Lembar Tiga Belas - Orang Baru Super Jahil

14 2 2
                                    

Untuk Anita
• Lembar Tiga Belas - Orang Baru Super Jahil •

Seorang gadis tampak melangkahkan kaki dengan mantap, sesekali menarik kedua sudut bibirnya ke arah yang berlawanan untuk membalas sapaan-sapaan yang ditujukan padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis tampak melangkahkan kaki dengan mantap, sesekali menarik kedua sudut bibirnya ke arah yang berlawanan untuk membalas sapaan-sapaan yang ditujukan padanya.

Suasana pagi di hari ini sungguh berbeda dari biasanya. Jika lampau nyaris tidak ada yang menyapanya karena dianggap tidak penting, kini hampir semua rakyat di sekolah yang ia temui minimal tersenyum padanya. Itu adalah awal yang menyenangkan, tentu saja.

Dilingkupi bahagia yang tiada tara sejak kemarin, ia masih merasa bahwa semua yang ia dapatkan hanya sebuah mimpi. Tapi opini itu runtuh begitu saja ketika sebuah hantaman keras dari arah depan menyusul tubuhnya dan membuatnya jatuh terjengkang ke atas lantai koridor.

Anita, gadis dengan postur tubuh lumayan tinggi itu mengaduh karena sikunya yang membentur ubin dan meninggalkan bekas memar. Ia segera mengangkat kepala dan menatap penuh kesal pada seorang murid laki-laki yang berdiri di hadapannya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Butuh bantuan, Din?"

Anita mendengus. Pasti laki-laki itu salah satu jajaran murid nakal yang mempunyai kebiasaan buruk seperti merokok, membolos, dan—

"Sini gue bantu."

"E–eh!"

Sungguh, Anita tidak pernah menyangka bahwa laki-laki itu baru saja telah membantunya. Pasalnya, tarikan itu lebih mirip seperti seretan paksa ketimbang gerakan menolong. Gadis itu buru-buru menarik lagi tangannya dan mundur dua langkah untuk menjaga jarak.

"Ada yang sakit?" Laki-laki terus menatap penuh selidik pada siku Anita. "Gue antar ke UKS deh."

Lagi-lagi, laki-laki yang tidak dikenal oleh Anita itu kembali mengambil tindakan tanpa aba-aba. Anita sampai dibuat tidak bisa menolak olehnya karena memikirkan suatu hal, ia tidak pernah menjumpai laki-laki itu di sekolah ini sebelumnya.

"Berhenti, berhenti!"

Anita berusaha menghentikan langkah dan menghempaskan tangan laki-laki itu dari pergelangannya. "Kita enggak pernah kenal sebelumnya, jangan sentuh
-sentuh."

"Santai dong ... santai!" Laki-laki tak dikenal itu mengangkat dua tangannya ke atas kepala, persis seperti gerakan pencuri saat sedang diringkus polisi.

Anita mendesis sebal. Karena tidak ingin terjebak lebih lama dengan laki-laki itu, ia kembali berbalik untuk menuju ke kelasnya. Tapi sialnya kembali terhalang.

"Kamu itu apa, sih?!" Anita mengibaskan tangannya keras-keras, menyingkirkan tangan laki-laki itu yang sempat bertengger pada bahunya.

"Gue adalah manusia yang dikirim oleh Tuhan dari kayangan khusus untuk lo. Gimana? Gue sudah cocok kan jadi politikus?"

Untuk AnitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang