Untuk Anita
• Lembar Tiga - Affogato & Petrichor •Saat ini sudah jam pelajaran ketiga, bel masuk sehabis istirahat sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu.
Seandainya Bima tidak memaksanya untuk tetap berbaring di ranjang UKS, Anita pasti sudah berada di kelas dan mengikuti pelajaran. Tapi bukan sepenuhnya salah cowok itu, sebab Anita sendiri pun ketiduran.
Dengan langkah perlahan, kaki Anita terus melangkah melewati lapangan sampai akhirnya tiba di gedung D. Suasana koridor sepi, mengingat jam belajar masih berlangsung.
Namun mata Anita menangkap seseorang dari kejauhan yang berjalan ke arahnya. Dia bingung, harus tetap berjalan dan acuh atau memutar balik.
Tapi sebelum Anita sempat memilih, seseorang itu sudah berdiri tepat di hadapannya. Kenapa cepat sekali?
"Kok tumben sendirian?"
Tidak, itu bukan jenis pertanyaan dengan nada ramah. Sebaliknya, suara itu penuh dengan intonasi merendahkan. Anita tahu.
"Kok diam saja? Adik kembar kamu enggak bisa ngomong, ya, Vin?"
Anita menyorot tajam pada seorang siswi yang berdiri di sebelah kanan. Dia tidak kenal, hanya tahu. Namanya Bella, teman satu geng Vina.
"Kayaknya iya, deh. Diajak bicara bukannya jawab pakai mulut, malah melotot-melotot."
Kali ini yang di sebelah kiri, Angel. Gadis dengan rambut hitam sebahu itu ternyata ikut-ikutan.
"Don't call her my twins, karena aku enggak punya saudara seperti dia."
Kalimat itu menusuk Anita tepat di dada, membuat sesak menyebar dengan cepat dan menggerogoti pertahanan gadis itu.
Anita mengepalkan tangannya di samping tubuh dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih. Dia tidak boleh cengeng, apalagi di hadapan Vina.
Kakak kembarnya itu maju satu langkah. "Asal kamu tahu saja, kamu itu enggak pantas punya teman seperti Senjana dan ... siapa yang satunya?" Vina menoleh bergantian pada kedua temannya.
"Itu, si Bima," sahut Angel yang didukung dengan anggukan kepala Bella.
"Ah, iya!" Vina menjentikkan jarinya. "Senjana dan Bima, mereka baik dan aku pikir ... bisa berguna untuk orang lain. Sementara kamu?"
"Kenapa? Ada apa denganku?" Setelah berdebat hebat dengan dirinya sendiri, Anita memutuskan untuk melawan.
Pantaskah disebut dengan perlawanan? Sepertinya tidak, karena Anita hanya membela diri. Tentunya bukan hal yang salah 'kan?
Vina nampak terkejut ketika Anita akhirnya bersuara. "Kenapa kamu bilang? Kamu memang enggak sadar atau hanya pura-pura enggak sadar?"
"You're useless, Anita. Kamu enggak pantas punya teman, kamu juga enggak pantas untuk bahagia! you're just trash!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Anita
Teen FictionBagi Anita, hidupnya sudah terlalu rumit, masalah yang menghimpitnya dari segala arah seakan-akan membuatnya kesusahan untuk hanya sekedar bernapas. Gadis itu dituntut mampu menyetarakan perbandingan yang ada di antara dirinya dan sang kakak kembar...