XIV

1.6K 158 6
                                    

Jennie membuka pintu berwarna coklat tersebut hati-hati, walaupun sudah memasuki ruangan namun indera penciumannya masih dapat mencium bau obat-obatan yang menusuk.

"permisi dok" salam Jennie sopan

Pria berjas putih tersebut membalikkan tubuhnya menghadap Jennie

"tumben bilang dok, sini duduk"

Setelah dipersilahkan, Jennie menduduki kursi yang berhadapan dengan Jong In yang tengah mengambil berkas dilacinya.

"jadi gimana?" tanya Jennie to the point

Jong In merapatkan kedua telapak tangan lalu membawanya kebawah dagu

"masih belum ada yang cocok" ucap Jong In hati-hati

Jennie menundukkan kepala untuk membuang nafasnya lalu memberikan senyumnya kembali kepada Jong In.

"obatnya masih rutin diminum 3 kali seminggu kan? Akhir bulan lo harus cuci darah" Jong In menjeda kalimatnya dan mendekati Jennie

"selama lo ngejalanin ini rutin sampai dapatin pendonor yang cocok, lo bakal baik-baik aja"

Jennie mengangguk paham, hampir setiap bulan Jong In--sepupuhnya berkata hal demikian.

"iya bang, yauda gue mau pulang dulu deh" ucap Jennie lesu karena menutupi kesedihannya

"pulang sama Limario?" pertanyaan Jong In dijawab gelengan kepala oleh  Jennie

"masih tetep mau sembunyi-sembunyian sama suami lo?"

"kalau gue udah sembuh baru gue bilang" Jennie bangkit dari duduknya

"dasar batu"

"gue pulang dulu ya"

"hati-hati"

***


Jennie memperhatikan Limario yang tengah menuruni anak tangga. Lelaki itu memakai celana basket dan kaos polos hitam untuk pakaian sebelum tidurnya.

"kenapa, sayang?" tanya Limario heran karena melihat Jennie yang terus tersenyum manis

Jennie mengkerlipkan manik kucingnya setelah melihat Limario sudah ada dihadapannya

"minta tolong beliin kecap dong, Yuan tiba-tiba pengen nasi goreng tuh" ucap Jennie singkat

"beli dimana ya?" Limario mengetukkan jari telunjuk didagunya

Jennie mencubit lengan Limario

"di blok sebelah rumah kan ada toko grosir"

"aww iya iya aku beliin" Limario mengusap lengan tepat dibekas cubitan Jennie

Jennie mengernyitkan dahinya melihat Limario menyipikan mata sambil memanyunkan bibirnya.

"imbalannya?" Limario mengetukkan jari dibibir merahnya

Jennie berjinjit agar tingginya sedikit lebih sama dengan Limario lalu ia menyisir rambut Limario dengan jarinya

Chup~

"huaaa bunaaaaa" rengek Yuan membuat Jennie dan Limario panik

"kenapa sayang? Ko nangis" tanya  Jennie sambil berjongkok agar  menyamakan tinggi Yuan

Tangis Yuan bertambah kencang membuat Jennie memeluknya erat

"buna jangan ciyum ayah huaaa, ayah nakal nda" ucap Yuan terbata-bata disela tangisannya

"ko nakal, bunda kan istrinya ayah" Limario ikut berjongkok

"da boleh ciyum buna tapina yah"

"tapi kalau gini boleh kan?" tanya Limario kepada Yuan.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang