XXII

1K 135 0
                                    

Gemericik air jatuh dari awan hitam pagi ini membuat cuacanya mendukung sekali orang untuk bermalas-malasan dari aktivitasnya. Akhir-akhir ini hujan memang jadi sering turun karena musimnya sudah tiba.

"sayang, kamu dimana ih?" Jennie berjalan gontai menuruni anak tangga

Limario menyuruput susu coklat hangatnya sembari melihat jendela yang menyuguhkan halaman hijau yang tengah dituruni hujan.

"disini" ucap Limario menyandarkan punggungnya di sofa yang tengah ia duduki.

"ngantuk" rengek Jennie ikut duduk dan menyandar pada Limario

Limario dengan senang hati membiarkan istri manjanya itu bersandar didadanya. Limario melihat istrinya dari samping, semakin diamati Limario semakin terlarut dalam paras cantik yang terpahat indah dari wajah Jennie. Dengan reflek jemarinya menyisipkan surai istrinya kebelakang telingan lalu membelai wajah cantik tersebut.

"aww" pekik Limario saat Jennie menggigit jarinya yang sedang menyusuri wajah cantik istrinya tadi

Jennie terkekeh "sakit ya?"

Jennie mengusap jari Limario yang tadi ia gigit. Limario mengeratkan genggaman tersebut lalu membawanya untuk dicium.

"mmmm wangi banget sih, kan kamu belum mandi" ucap Limario menghirup pucuk kepala Jennie

"enak aja" sewot Jennie dengan muka seramnya namun terlihat lucu itu secara bersamaan

"tapi iya juga si, oh iya, hari ini aku ada jadwal cek kehamilan" ucap Jennie menatap Limario dari bawah

"sama kak Jisoo gapapa?"

Jennie mengusap pipi Limario "kamu gamau nganter ya? Kan sekarang kamu libur"

"lain kali aku yang anter kamu, gimana?"

Jennie diam tak menjawab apapun--sedikit kecewa atas penolakan Limario. Lelaki itu mengetahui istrinya yang seketika langsung berubah hanya diam tak bisa berbuat apa-apa, ia punya alasan sendiri kenapa tak bisa ikut mengantar Jennie cek kehamilan.

***

"kira-kira nanti mirip siapa ya? Ga sabar jadinya" ucap Jisoo memecah keheningan antara dirinya dan Jennie yang sejak tadi terlihat tak semangat

"ah, gimana kak?"

Jisoo tersenyum kepada Jennie lalu mengusap bahu adik iparnya itu, "sedih karena Mario gamau anter ya?"

Jennie menggeleng mencoba menyembunyikannya, namun tetap saja manik kucingnya tak bisa berbohong. Hingga Jisoo pun bisa melihat kesedihan dari sorot matanya.

"sudah saya resepkan vitaminnya ya, bu, tinggal ditebus di instalasi farmasi" ucap wanita cantik yang tengah berhadapan dengan Jennie dan Jisoo dan wanita cantik itu pula yang sejak tadi menjelaskan perkembangan janin yang tengah Jennie kandung

"terimakasih, dok" ucap Jennie sebelum meninggalkan ruangan poli ibu dan anak

Jong In mengangguk kecil kepada dokter kandungan memberi kode setelah mereka sama-sama keluar dari ruangan, pada waktu sebelumnya Jong In sudah berkompromi dengan dokter kandungan yang kebetulan rekannya itu agar memberikan informasi yang baik kepada Jennie agar tidak terlalu banyak pikiran. Jong In mengkhawatirkan kondisi Jennie yang sudah tidak menjalani pengobatan sejak mengandung, karena Jennie takut efek samping yang buruk dapat membahayakan janinnya namun disisi lain penyakitnya tak bisa dibiarkan begitu saja tenpa pengobatan.

"kita minum teh dulu ya" ajak Jisoo yang langsung Jennie angguki

Jisoo membawa Jennie kesalah satu cafe yang sejalan dengan perjalanan pulang--sesuai keinginan Jennie.

MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang