebut kedalam mulut Yuan "mantap"
Yuan merebut sendok dari tangan Limario "mam ri yah"
"makan sendiri?" Yuan menggangguki pertanyaan Ayahnya
"pinter banget sih anak ayah" Limario gemas dan menciumin pipi Yuan hingga anaknya itu merasa risih
"pegi yah, pegi ja" celoteh Yuan
"duh ponakan aunty pinter banget, nyuruh ayah kerja ya?" Jisoo mendekati meja makan Yuan yang di desain khusus oleh Limario "suruh ayah cari mama baru gih"
Yuan diam dan menyengir melihat Jisoo lalu melihat Limario dengan raut muka yang nampak sedikit bingung "mama, yah?"
"ka jisoo apaan si" desis Limario tidak suka
"mama lagi kerja sayang" bohong Limario sambil menyeka sudut bibir sang anak dengan ibu jarinya
"mau mama mama mama" Yuan kini mulai merengek
"duh kesayangan aunty, yuk yuk yuk main gambar yuk, jangan nagis ya" ajak Jisoo menggendong Yuan dengan cepat
"ka, Io berangkat dulu. Babay captain" Limario menghujani ciuman pada wajah Yuan yang masih merengek
♦️♦️♦️
"om Jiyong" panggil Limario ketika dirinya berpapasan dengan ayah dari seseorang yang Ia cintai dulu
Jiyong tersenyum ramah dan menyalami Limario "wah bapak investor"
"om jangan gitulah" ucap Limario nampak sedikit malu
Keduanya tertawa tak menyangka pertemuan setelah sekian lama akhirnya bertemu kembali sebagai rekan bisnis
"permisi" suara itu berasal dari balik pintu
Limario memutar kursi kerjanya agar melihat seseorang yang baru masuk tadi "loh ko papi ko disini?"
"ya gapapa dong, kan ini perusahaan papi" jawab Nichkun santai
Lalu ketiganya kembali tertawa hingga mereka kembali membicarakan seputar bisnis yang dirancang oleh Jiyong
"gimana kalau kita ngobrol sebentar Pak" tawar Nichkun kepada Jiyong yang langsung menyetujuinya
"kamu tandain apa aja yang harus dikurangi dan ditambahkan diproposal ini, papi mau ngobrol sebentar sama Pak Jiyong di cafe" pesan Nichkun sebelum menutup pintu ruangan Limario
"ok"
Limario kembali membuka proposal tadi namun belum satu halaman dia baca ponselnya berdering
"hallo anak ayah" ucap Limario berbicara didepan layar ponsel hitamnya
"yah" suara Yuan keluar bersama wajahnya yang tertera di ponsel Limario
"dek, gue mau ajak Yuan ke mall. Boleh kan?" kini berganti Jisoo yang muncul dilayar ponsel Limario
Limario menampilkan segaris senyum ketika Yuan menggelinjang--mengambil alih posisi Jisoo agar Yuan yang nampak dilayar ponselnya "mau bil yah, dua"
"iya sayang, beli sama aunty. Tapi jangan nakal, kasian auntynya" ucap Limario yang langsung diangguki oleh Yuan
"duh pinter banget si" Jisoo menciumi pipi Yuan
"yauda ka hati-hati nanti ya, mau lanjut kerja. Bye-bye"
"heh main bye bye aja, uangnya ga dikasih nih?" protes Jisoo menyerobot
"astaga kak, kaka punya black card yang no limit kan? Ko ribet sih"
"oh iya lupa, gue kan orang kaya"
Limario menepuk jidatnya pasrah "dah ya, have fun"
Limario memutus panggilan videonya dan lanjut mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi
***
"oke kamu bisa sidang bulan depan Jen, jadi dipersiapkan aja" ucap dosen pembimbing Jennie
Otaknya yang brilliant mampu membuat Jennie menyelesaikan kuliah S1 Farmasi dalam jangka waktu yang singkat--seharusnya 4 tahun namun Jennie mengambil akselerasi menjadi 2 tahun
"terimakasih bu, selamat siang" ucap Jennie ramah sebelum pamit pergi dari tempat dosen pembimbingnya
Tinggal dua tahun di Aussie sebagai pelajar dari negara asing membuatnya jadi orang yang kuat dengan sendirinya, jauh dari orang tua, beradaptasi dengan tempat dan orang baru.
"gimana hasilnya Jen? Sidangnya kapan?" tanya seorang gadis berambut pirang dengan beberapa snack ditangannya
Jennie menyimpan tumpukan kertas yang tadi dia bawa diatas meja belajarnya "bulan depan dong"
"wihh mantep tuh" gadis berambut pirang tersebut bertepuk tangan bersamaan dengan pipi nya yang mengembung
"Rosie" panggil Jennie
Gadis berambut pirang tersebut menengok kearah Jennie "kenapa?"
"ini bekas makanan lo ya? Ih jorok" ucap Jennie mencubit plastik berisi makanan yang sudah basi di lemari es yang berada diruangan pantry
Rosie mendekati Jennie "duh perasaan gue udah buang deh"
"nih nih nih buang deh keluar" Jennie memberikan plastik tersebut kepada Rosie yang langsung membuangnya
Setelah beberapa menit Rosie keluar, Jennie mengambil ponselnya dan memeriksa beberapa notifikasi yang ada
"hallo Dad" ucap Jennie ketika sambungan telponnya tersambung
"tadi telponnya ga ke angkat. Ada apa?"
"..."
"bulan April Jennie udah bisa pulang ke Indonesia Dad"
"..."
"okay, have a nice day"
Jennie memutus panggilannya dengan Jiyong, bukan karena tarif telpon luar negara yang mahal namun ia menutupnya berdasarkan permintaan Jiyong yang akan melanjutkan meeting dengan investor yang akan menginvestasikan saham terhadap perusahaan yang akan Jiyong dirikan
♦️♦️♦️
"sampai bertemu kembali bulan April, Pak" ucap Nichkun menyalami tangan Jiyong
Jiyong langsung menerima uluran tangan Nichkun "pasti, Pak"
⏺️⏺️⏺️
Yuan Putra Manoban
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Fanfiction"Sejauh apapun jaraknya, selama apapun waktunya, kalau jodoh pasti bakal ketemu juga" Jennie Kim dipertemukan kembali dengan mantannya sejak SMA dengan kejutan-kejutan yang tidak pernah Ia duga sama sekali [Jk.Lm]